[GMNI] Pidato Hadiprabowo di KONGRES V GMNI
didonk-
didonk at cbn.net.id
Sun Jun 12 20:28:35 CEST 2005
Dr. M. Hadiprabowo
Jl. Kantil 10
Jogjakarta
Kepada Yth.
K O N G R E S ke-V G M N I
di S A LA T I G A
MARHAEN JAYA !
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas undangan Presidium GERAKAN
MAHASISWA NASIONAL INDONESIA beserta segenap anggotanya kepada kami untuk
menghadiri Malam Pembukaan dan Malam Penutupan Kongres ke-V GMNI yang
diadakan di Salatiga pada tanggal 11 s/d 20 September 1969.
Kemudian juga kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
terimakasih kepada Presidium GMNI yang dalam suratnya ttg. 27 Agustus 1969
No.:306/Pres/164/Sek/69, telah meminta kepada kami suatu naskah atau catatan
kecil tentang "peristiwa-2, tempat-2 dan tokoh-2 penting menjelang lahirnya
GMNI dan perkembangan mulanya".
Berhubung dengan terlalu singkatnya waktu yang diberikan kepada kami
untuk merenungkan dan mengingat-ingat segala peristiwa yang merupakan
sejarah lahirnya GMNI maka kami dengan ini meminta maaf kepada Sdr.-2 bahwa
kami telah tidak dapat memenuhi apa yang Saudara minta sebagai yang tertera
dalam surat Presidium GMNI tersebut diatas. Tetapi mengingat pentingnya arti
sejarah dalam perkembangan suatu masyarakat, apakah itu merupakan masyarakat
manusia pada umumnya ataupun masyarakat manusia dalam arti khusus yang
berbentuk organisasi-2 suatu golongan, maka dengan ini kami toh juga ingin
sekedar menyampaikan kepada Saudara-2 dalam Kongres ke-V ini sekedar catatan
"kecil" saja tentang awal mulanya kelahiran GMNI. Maka untuk ini kepada
Saudara-2 kami menguasakan kepada DPC GMNI Jogjakarta untuk menyampaikannya
dalam Kongres ke-V diatas. Memang benar jika Presidium telah menyatakan
dalam suratnya tsb. Diatas, bahwa "bagi GMNI Kongres ke-V ini merupakan
event yang penting sekali dalam dinamika perjuangan GMNI", tetapi disamping
itu baki kami Kongres ini juga sangat penting artinya bagi perkembangan
selanjutnya daripada GMNI yang kami juga ikut merintisnya dan ikut serta
dalam menjelang lahirnya dan perkembangan mulanya, dengan mengalami dan
merasakan segala dinamika, dialektika dan romantikanya. Maka kami ingat akan
suatu tulisan di suatu mesium yang dituliskan diatas pintu masuknya yang
berbunyi: BARANG SIAPA YANG TIDAK MENGENAL MASA LAMPAU, TIDAK AKAN MENGERTI
MASA SEKARANG DAN TIDAKA AKAN DAPAT MEMBENTUK MASA DATANG. Itulah sebabnya
diatas kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas surat
permintaan Presidium kepada kami sebagaitersebut diatas. "Bahagialah
generasi yang suka melihat kebelakang dan tidak meninggalkan sejarahnya".
Saudara-2 peserta Kongres ke-V GMNI yth.
Dalam menulis "catatan kecil" ini kami ingin mengajukan kepada sdr.-2
hal-2, peristiwa-2 yang kami dasarkan atas segala yang kami alami sendiri
pada waktu sekitar menjelang lahirnya GMNI dan perkembangan mulanya.
Karena "tak ada gading yang tak retak" dan "tak ada manusia yang
sempurna" maka sebelumnya kami meminta maaf kepada sdr. Kekurangan-2 dan
kekhilafan-2 dari kami dalam memaparkan pengalaman kami tersebut diatas
kepadasdr.-2. Baik sdr. Minta juga kepada saudara-2 lainnya yang kemudian
akan kami sebutkan nama-namanya yang bersama-sama kami ikut serta dalam
menyelenggarakan lahirnya GMNI
Menjelang (hilang) bulan september tahun 1953 Gerakan Mahasiswa
(hilang) mengadakan Penggantian Ketua Umumnya yang pada (hilang) rif
digedung Proklamasi Pegangsaan Timur (hilang) pat Pimpinan GMDI sdr. M.
