[GMNI] Pidato Hadiprabowo di KONGRES V GMNI

didonk- didonk at cbn.net.id
Sun Jun 12 20:28:35 CEST 2005


Dr. M. Hadiprabowo
Jl. Kantil 10
Jogjakarta
Kepada Yth.
K O N G R E S   ke-V   G M N I
di S A LA T I G A

MARHAEN JAYA !

   Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas undangan Presidium GERAKAN 
MAHASISWA NASIONAL INDONESIA beserta segenap anggotanya kepada kami untuk 
menghadiri Malam Pembukaan dan Malam Penutupan Kongres ke-V GMNI yang 
diadakan di Salatiga pada tanggal 11 s/d 20 September 1969.

   Kemudian juga kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan 
terimakasih kepada Presidium GMNI yang dalam suratnya ttg. 27 Agustus 1969 
No.:306/Pres/164/Sek/69, telah meminta kepada kami suatu naskah atau catatan 
kecil tentang "peristiwa-2, tempat-2 dan tokoh-2 penting menjelang lahirnya 
GMNI dan perkembangan mulanya".

   Berhubung dengan terlalu singkatnya waktu yang diberikan kepada kami 
untuk merenungkan dan mengingat-ingat segala peristiwa yang merupakan 
sejarah lahirnya GMNI maka kami dengan ini meminta maaf kepada Sdr.-2 bahwa 
kami telah tidak dapat memenuhi apa yang Saudara minta sebagai yang tertera 
dalam surat Presidium GMNI tersebut diatas. Tetapi mengingat pentingnya arti 
sejarah dalam perkembangan suatu masyarakat, apakah itu merupakan masyarakat 
manusia pada umumnya ataupun masyarakat manusia dalam arti khusus yang 
berbentuk organisasi-2 suatu golongan, maka dengan ini kami toh juga ingin 
sekedar menyampaikan kepada Saudara-2 dalam Kongres ke-V ini sekedar catatan 
"kecil" saja tentang awal mulanya kelahiran GMNI. Maka untuk ini kepada 
Saudara-2 kami menguasakan kepada DPC GMNI Jogjakarta untuk menyampaikannya 
dalam Kongres ke-V diatas. Memang benar jika Presidium telah menyatakan 
dalam suratnya tsb. Diatas, bahwa "bagi GMNI Kongres ke-V ini merupakan 
event yang penting sekali dalam dinamika perjuangan GMNI", tetapi disamping 
itu baki kami Kongres ini juga sangat penting artinya bagi perkembangan 
selanjutnya daripada GMNI yang kami juga ikut merintisnya dan ikut serta 
dalam menjelang lahirnya dan perkembangan mulanya, dengan mengalami dan 
merasakan segala dinamika, dialektika dan romantikanya. Maka kami ingat akan 
suatu tulisan di suatu mesium yang dituliskan diatas pintu masuknya yang 
berbunyi: BARANG SIAPA YANG TIDAK MENGENAL MASA LAMPAU, TIDAK AKAN MENGERTI 
MASA SEKARANG DAN TIDAKA AKAN DAPAT MEMBENTUK MASA DATANG. Itulah sebabnya 
diatas kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas surat 
permintaan Presidium kepada kami sebagaitersebut diatas. "Bahagialah 
generasi yang suka melihat kebelakang dan tidak meninggalkan sejarahnya".

     Saudara-2 peserta Kongres ke-V GMNI yth.

     Dalam menulis "catatan kecil" ini kami ingin mengajukan kepada sdr.-2 
hal-2, peristiwa-2 yang kami dasarkan atas segala yang kami alami sendiri 
pada waktu sekitar menjelang lahirnya GMNI dan perkembangan mulanya.

