[GMNI] {Spam?} Artikel: Pentingnja Systim Kontrol Bagi Organisasi

didonk at cbn.net.id didonk at cbn.net.id
Tue Mar 8 12:06:44 CET 2005


Pentingnja Systim Kontrol Bagi Organisasi
Isman
(Warta Sarbupri, no. 7, th. VII, achir Djuli 1956)

Telah banjak sekali diumumkan atau ditulis didalam madjalah² jang
diterbitkan oleh SOBSI, seperti: "Bendera Buruh, Bulettin SOBSI, Warta
Sarbupri, Berita Organisasi" dll, beberapa keputusan² dari sidang² kerja
atau konferensi², jang sudah mewujudkan suatu program, jang semestinja
harus dilakukan sampai dibasis-basis (Ranting²), sehingga program itu
merupakan suatu aktivitet sehari-hari bagi pengurus-pengurus Ranting,
Seksi, Kelompok, Regu dan Anggota sampai kepada Massa jang luas.
Tetapi satu hal jang sangat kurang dikuasai oleh para aktivis² Sarbupri
(pengalaman DPR Sarbupri Merbuh) jaitu disamping kerdja kolektif jang
harus kita pertinggi, masih belum mejakini pentingnja systim kontrol dalam
melaksanakan semua keputusan dari organisasi atas maupun setempat.

Pada hal kita menjedari, bahwa kaum buruh tidak membutuhkan program diatas
kertas sadja, tidak hanja sadar, djustru kita bikin program untuk
dilaksanakan, djadi terang program jang hanja hitam diatas putih memang
tidak membikin kenjang perut kaum buruh.

Oleh sebab itu persoalan kita sekarang bagaimana tjara kita melaksanakan
program?
-- Apakah tjukup dengan siarkan sadja?
-- Tjukup kita bitjarakan sadja?
-- Tjukup kita diskusikan kepada semua Seksi, Kelompok, Regu Anggota dan
sampai kepada massa jang luas?

Ja, betul, tetapi ini belum tjukup, baru sebagian kita melaksanakan
program, tetapi satu hal jang tidak boleh kita tinggalkan ialah: systim
kontrol terhadap pelaksanaan program itu, karena dengan adanja kontrol
kita tahu kesukaran²nja, kita akan tahu kesukaran² ini kalau ada kontrol.
Maka itu kami berpendapat, bahwa systim kontrol adalah satu-satunja metode
jg. Betul, tidak hanja betul bahkan ini suatu keharusan bagi kader2 buruh
atau kader2 jang revolusioner lainnja. Sebab tulisan diatas kertas tidak
akan menguntungkan kaum buruh tanpa kita laksanakan dengan teliti, kepada
semua pengurus, anggota dan sampai kepada massa jang luas.
Kita menjusun program sadja sukar, sukar karena membutuhkan:
-- pengalaman2 jang banjak dari basis²,
-- waktu jang lama/pandjang,
-- biaja² jang tidak sedikit, lebih² tenaga dan fikiran.

Djadi terang bahwa program kaum buruh adalah mahal harganja, terutama
Sarbupri SOBSI.
Kalau tidak ini dapat dibuktikan, berapa biaja Konggres Sarbupri jang ke
III? Berapa biaja Konggres Nasional SOBSI jang sekarang sudah berudjut
suatu program itu? Tetapi bagi kita jakin, kalau kita sudah menjusun
program bukan berarti pekerdjaan kita sudah selesai, ini baru sebagian
pekerdjaan kita selesai.
Kalau diatas dikatakan kita menjusun program sudah sukar, tetapi
melaksanakan apa jang mendjadi program itu adalah lebih sukar lagi, sukar
sebab masih membutuhkan diskusi² bagaimana pemetjahannja sidang² jang kita
persiapkan sebelumnja, untuk melaksanakan semua program atau keputusan
itu. Diskusi² sadja djuga tidak berarti kita sudah melaksanakan program
keseluruhannja, tanpa adanja kontrol bagaimana pelaksanaannja dibasis²,
Ranting, Seksi, Kelompok, Regu, anggota dan sampai kepada massa jang luas.
Karena hanja dengan metode kontrol inilah kita tahu akan kesukaran2nja
dalam pelaksanaan program itu, karena kita tahu maka djuga berkuadjiban
memetjahkan djalan keluarnja, djangan sampai kader2 kita berhenti
ditengah-tengahnja kesukaran, kalau kita berhenti, ini sama dengan kita
memotong kaki kita sendiri atau setidak-tidaknja kita membutuhkan mata
jang sehat.