Hadipraboeo un (hilang) GMDI. Setelah rapat penggantian Ketua Umum se
(hilang) pat pimpinan Harian yang dipimpin oleh sdr. M. hadiprabowo (hilang)
rapat pimpinan harian GMDI tersebut timbul fikiran-fikiran yang mengandung
hasrat untuk mempersatukan mahasiswa-2 yang beraliran dan berideologi
Marhaenisme dalam satu organisasi mahasiswa. Pada waktu itu dalam lingkungan
mahasiswa ada tiga organisasi mahasiswa yang beraliran Marhaenisme atau
Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Organisasi ini ialah pertama Gerakan
Mahasiswa Demokrat sendiri[1], Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan
Mahasiswa Marhaenis. Gerakan Mahasiswa Merdeka dipimpin oleh sdr.-2 Slamet
Jayawijaya, Slamet Raharjo dan Heruman, Gerakan Mahasiswa Marhaenis berada
dibawah pimpinan sdr.-2 Wahju Widodo, S. Masrukin dan Sri Sumantri
Martosuwignjo, sedangkan Pimpinan Gerakan Mahasiswa Demokrat[2] adalah
sdr.-2 M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko dan Sulomo.
Prakasa yang timbul dalam Pimpinan GMDI dilaksanakan dengan menghubungi
Pimpinan-2 Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan Mahasiswa Marhaenis.
Kemudian oleh Gerakan-2 tsb. Yang telah dihubungi oleh Pimpinan GMDI
didapatkan persetujuan untuk mengadakan fusi (peleburan) ketiga Gerakan
Mahasiswa tersebut diatas. Fusi itu kemudian ditetapkan akan dilangsungkan
di Jakarta dan yang menjadi penyelenggara adalah GMDI. Kalau tidak salah
menjelang akhir September (tanggalnya kami lupa) dalam pertemuan di rumah
pak Diro y.l. beliau bilang bahwa Kongres I diadakan persis/tepat 6 bulan
sesudah fusi 1953, Fusi tersebut dilaksanakan di Jakarta bertempat
dikediaman Bapak Soediro, Walikota Jakarta di taman Suropati. Hadlir[3]
dalam Rapat Fusi itu dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia sdr.-2 M.
Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko dan Sulomo, dari Gerakan Mahasiswa Merdeka
sdr.-2 Slamet Jayawijaya, Slamet Rahardjo dan Heruman, dari gerakan
Mahasiswa Marhaenis sdr.-2 Wahju Widodo, Soebagio Masrukin dan Sri Sumantri
Martosuwignjo. Rapat dipimpin oleh sdr. M. Hadiprabowo yang mewakili
pemrakarsa fusi itu dalam pokoknya diajukan bahwa Gerakan-2 yang hadlir
dalam Rapat itu telah sama menyetujui diadakannya fusi daripada
organisasinya masing-2 menjadi satu Gerakan Mahasiswa yang nama, azas,
tujuan dan organisasinya juga dipersatukan. Jadi sebagai putusan pertama
ialah fusi daripada ketiga gerakan mahasiswa yang hadlir.