     Karena "tak ada gading yang tak retak" dan "tak ada manusia yang 
sempurna" maka sebelumnya kami meminta maaf kepada sdr. Kekurangan-2 dan 
kekhilafan-2 dari kami dalam memaparkan pengalaman kami tersebut diatas 
kepadasdr.-2. Baik sdr. Minta juga kepada saudara-2 lainnya yang kemudian 
akan kami sebutkan nama-namanya yang bersama-sama kami ikut serta dalam 
menyelenggarakan lahirnya GMNI

     Menjelang (hilang) bulan september tahun 1953 Gerakan Mahasiswa 
(hilang) mengadakan Penggantian Ketua Umumnya yang pada (hilang) rif 
digedung Proklamasi Pegangsaan Timur (hilang) pat Pimpinan GMDI sdr. M. 
Hadipraboeo un (hilang) GMDI. Setelah rapat penggantian Ketua Umum se 
(hilang) pat pimpinan Harian yang dipimpin oleh sdr. M. hadiprabowo (hilang) 
rapat pimpinan harian GMDI tersebut timbul fikiran-fikiran yang mengandung 
hasrat untuk mempersatukan mahasiswa-2 yang beraliran dan berideologi 
Marhaenisme dalam satu organisasi mahasiswa. Pada waktu itu dalam lingkungan 
mahasiswa ada tiga organisasi mahasiswa yang beraliran Marhaenisme atau 
Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Organisasi ini ialah pertama Gerakan 
Mahasiswa Demokrat sendiri[1], Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan 
Mahasiswa Marhaenis. Gerakan Mahasiswa Merdeka dipimpin oleh sdr.-2 Slamet 
Jayawijaya, Slamet Raharjo dan Heruman, Gerakan Mahasiswa Marhaenis berada 
dibawah pimpinan sdr.-2 Wahju Widodo, S. Masrukin dan Sri Sumantri 
Martosuwignjo, sedangkan Pimpinan Gerakan Mahasiswa Demokrat[2] adalah 
sdr.-2 M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko dan Sulomo.

     Prakasa yang timbul dalam Pimpinan GMDI dilaksanakan dengan menghubungi 
Pimpinan-2 Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan Mahasiswa Marhaenis. 
Kemudian oleh Gerakan-2 tsb. Yang telah dihubungi oleh Pimpinan GMDI 
didapatkan persetujuan untuk mengadakan fusi (peleburan) ketiga Gerakan 
Mahasiswa tersebut diatas. Fusi itu kemudian ditetapkan akan dilangsungkan 
di Jakarta dan yang menjadi penyelenggara adalah GMDI. Kalau tidak salah 
menjelang akhir September (tanggalnya kami lupa) dalam pertemuan di rumah 
pak Diro y.l. beliau bilang bahwa Kongres I diadakan persis/tepat 6 bulan 
sesudah fusi 1953, Fusi tersebut dilaksanakan di Jakarta bertempat 
dikediaman Bapak Soediro, Walikota Jakarta di taman Suropati. Hadlir[3] 
dalam Rapat Fusi itu dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia sdr.-2 M. 
Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko dan Sulomo, dari Gerakan Mahasiswa Merdeka 
sdr.-2 Slamet Jayawijaya, Slamet Rahardjo dan Heruman, dari gerakan 
Mahasiswa Marhaenis sdr.-2 Wahju Widodo, Soebagio Masrukin dan Sri Sumantri 
Martosuwignjo. Rapat dipimpin oleh sdr. M. Hadiprabowo yang mewakili 
pemrakarsa fusi itu dalam pokoknya diajukan bahwa Gerakan-2 yang hadlir 
dalam Rapat itu telah sama menyetujui diadakannya fusi daripada 
organisasinya masing-2 menjadi satu Gerakan Mahasiswa yang nama, azas, 
tujuan dan organisasinya juga dipersatukan. Jadi sebagai putusan pertama 
ialah fusi daripada ketiga gerakan mahasiswa yang hadlir.

