[GMNI] Fw: Hasil Rakornas GMNI di Bangkalan

rex r3xtiger at telkom.net
Wed Sep 1 06:26:36 CEST 2004


----- Original Message ----- 
From: "HINU SAYONO" <dwiwarna at yahoo.com>

Sent: Wednesday, September 01, 2004 11:30 AM
Subject: Re: Hasil Rakornas GMNI di Bangkalan


MERDEKA !!!

Terima atas kiriman emailnya. Siapapun anda, karena
tidak jelas-jelas mencantumkan nama.

Ketidakberfihakan GMNI (versi Konggres Medan yang
merupakan 'bablasan' KLB) dengan alasan untuk "menjaga
independensi GMNI", mungkin, merupakan bukti
keberhasilan program depolitisasi yang dilancarkan
oleh Rezim Suharto, sehingga sikapnya sangatlah naif,
sekaligus menunjukkan bahwa Presidium GMNI - Medan
tidak memahami politik, situasi nasional, dan makna
pejuang-pemikir pemikir-pejuang. 
Atau ada alternatif lain, yaitu GMNI versi Medan
memang sudah berbeda dengan GMNI yang dilahirkan pada
tahun 1954.

Dalam situasi untuk menyelamatkan eksistensi Republik
Proklamasi 17 Agustus 1945, sikap yang sedemikian
lebih cenderung untuk disebut sikap yang oportunistik.
Mau enaknya, tetapi tidak mau menanggung resiko. Ini
khas sikap "bunglon". Bukan independen. Dalam
perjuangan, tidak ada sikap independen. Sikap
independen hanya dapat dipakai dalam hal hubungan
antar organisasi atau hubungan antara GMNI dengan
parpol. Bukan dalam perjuangan!

Sikap "netral" yang diambil oleh GMNI versi Medan pada
hakekatnya jelas-jelas merupakan sikap keberfihakan
kepada upaya untuk memporak-porandakan Republik
Proklamasi 17 Agustus 1945. Hal itu tampak nyata sejak
"kenetralannya" dalam menghadapi perombakan UUD 1945.
Secara moralitas perjuangan, sikap tersebut tidak
dapat difahami, bahkan lebiih dari itu, tidak dapat
diterima oleh akal sehat.

Dengan catatan seperti itu, masihkah GMNI versi Medan
berani meng-klaim dirinya sebagai GMNI yang berasaskan
Marhaenisme ajaran Bung Karno?

Agar difahami, bahwa bahwa keberfihakan bukanlah
semata-mata memutuskan pro atau kontra salah satu
pasangan capres-cawapres, melainkan lebih merupakan
pilihan kepada esensinya. Dengan patokan "Siapa yang
mempu memberikan PELUANG dan RUANG bagi gerakan untuk
kembali kepada amanat, jiwa, dan semangat Proklamasi
17 Agustus 1945", maka tidak ada lagi "kenetralan"
ataupun independensi dalam bersikap.
Argumentasi Soni sangat menyedihkan sekaligus
menggelikan. Tetapi lebih banyak sedihnya.

Dalam beberapa hari, saya ada di Surabaya, saya sudah
menerima info tentang hal tersebut. Dan saya diskusi
dengan adik-adik anggota GMNI di Surabaya. Sayapun
diberitahu bahwa beberapa cabang telah menyampaikan
pendapatnya agar Rakornas GMNI mengambil sikap dalam
menghadapi putaran II Pilpres 2004. Memang saya tahu,
ada beberapa cabang yang berbeda pendapat. Dan
disnilah peran Presidium untuk memberikan arahan.
Rupanya dugaan saya meleset.

Dengan sikap tersebut, saya justru memberikan acungan
jempol kepada upaya yang dilakukan oleh Refi dan
Didonk beserta kawan-kawan di Tuban minggu yang lalu.

Sekian dulu.

Salam perjuangan,
HES

Catatan :
Untuk mas-mas yang berdomisili di Eropa, sekarang ini
ada 2 Presidium GMNI, yaitu hasil Konggres Manado yang
dipimpin oleh Refi Wahyuni dan yang hasil Konggres
Medan yang dipimpin oleh Soni. Yang dipimpin Soni
inilah yang bersikap "independen".





More information about the GMNI mailing list