[GMNI] Re: komentar ttg BBM utk candra, yuen dkk

Geger Indonesiary! lainkaliaja at yahoo.com
Mon Jan 17 07:49:21 CET 2005


--- donny three <dn_three at yahoo.com> wrote:

> 
> Biar saya luruskan dulu pembicaraan ttg kenaikan BBM
> biar lebih sistematis hehehehe
> 
> Awalnya, kita kan ribut-ribut bicara ttg penolakan
> terhadap pencabutan subsidi BBM oleh Pemerintah.
> Oleh karena itu Kwik protes agar pemerintah tidak
> menggunakan kata “subsidi” dalam menaikkan harga
> BBM. Itu menyesatkan! Kenaikan harga BBM itu
> semata-mata hanya kepentingan pemerintah untuk
> mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan
> mengikuti standar harga BBM internasional 3.250
> rupiah/liter.
> 
> Kemudian Arya Gaduh (CSIS) mengkritik Kwik, benar
> pemerintah tidak pernah mengeluarkan uang untuk
> subsidi BBM, tetapi dengan menjual BBM seharga Rp
> 2.000 sama saja pemerintah kehilangan uang sebesar
> Rp 1.250 karena harga BBM internasional Rp 3.250.
> Dan menurut Arya itu juga bisa dikatan subsidi.

kalo kita pake logika dagang tentunya apa yang
dikatakan oleh arya gaduh ini emang bener subsidi.
menutupi harga sebenernya itulah yang dilakukan oleh
pemerintah. 

 
> Tiba-tiba Candra (Ketua Cabang Yogya) memberikan
> definisi sendiri ttg subsidi. Menurutnya “…subsidi
> adalah selisih harga antara patokan harga domestik
> dengan harga interrnasional”. Saya harus pertanyakan
> ini, darimana Chandra mendapatkan definisi ini? 
> 
> Trus Yuen juga juga tidak percaya bahwa seluruh
> biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menyedot
> minyak mentah sampai jadi BBM dan didistribusikan
> hanya membutuhkan Rp 540/liter. Alasan ketidak
> percayaan Yuen karena menganggap hitungan itu belum
> memasukkan biaya cost of risk dan social cost. Saya
> belum paham tentang cost of risk dan social cost
> dimaksud, jadi harap dijabarkan lebih detail lagi.

maksudnya sebenernya kalo yg saya tangkap, bahwa
ternyata pertamina (pemerintah) selama ini menerapkan
management tukang nasi goreng di jakarta nan dekil
itu. dari sektor hilir ke hulu. yang tentunya akan
banyak menimbulkan kebocoran dana dimana mana, seperti
yang sudah kita ketahui pertamina adalah BUMN sarang
penyamun. Itu perhitungannya sederhana sebetulnya,
jadi yang dibayar sebagai subsidi itu adalah selisih
antara harga pokok Pertamina dengan harga jual di
pasar yang ditentukan oleh MOPS. Selisih itu yang
dibayar oleh pemerintah sebagai subsidi. Jadi kalau
besar kecilnya subsidi ditentukan oleh satu, harga
pasar yaitu MOPS, yang kedua efisiensi pertamina. Jadi
kita harus mengejar dari Pertamina supaya lebih
efisien sehingga subsidinya itu bisa dikurangi kalau
dia lebih efisien. masalahnya kan pertamina tdk
begitu.

 
> Kemudian ada lontaran dari beberapa kawan GmnI
> kepada saya, katanya pemerintah itu tetap
> mengeluarkan uang, karena pemerintah selama ini
> masih melakukan impor minyak mentah dan BBM karena
> Pertamina tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam
> negeri.
> 
> Benar, pemerintah masih mengeluarkan uang untuk
> impor minyak mentah dan BBM, tetapi uang yang
> dikeluarkan itu masih jauh lebih kecil jika
> dibandingkan dengan keuntungan pemerintah dalam
> perdagangan BBM. Sebab pemerintah tidak impor 100%.
> Pemerintah hanya impor minyak sebesar 35% minyak
> mentah dan 25% BBM (sumber:Bappenas) atau 30 % BBM
> (sumber: Center for Petroleum and Energy Economics
> Studies).
> 
> Berangkat dari kerangka di atas maka saya akan
> menegaskan lagi hal-hal sebagai berikut:
> 
> Pertama, saya sepakat dengan Kwik bahwa kata subsidi
> untuk BBM tidak tepat karena akan bersifat
> menyesatkan. Sebab pemahaman umum selama ini tentang
> subsidi adalah “pengeluaran”. Akibatnya masyarakat
> selama ini menyangka Pemerintah telah mengeluarkan
> uang untuk membiayai kebutuhan BBM rakyat, padahal
> tidak!
> 
> Kedua, bagaimanapun kenaikan BBM akan memperlemah
> daya beli rakyat kecil sebagai rakyat mayoritas.
> Sehingga kenaikan BBM tetap tidak dapat diterima. 
> 
> Saya tertarik dengan kampanye pemerintah yang dimuat
> di media cetak dan eletronik yang menggunakan
> pendekatan konflik kaya dan miskin. Seolah-olah
> subsidi BBM hanya akan memberikan keuntungan bagi
> “bos”. Begitu pula Candra menyatakan bahwa pihak
> yang mendapat subsidi paling besar selama ini adalah
> bos-bos pemilik bank-bank rekapitulasi, jumlahnya
> mencapai 400 T rupiah. 

sebenernya dengan,
adanya BBM yang murah kita tidak akan pernah mencari
alternatif energi lain yang lebih murah misalnya. Jadi
seperti yang saya sering agak heran melihatnya, gas
itu kita eksport ke luar negeri yang otomatis itulah
energi yang lebih murah dan BBM kita konsumsi disini.
Hanya di Indonesia misalnya orang pakai minyak tanah
untuk memasak. Di tempat lain itu dipakai untuk
menerbangkan pesawat. Jadi sangat-sangat betul
menimbulkan distorsi, disamping memang sudah
menimbulkan kesenjangan juga menimbulkan distorsi
ekonomi.
namun logika pemerintah kali ini dengan menaikkan
harga BBm dengan tdk mengikuti tawaran baru mengenai
energi alternative rasa rasanya memang pemerintahan
ini tdk memiliki sense terhadap kaum kecil. 50 thn
merdeka kembali lagi kita menggunakan minyak
tanah..ampun dah.


		
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses. 
http://promotions.yahoo.com/new_mail


More information about the GMNI mailing list