     Kedua diajukan sebagai pembicara tentang azas gerakan yang telah 
berfusi. Dalam hal ini sdr. M. Hadiprabowo mengajukan sebagai azas gerakan 
baru itu ialah MARHAENISME.- Usul ini adalah mandat terikat yang diberikan 
kepada sdr. M. Hadiprabowo oleh Pimpinan GMDI. Tidak disangka bahwa 
pembicaraan mengenai azas ini menjadi suatu hal yang prinsipiil bagi Gerakan 
Mahasiswa lainnya GMDI. Pertama yang mendapat giliran pembahasan tentang 
azas ini ialah Gerakan Mahasiswa Merdeka. Dalam pembahasannya Gerakan ini 
TIDAK dapat menyetujui istilah "Marhaenisme", tetapi lebih cenderung istilah 
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI".  Dengan pendirian Gerakan Mahasiswa Merdeka ini 
rupanya wakil-2 dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis menjadi bimbang dan dalam 
pembahasannya tidak mengambil kesimpulan apa-apa. Rapat beberapa kali 
di-skhors untuk mengadakan pembicaraan-2 diantara wakil-2 Gerakan Masing-2, 
Rapat yang dimulai pada jam 19.30 hingga jam 03.00 belum dapat kesimpulan 
apa-2. Maka oleh Pimpinan Rapat sdr. M. Hadiprabowo yang mewakili GMDI 
dimunta mengambil keputusan atau fusi dibubarkan. Dengan "ancaman" ini Rapat 
pada larut malam hampir pagi itu terkejut dari kantuknya dan mengambil 
keputusan menyetujui "MARHAENISME" sebagai azas gerakan. Tetapi lagi-2 dari 
Gerakan Mahasiswa Merdeka kembali kepada usulnya untuk dengan dikuung 
memasukkan "SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI" sebagai tambahan atau penjelasan arti 
"MARHAENISME". Istilah ini tidak dibenarkan oleh sdr. M. Hadiprabowo dan 
kalau toh akan menyetujui usul penjelasan tambahan dari wakil-2 Gerakan 
Mahasiswa Medeka diusulkan menggunakan istilah yang benar ialah 
"SOSIO-NASIONALISME DAN SOSIO-DEMOKRASI", jangan istilah 
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI". Usul sdr. M. Hadiprabowo ini dapat diterima 
dengan baik. Dan untuk meyakinkan wakil-2 dari Gerakan Mahasiswa Merdeka, 
pada keesokan harinya dalam pengunjungan anggota-2 dan Pimpinan Ger (hilang) 
kepada Bung Karno, Presiden Republik Indonesia (hilang) anjuran sdr. M. 
Hadiprabowo oleh sdr. Sol (hilang)  Bung Karno "istilah mana yang benar", 
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI" atau "SOSIO-NASIONALISME dan SOSIO-DEMOKRASI". 
(hilang) menyatakan bahwa istilah Sosio-Nasional-Demokrasi adalah salah, 
yang benar adalah Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Lalu oleh Bung 
Karno dijelaskan tentang arti pengertian istilah-2 itu, yang hanya merupakan 
istilah lain dalam pengertian MARHAENISME. Bung Karno menyatakan 
kegembiraannya bahwa telah lahir suatu Gerakan Mahasiswa yang berazaskan 
Marhaenisme dan oleh Bung Karno pada waktu itu dinyatakan harapan-2-nya 
kepada Gerakan Mahasiswa baru itu.

     Tentang tujuan Gerakan Mahasiswa baru itu yang telah lahir pada malam 
itu tidak menimbulkan pembahasan yang panjang lebar dan yang menegangkan. 
Tetapi ketika tentang nama masuk dalam pembicaraan timbul lagi ketegangan 
antara wakil-2 GMDI dan wakil-2 Gerakan Mahasiswa Merdeka. Wakil GMDI 
mengajukan nama Gerakan yang baru lahir itu "GERAKAN MAHASISWA MARHAENIS". 
Nama ini ditentang keras oleh Gerakan Mahasiswa Merdeka dan bagi wakil-2 
GMDI sungguh mengherankan pada waktu itu sikap Gerakan Mahasiswa Marhaenis 
yang dalam pembahasan lagi-2 menjadi bimbang dan dalam kesimpulannya tidak 
menyukai nama itu diajukan maka wakil GMDI mengusulkan dan tidak boleh 
ditawar lagi nama "GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA". Dan rapat 
menyetujui ini.

           Hal keempat yang diajukan oleh pemrakarsa fusi ini ialah tentang 
"HUBUNGAN GMNI DENGAN PNI". Diajukan dan alternatif ialah GMNI sebagai 
organisasi seazas dengan PNI yang hanya mempunyai hubungan ideologi 
sedangkan organisasinya masing-2 mengatur diri sendiri dalam arti bahwa PNI 
maupun GMNI tidak akan mencampuri urusan dalam masing-2 organisasi, atau 
sebagai "onderbouw PNI" yang berarti bahwa GMNI tidak hanya organisasi se 
azas dengan PNI tetapi dalam segala urusannya diatur dan dalam segala 
mengikuti jejak PNI. Hal ini diajukan oleh wakil GMDI, berhubung kemungkinan 
dikemudian hari, karena ada oknum-2 dalam pimpinan PNI yang telah mengajukan 
bahan dan pendiriannya bahwa Gerakan yang sama azasnya dengan PNI harus 
diatur dan mengikuti jejak PNI. Tegasnya harus menjadi onderbouw PNI.