Kedua diajukan sebagai pembicara tentang azas gerakan yang telah
berfusi. Dalam hal ini sdr. M. Hadiprabowo mengajukan sebagai azas gerakan
baru itu ialah MARHAENISME.- Usul ini adalah mandat terikat yang diberikan
kepada sdr. M. Hadiprabowo oleh Pimpinan GMDI. Tidak disangka bahwa
pembicaraan mengenai azas ini menjadi suatu hal yang prinsipiil bagi Gerakan
Mahasiswa lainnya GMDI. Pertama yang mendapat giliran pembahasan tentang
azas ini ialah Gerakan Mahasiswa Merdeka. Dalam pembahasannya Gerakan ini
TIDAK dapat menyetujui istilah "Marhaenisme", tetapi lebih cenderung istilah
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI". Dengan pendirian Gerakan Mahasiswa Merdeka ini
rupanya wakil-2 dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis menjadi bimbang dan dalam
pembahasannya tidak mengambil kesimpulan apa-apa. Rapat beberapa kali
di-skhors untuk mengadakan pembicaraan-2 diantara wakil-2 Gerakan Masing-2,
Rapat yang dimulai pada jam 19.30 hingga jam 03.00 belum dapat kesimpulan
apa-2. Maka oleh Pimpinan Rapat sdr. M. Hadiprabowo yang mewakili GMDI
dimunta mengambil keputusan atau fusi dibubarkan. Dengan "ancaman" ini Rapat
pada larut malam hampir pagi itu terkejut dari kantuknya dan mengambil
keputusan menyetujui "MARHAENISME" sebagai azas gerakan. Tetapi lagi-2 dari
Gerakan Mahasiswa Merdeka kembali kepada usulnya untuk dengan dikuung
memasukkan "SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI" sebagai tambahan atau penjelasan arti
"MARHAENISME". Istilah ini tidak dibenarkan oleh sdr. M. Hadiprabowo dan
kalau toh akan menyetujui usul penjelasan tambahan dari wakil-2 Gerakan
Mahasiswa Medeka diusulkan menggunakan istilah yang benar ialah
"SOSIO-NASIONALISME DAN SOSIO-DEMOKRASI", jangan istilah
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI". Usul sdr. M. Hadiprabowo ini dapat diterima
dengan baik. Dan untuk meyakinkan wakil-2 dari Gerakan Mahasiswa Merdeka,
pada keesokan harinya dalam pengunjungan anggota-2 dan Pimpinan Ger (hilang)
kepada Bung Karno, Presiden Republik Indonesia (hilang) anjuran sdr. M.
Hadiprabowo oleh sdr. Sol (hilang) Bung Karno "istilah mana yang benar",
"SOSIO-NASIONAL-DEMOKRASI" atau "SOSIO-NASIONALISME dan SOSIO-DEMOKRASI".
(hilang) menyatakan bahwa istilah Sosio-Nasional-Demokrasi adalah salah,
yang benar adalah Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Lalu oleh Bung
Karno dijelaskan tentang arti pengertian istilah-2 itu, yang hanya merupakan
istilah lain dalam pengertian MARHAENISME. Bung Karno menyatakan
kegembiraannya bahwa telah lahir suatu Gerakan Mahasiswa yang berazaskan
Marhaenisme dan oleh Bung Karno pada waktu itu dinyatakan harapan-2-nya
kepada Gerakan Mahasiswa baru itu.
Tentang tujuan Gerakan Mahasiswa baru itu yang telah lahir pada malam
itu tidak menimbulkan pembahasan yang panjang lebar dan yang menegangkan.
Tetapi ketika tentang nama masuk dalam pembicaraan timbul lagi ketegangan
antara wakil-2 GMDI dan wakil-2 Gerakan Mahasiswa Merdeka. Wakil GMDI
mengajukan nama Gerakan yang baru lahir itu "GERAKAN MAHASISWA MARHAENIS".
Nama ini ditentang keras oleh Gerakan Mahasiswa Merdeka dan bagi wakil-2
GMDI sungguh mengherankan pada waktu itu sikap Gerakan Mahasiswa Marhaenis
yang dalam pembahasan lagi-2 menjadi bimbang dan dalam kesimpulannya tidak
menyukai nama itu diajukan maka wakil GMDI mengusulkan dan tidak boleh
ditawar lagi nama "GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA". Dan rapat
menyetujui ini.
Hal keempat yang diajukan oleh pemrakarsa fusi ini ialah tentang
"HUBUNGAN GMNI DENGAN PNI". Diajukan dan alternatif ialah GMNI sebagai
organisasi seazas dengan PNI yang hanya mempunyai hubungan ideologi
sedangkan organisasinya masing-2 mengatur diri sendiri dalam arti bahwa PNI
maupun GMNI tidak akan mencampuri urusan dalam masing-2 organisasi, atau
sebagai "onderbouw PNI" yang berarti bahwa GMNI tidak hanya organisasi se
azas dengan PNI tetapi dalam segala urusannya diatur dan dalam segala
mengikuti jejak PNI. Hal ini diajukan oleh wakil GMDI, berhubung kemungkinan
dikemudian hari, karena ada oknum-2 dalam pimpinan PNI yang telah mengajukan
bahan dan pendiriannya bahwa Gerakan yang sama azasnya dengan PNI harus
diatur dan mengikuti jejak PNI. Tegasnya harus menjadi onderbouw PNI.