Dari sini teranglah bagaimana pentingnja rol atau metode kontrol terhadap
pelaksanaan program. Oleh sebab itu kami terdorong oleh keadaan jang
objektif ini ingin mengemukakan sekedar pengalaman praktek di DPR Sarbupri
Merbuh, sekalipun hanja sepatah-duapatah kata kami anggap sangat penting.
Setelah kita memeras tenaga, fikiran dan tidak sedikit memakan biaja
selama 3 hari 3 malam tidak tidur, jaitu mengikuti Konggres ke II Tjabang
Sarbupri Kendal, pada bulan Februari jtl. Dan ditambah sidang kerdja DPD
Sarbupri Djateng bulan April 1956 kedua-duanja ini menimbulkan beberapa
pengalaman perdjuangan kaum buruh jang tidak kenal ampuh, tetapi satu
kesimpulan jang sangat vital jalah mengkonsolidasi terutama menghidupkan
Seksi, Kelompok, Regu terutama terdiri dari kader-kader Wanita guna
melaksanakan semua kesimpulan dan memenangkan tuntutan kaum buruh.

DPR setelah mengadakan sidang DH, dengan dipersiapkan atjaranja, membentuk
Kelompok² daerah dan Regu, dengan diadakan pembagian pekerdjaan diantara
DH dan anggota² Pleno, dengan plan bulan Mei 1956 selesai. Plan ini dapat
terpenuhi, artinja dapat selesai keseluruhan pembentukannja di wilajah
DPR. Sarbupri Merbuh dengan djalan dipilih langsung dari para anggota.
Selandjutnja seluruh Seksi, Kelompok dan Regu kita beri petundjuk kerdja
atau program sesuai dengan keputusan dari Konggres2 maupun sidang² kerdja.
Tetapi satu hal jang sangat menghalang-halangi, ialah dimana Kader2 itu
mendapatkan kesukaran mereka terus berhenti, semua kuwadjikan atau program
tidak berdjalan, achirnja pasif karena merasa djika tidak memenuhi atas
sumpah/kesanggupan mereka pada waktu dipilih. Djadi boleh dikata semua
keputusan2 itu berhenti disini sadja.

Selandjutnja oleh karena kita tahu bahwa pekerdjaan itu baru sebagian, dan
jang terpenting ialah kontrol, bagaimana tiap-tiap Kader itu melaksanakan
program jg. Sudah mereka kuasai itu? Apakah ada kesukaran-kesukarannja?
Ini tentu ada kesukaran², djustru kita kerdja, semua ini kita kontrol dam
mereka melaporkan semua kesukarannja. Disinilah letak djiwa kehidupan
organisasi kita. Dengan adanja metode kontrol DH dapat membantu apa jang
mendjadi kesukaran, sampai memetjahkan djalan keluarnja.

Bentuk kontrol ini ketjuali membantu langsung kepada semua Kader, djuga
memberi antusiasme bagi mereka, tetapi lain kalau mereka tidak dapat
mengatasi kesukaran itu timbul spontan kepasifan, kepanikan dsb. Dsb.
Kalau sudah demikian, semua program berhenti, karena hanja soal tidak
dikontrol sadja. Maka itu kalau kita bitjara setjara kedjam ini adalah
pemberian makanan jang paling empuk (lunak) bagi para modal2 asing
Belanda.

Djadi mati dan hidupnja Seksi, Kelompok dan Regu teergantung dengan systim
kontrol, tanpa kontrol program mesti tidak djalan, sekalipun semua
aparat2nja (pengurus) sudah bekerdja siang malam sampai setelah mati.

Tetapi tidak berarti kalau kita mengemukakan metode kontrol ini lalu kita
meninggalkan kerdja kolektif dan kritik-oto-kritik samasekali tidak,
djustru kontrol adalah perumusan dari kerdja kolektif dan
kritik-oto-kritik.

Oleh sebab itu, marilah kembangkan metode kontrol, kolektif kerdja dan
kritik-oto-kritik, untuk kebebasan kaum buruh, Rakjat, untuk Kemerdekaan,
Demokrasi dan Perdamaian.

[menjelang peringatan dies natalis gmni 2005, semoga perbaikan organisasi
menjadi prioritas pertama kita, salam. didonk]



More information about the GMNI mailing list