       Wakil-2 GMDI dalam mengajukan hal ini lebih menekankan pada status 
yang pertama dan dengan tegas dalam usulnya tidak menyukai GMNI dijadikan 
"onderbouw" PNI. Karena hal ini dipandang oleh peserta-2 rapat fusi lainnya 
hal yang amat berat, maka diusulkan untuk dikemudian hari selambat-lambatnya 
enam bulan setelah fusi tersebut. Wakil GMDI menyetujui penundaan 
pembicaraan tentang hubungan GMNI dan PNI ini sampai pada Kongres ke-I. Juga 
ditetapkan oleh rapat fusi malam itu, Sdr. M. Hadiprabowo menjadi ketua umum 
GMNI, ketua I sdr. Wahju Widodo dan ketua II sdr. Sdr. Slamet Jayawijaya, 
Sekretaris Jendral sdr. Sulomo, Bendahara sdr. Ibnu Husadi dan pembantu-2 
dari masing-2 Gerakan yang berfusi satu orang. Kepada Pimpinan Gerakan baru 
yang bernama GMNI yang dilahirkan pada malam itu untuk selanjutnya menyusun 
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMNI yang akan disyahkan pada 
Kongres ke-I yang ditetapkan akan dilangsungkan di-Surabaya.

       Kongres ke-I ini dilangsungkan di Surabaya pada tgl. 22-sampai dengan 
26 Maret 1954; tgl. Permulaan Kongres ke-I ini oleh GMNI sekarang dijadikan 
Hari jadinya atau hari Ulang Tahunnya. Hal ini kita pernah mengatakan pada 
sdr. Bambang Kusnohadi, bahwa itu tidak tepat. Yang benar ialah hari Ulang 
tahun GMNI ialah Hari pada waktu diadakan Fusi antara tiga Gerakan Mahasiswa 
tersebut diatas menjadi satu Gerakan dengan nama GMNI. Hari Kongres 
merupakan pengesahan saja, bukan hari lahirnya GMNI. Maka sekarang terserah 
pada kepada Kongres ke-V ini untuk mengganti hari lahirnya atau tidak.


JALANNYA KONGRES KE-I

     Yang hadir adalah 7 (tujuh) cabang GMNI.

     Pembicaraan yang banyak makan waktu dan menimbulkan ketegangan dalam 
Kongres ke-I ini ialah mengenai azas "MARHAENISME". Tiga cabang yang 
dipelopori oleh cabang Jo (hilang) yang diwakili oleh sdr-2. Jarmanto 
(hilang) Jayawijaya atau Slamet Rahardjo) menenta (hilang) sme. Rapat-2 
mengenai azas dipimpin sendiri (hilang) sdr. M. Hadiprabowo.