Wakil-2 GMDI dalam mengajukan hal ini lebih menekankan pada status
yang pertama dan dengan tegas dalam usulnya tidak menyukai GMNI dijadikan
"onderbouw" PNI. Karena hal ini dipandang oleh peserta-2 rapat fusi lainnya
hal yang amat berat, maka diusulkan untuk dikemudian hari selambat-lambatnya
enam bulan setelah fusi tersebut. Wakil GMDI menyetujui penundaan
pembicaraan tentang hubungan GMNI dan PNI ini sampai pada Kongres ke-I. Juga
ditetapkan oleh rapat fusi malam itu, Sdr. M. Hadiprabowo menjadi ketua umum
GMNI, ketua I sdr. Wahju Widodo dan ketua II sdr. Sdr. Slamet Jayawijaya,
Sekretaris Jendral sdr. Sulomo, Bendahara sdr. Ibnu Husadi dan pembantu-2
dari masing-2 Gerakan yang berfusi satu orang. Kepada Pimpinan Gerakan baru
yang bernama GMNI yang dilahirkan pada malam itu untuk selanjutnya menyusun
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMNI yang akan disyahkan pada
Kongres ke-I yang ditetapkan akan dilangsungkan di-Surabaya.
Kongres ke-I ini dilangsungkan di Surabaya pada tgl. 22-sampai dengan
26 Maret 1954; tgl. Permulaan Kongres ke-I ini oleh GMNI sekarang dijadikan
Hari jadinya atau hari Ulang Tahunnya. Hal ini kita pernah mengatakan pada
sdr. Bambang Kusnohadi, bahwa itu tidak tepat. Yang benar ialah hari Ulang
tahun GMNI ialah Hari pada waktu diadakan Fusi antara tiga Gerakan Mahasiswa
tersebut diatas menjadi satu Gerakan dengan nama GMNI. Hari Kongres
merupakan pengesahan saja, bukan hari lahirnya GMNI. Maka sekarang terserah
pada kepada Kongres ke-V ini untuk mengganti hari lahirnya atau tidak.
JALANNYA KONGRES KE-I
Yang hadir adalah 7 (tujuh) cabang GMNI.
Pembicaraan yang banyak makan waktu dan menimbulkan ketegangan dalam
Kongres ke-I ini ialah mengenai azas "MARHAENISME". Tiga cabang yang
dipelopori oleh cabang Jo (hilang) yang diwakili oleh sdr-2. Jarmanto
(hilang) Jayawijaya atau Slamet Rahardjo) menenta (hilang) sme. Rapat-2
mengenai azas dipimpin sendiri (hilang) sdr. M. Hadiprabowo.
Sdr. M. Hadiprabowo (hilang) Universitas Gadjah Mada menjadi heran
mengapa cabang (hilang) yang demikian. Setelah diselidiki siapa sdr. Sla
(hilang) ternyata bahwa sdr. Slamet itu adalah seorang wartawan harian
(hilang) yang oleh Partai Sosialis Indonesia dapat diselundupkan didalam
tubuh GMNI dan dengan kelicinannya dan kepandaiannya bicara dan beragitasi
dapat mempengaruhi pendapat dua cabang lainnya. Tentang perutusan Jogja ono
kami bicarakan dengan sdr. Jarmanto, tetapi rupanya sdr. Jarmanto tidak
dapat berbuat apa terhadap sdr. Slamet. Maka untuk mengilangkan
keragu-raguan dan kekeruhan dalam Kongres ke-I itu oleh sdr. M. Hadiprabowo
sebagai pimpinan sidang diumumkan siapa sdr. Slamet itu. Peserta Kongres
kelihatannya agak terkejut, setelah mengetahui identitas sdr. Slamet. Tetapi
dua cabang lainnya yang terlanjur menyokong pendirian cabang Jogja malu
merubah pendiriannya; Sdr. Slamet mengetahui karena kelicinan dan
kelicikannya, bahwa pada malam pembicaraan mengenai azas dihadiri oleh 6
(enam) cabang, karena wakil cabang Palembang B. Murtijoso tidak dapat
menghadiri sidang karena sakit. Sdr. Slamet akan memaksakan pemungutan suara
karena mengetahui akan tidak dapatnya diambil keputusan karean suara akan
menjadi tiga tidak setuju. Oleh Pimpinan Sdr. Hadiprabowo rapat dapat diulur
sepanjang-panjangnya keinginannya untuk mendatangkan sdr. Murtijoso dalam
keadaaan sakit. Dengan sakit-2 sdr. B. Murtijoso yang suaranya menentukan
datang ke sidang pemungutan suara. Sebelum masuk sidang didesak oleh sdr.
Hadiprabowo untuk menyetujui azas "MARHAENISME" untuk GMNI. Dengan tidak
mengerti "kentang kimpul" pembicaraan sdr. B. Murtijoso mengacungkan
tangannya, ketika sdr. Hadiprabowo sbg. Pimpinan rapat ketika menanyakan
siapa yang menyetujui Marhaenisme sebagai azas GMNI. Sdr. Slamet protes
tidak mengakui suara sdr. B. Murtijoso, dengan alasan tidak ikut sertanya
sdr. B. Murtijoso dalam rapat-2 yang membicarakan azas. Alasan ini tidak
dapat diterima oleh rapat dan keputusan tetap ialah "MARHAENISME" sebagai
azas GMNI.
Pasal-2 lain dalam anggaran dasar dapat diselesaikan dengan cepat
sebagai "hamerpunten".
Satu soal yang kami katakan dimuka yang tidak dapat ditetapkan dalam
rapat Fusi dan ditunda pembahasannya dalam Kongres ke-I ialah tentang
"hubungan GMNI dengan PNI". Dalam rapat pleno dalam Kongres ke-I tampil
sebagai pembicara yang mengajukan persoalan ini sdr. M. Hadiprabowo.
Pembicaraan ini tidak memakan waktu yang lama karena dengan suara bulat
semua cabang yang hadlir dapat menyetujui usul sdr. M. Hadiprabowo untuk
tidak menjadikan GMNI "onderbouw" dari PNI, tetapi sebagai organisasi seazas
yang mempunyai hak wewenang dan mengatur diri sendiri dalam bentuk
organisasi dan langkah tindakannya, sebagai suatu organisasi mahasiswa yang
"mandireng pribadi" yang hanya mempunyai hubungan ideologi "SAMA AZAS"
dengan PNI. Dengan tidak disangka-sangka reaksi dari DPP-PNI mengenai
keputusan Kongres ini keras sekali. Almarhum Bapak Sidik Djojosukarto tampak
kecewa dengan keputusan ini. Sokongan Kongres yang sedianya disanggupi Rp.
100.000,- hanya diserahkan Rp. 25.000,-. Banyak sekali akibat-2 daripada
keputusan yang mengecewakan DPP-PNI ini. Tetapi sdr. M. Hadiprabowo yang
pada waktu itu dipilih dengan suara bulat menjadi ketua umum tetap dapat
mempertahankan GMNI sebagai sebuah organisasi yang tidak menjadi onderbow
PNI. Didalam malam Penutupan Kongres ke-I itu sdr. M. Hadiprabowo sebagai
ketua umum dengan tegas menyatakan pendirian GMNI tentang hubungan GMNI
dengan PNI.
Dalam pidato penutupan Kongres itu sdr. M. Hadiprabowo sebagai ketua
umum menyatakan tentang hubungan GMNI dengan PNI sebagai berikut: Kongres
ke-I GMNI telah memutuskan dengan suara bulat hubungannya PNI, karena GMNI
dapat melihat lebih jauh kedepan tentang perkembangan dan pertumbuhannya.