     Sdr. M. Hadiprabowo (hilang) Universitas Gadjah Mada menjadi heran 
mengapa cabang (hilang) yang demikian. Setelah diselidiki siapa sdr. Sla 
(hilang) ternyata bahwa sdr. Slamet itu adalah seorang wartawan harian 
(hilang) yang oleh Partai Sosialis Indonesia dapat diselundupkan didalam 
tubuh GMNI dan dengan kelicinannya dan kepandaiannya bicara dan beragitasi 
dapat mempengaruhi pendapat dua cabang lainnya. Tentang perutusan Jogja ono 
kami bicarakan dengan sdr. Jarmanto, tetapi rupanya sdr. Jarmanto tidak 
dapat berbuat apa terhadap sdr. Slamet. Maka untuk mengilangkan 
keragu-raguan dan kekeruhan dalam Kongres ke-I itu oleh sdr. M. Hadiprabowo 
sebagai pimpinan sidang diumumkan siapa sdr. Slamet itu. Peserta Kongres 
kelihatannya agak terkejut, setelah mengetahui identitas sdr. Slamet. Tetapi 
dua cabang lainnya yang terlanjur menyokong pendirian cabang Jogja malu 
merubah pendiriannya; Sdr. Slamet mengetahui karena kelicinan dan 
kelicikannya, bahwa pada malam pembicaraan mengenai azas dihadiri oleh 6 
(enam) cabang, karena wakil cabang Palembang B. Murtijoso tidak dapat 
menghadiri sidang karena sakit. Sdr. Slamet akan memaksakan pemungutan suara 
karena mengetahui akan tidak dapatnya diambil keputusan karean suara akan 
menjadi tiga tidak setuju. Oleh Pimpinan Sdr. Hadiprabowo rapat dapat diulur 
sepanjang-panjangnya  keinginannya untuk mendatangkan sdr. Murtijoso dalam 
keadaaan sakit. Dengan sakit-2 sdr. B. Murtijoso yang suaranya menentukan 
datang ke sidang pemungutan suara. Sebelum masuk sidang didesak oleh sdr. 
Hadiprabowo untuk menyetujui azas "MARHAENISME" untuk GMNI. Dengan tidak 
mengerti "kentang kimpul" pembicaraan sdr. B. Murtijoso mengacungkan 
tangannya, ketika sdr. Hadiprabowo sbg. Pimpinan rapat ketika menanyakan 
siapa yang menyetujui Marhaenisme sebagai azas GMNI. Sdr. Slamet protes 
tidak mengakui suara sdr. B. Murtijoso, dengan alasan tidak ikut sertanya 
sdr. B. Murtijoso dalam rapat-2 yang membicarakan azas. Alasan ini tidak 
dapat diterima oleh rapat dan keputusan tetap ialah "MARHAENISME" sebagai 
azas GMNI.

     Pasal-2 lain dalam anggaran dasar dapat diselesaikan dengan cepat 
sebagai "hamerpunten".

     Satu soal yang kami katakan dimuka yang tidak dapat ditetapkan dalam 
rapat Fusi dan ditunda pembahasannya dalam Kongres ke-I ialah tentang 
"hubungan GMNI dengan PNI". Dalam rapat pleno dalam Kongres ke-I tampil 
sebagai pembicara yang mengajukan persoalan ini sdr. M. Hadiprabowo. 
Pembicaraan ini tidak memakan waktu yang lama karena dengan suara bulat 
semua cabang yang hadlir dapat menyetujui usul sdr. M. Hadiprabowo untuk 
tidak menjadikan GMNI "onderbouw" dari PNI, tetapi sebagai organisasi seazas 
yang mempunyai hak wewenang dan mengatur diri sendiri dalam bentuk 
organisasi dan langkah tindakannya, sebagai suatu organisasi mahasiswa yang 
"mandireng pribadi" yang hanya mempunyai hubungan ideologi "SAMA AZAS" 
dengan PNI. Dengan tidak disangka-sangka reaksi dari DPP-PNI mengenai 
keputusan Kongres ini keras sekali. Almarhum Bapak Sidik Djojosukarto tampak 
kecewa dengan keputusan ini. Sokongan Kongres yang sedianya disanggupi Rp. 
100.000,- hanya diserahkan Rp. 25.000,-. Banyak sekali akibat-2 daripada 
keputusan yang mengecewakan DPP-PNI ini. Tetapi sdr. M. Hadiprabowo yang 
pada waktu itu dipilih dengan suara bulat menjadi ketua umum tetap dapat 
mempertahankan GMNI sebagai sebuah organisasi yang tidak menjadi onderbow 
PNI. Didalam malam Penutupan Kongres ke-I itu sdr. M. Hadiprabowo sebagai 
ketua umum dengan tegas menyatakan pendirian GMNI tentang hubungan GMNI 
dengan PNI.

     Dalam pidato penutupan Kongres itu sdr. M. Hadiprabowo sebagai ketua 
umum menyatakan tentang hubungan GMNI dengan PNI sebagai berikut: Kongres 
ke-I GMNI telah memutuskan dengan suara bulat hubungannya PNI, karena GMNI 
dapat melihat lebih jauh kedepan tentang perkembangan dan pertumbuhannya. 
Bapak-2 dari PNI kami minta jangan mencoba akan mempengaruhi GMNI atau 
anggota-2nya dengan cara-2 dan jalan yang tidak wajar. Pertentangan yang ada 
atau akan ada dalam PNI jangan dimasukkan dalam GMNI, biarlah jiwa muda GMNI 
yang masih murni dan bersih mencarai jalan sendiri dalam perjuangannya 
mencapai tujuannya dengan azas-2-nya yang sama dengan PNI.

    Jangan jiwa murninya (hilang) pertentangan yang ada pada kaum tua yang 
(hilang) nya dengan demikianlah GMNI akan dapat (hilang) at kodratnya yang 
akan membuat GMNI st (hilang) tangguh kuat dengan tiada taranya.

     GMNI setelah Kongres ke-I berkembang dan bertumbuh terus dengan wajar 
meskipun mendapatkan pertentangan-2 dari dalam tubuh marhaenisme sendiri. 
Sokongan dari PNI yang berjumlah Rp. 250,- (dua ratus limapuluh rupiah) 
dicabut. DPP GMNI Sdengan halus diusir dari kantor DPP-PNI, sehingga 
terpaksa mencari tempat lain. Meskipun demikian dengan segala ketabahan dan 
ketekunan DPP-GMNI memberikan bimbingan kepada anggota-2nya tanpa bantuan 
dari manapun. Memang berat untuk menjadi manusia yang "mendireng pribadi" 
yang berkehendak merdeka dan senantiasa dapat mengatur diri sendiri, tetapi 
Kongres telah memutuskan kondisi yang sedemikian itu. Usaha-2 oknum-2 
DPP-PNI terus dijalankan untuk mempengaruhi gerakan-2/serta langkah-2 GMNI 
karena bagi kaum tua "menguasai mahasiswa berarti tetap menguasai PNI".

     Mereka sadar bahwa hari depan PNI berada dalam tangan GMNI. Sekarang 
pendirian daripada anggota-2 GMNI lah yang menentukan kedudukan dalam 
masyarakat umum dan masyarakat marhaenis. Bukan orang lain yang menentukan 
nasib GMNI, tetapi GMNI lah yang harus menentukan nasibnya sendiri.

     Inilah sekadar hal-2 dan soal-2 yang terpenting yang perlu kami ajukan 
dalam Kongres ke-V ini untuk menjadi renungan dan pemikiran para peserta 
Kongres untuk menetapkan hari kemudian GMNI yang dengan segala kesulitannya 
kami telah ikut membinanya dari sebelum sampai lahirnya dan perkembangan 
serta pertumbuhannya.

     Tidak lain harapan kami sebagai salah seorang yang ikut merintis dan 
membina GMNI semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan tuntunan dan 
kekuatan lahir batin kepada seluruh anggota GMNI untuk melanjutkan 
perjuangan para perintis GMNI sebagaimana tertera diatas. Amien ya Robbal 
Ala mien.-

     Selamat berkongres dan berjoang dan mencapai hasil yang memuaskan !!!!!

     Terimakasih.-



Dr. M. Hadiprabowo.


--------------------------------------------------------------------------------

Setuju untuk menyampaikan
kepada Konggres GMNI ke-V
di Salatiga.

DPT G M N I Kotamadya Jogjakarta

Ketua Umum

cap/ttd

(A.  H a l i m)


--------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------

FOOTNOTE oleh editor
[1] Dalam teks asli memang tidak menyertakan "Indonesia" yang seharusnya ada 
dalam GMDI; ini mungkin karena kebiasaan penyebutan (penyingkatan) -ed.

[2] idem

[3] sesuai teks asli 'hadlir' , sama artinya dengan hadir -ed.


--------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------

PENTING....!!!!

Tulisan ini disalin dari TEKS ASLI Bpk. M Hadiprabowo milik Ibu Soeharjasih, 
alumni GMNI Jogjakarta tinggal di Surabaya, Editor TIDAK MERUBAH SEDIKITPUN 
kecuali menambah 3 footnote untuk kejelasan.
Tanda "(hilang)" adalah teks yang hilang karena 'kertas berlobang' terkena 
'serangan' rayap, kata yang hilang bervariasi dari 1 sampai 4 kata tiap 
baris. Proses penyempurnaan masih terus diusahakan. Sementara ini 
intepretasi pembaca dibutuhkan untuk melengkapi teks. Terimakasih.

salam dari Surabaya.

editor, Didonk.




More information about the GMNI mailing list