Bapak-2 dari PNI kami minta jangan mencoba akan mempengaruhi GMNI atau
anggota-2nya dengan cara-2 dan jalan yang tidak wajar. Pertentangan yang ada
atau akan ada dalam PNI jangan dimasukkan dalam GMNI, biarlah jiwa muda GMNI
yang masih murni dan bersih mencarai jalan sendiri dalam perjuangannya
mencapai tujuannya dengan azas-2-nya yang sama dengan PNI.
Jangan jiwa murninya (hilang) pertentangan yang ada pada kaum tua yang
(hilang) nya dengan demikianlah GMNI akan dapat (hilang) at kodratnya yang
akan membuat GMNI st (hilang) tangguh kuat dengan tiada taranya.
GMNI setelah Kongres ke-I berkembang dan bertumbuh terus dengan wajar
meskipun mendapatkan pertentangan-2 dari dalam tubuh marhaenisme sendiri.
Sokongan dari PNI yang berjumlah Rp. 250,- (dua ratus limapuluh rupiah)
dicabut. DPP GMNI Sdengan halus diusir dari kantor DPP-PNI, sehingga
terpaksa mencari tempat lain. Meskipun demikian dengan segala ketabahan dan
ketekunan DPP-GMNI memberikan bimbingan kepada anggota-2nya tanpa bantuan
dari manapun. Memang berat untuk menjadi manusia yang "mendireng pribadi"
yang berkehendak merdeka dan senantiasa dapat mengatur diri sendiri, tetapi
Kongres telah memutuskan kondisi yang sedemikian itu. Usaha-2 oknum-2
DPP-PNI terus dijalankan untuk mempengaruhi gerakan-2/serta langkah-2 GMNI
karena bagi kaum tua "menguasai mahasiswa berarti tetap menguasai PNI".
Mereka sadar bahwa hari depan PNI berada dalam tangan GMNI. Sekarang
pendirian daripada anggota-2 GMNI lah yang menentukan kedudukan dalam
masyarakat umum dan masyarakat marhaenis. Bukan orang lain yang menentukan
nasib GMNI, tetapi GMNI lah yang harus menentukan nasibnya sendiri.
Inilah sekadar hal-2 dan soal-2 yang terpenting yang perlu kami ajukan
dalam Kongres ke-V ini untuk menjadi renungan dan pemikiran para peserta
Kongres untuk menetapkan hari kemudian GMNI yang dengan segala kesulitannya
kami telah ikut membinanya dari sebelum sampai lahirnya dan perkembangan
serta pertumbuhannya.
Tidak lain harapan kami sebagai salah seorang yang ikut merintis dan
membina GMNI semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan tuntunan dan
kekuatan lahir batin kepada seluruh anggota GMNI untuk melanjutkan
perjuangan para perintis GMNI sebagaimana tertera diatas. Amien ya Robbal
Ala mien.-
Selamat berkongres dan berjoang dan mencapai hasil yang memuaskan !!!!!
Terimakasih.-
Dr. M. Hadiprabowo.
--------------------------------------------------------------------------------
Setuju untuk menyampaikan
kepada Konggres GMNI ke-V
di Salatiga.
DPT G M N I Kotamadya Jogjakarta
Ketua Umum
cap/ttd
(A. H a l i m)
--------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
FOOTNOTE oleh editor
[1] Dalam teks asli memang tidak menyertakan "Indonesia" yang seharusnya ada
dalam GMDI; ini mungkin karena kebiasaan penyebutan (penyingkatan) -ed.
[2] idem
[3] sesuai teks asli 'hadlir' , sama artinya dengan hadir -ed.
--------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
PENTING....!!!!
Tulisan ini disalin dari TEKS ASLI Bpk. M Hadiprabowo milik Ibu Soeharjasih,
alumni GMNI Jogjakarta tinggal di Surabaya, Editor TIDAK MERUBAH SEDIKITPUN
kecuali menambah 3 footnote untuk kejelasan.
Tanda "(hilang)" adalah teks yang hilang karena 'kertas berlobang' terkena
'serangan' rayap, kata yang hilang bervariasi dari 1 sampai 4 kata tiap
baris. Proses penyempurnaan masih terus diusahakan. Sementara ini
intepretasi pembaca dibutuhkan untuk melengkapi teks. Terimakasih.
salam dari Surabaya.
editor, Didonk.
More information about the GMNI
mailing list