<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<HTML><HEAD>
<META http-equiv=Content-Type content="text/html; charset=iso-8859-1">
<META content="MSHTML 6.00.2800.1400" name=GENERATOR>
<STYLE></STYLE>
</HEAD>
<BODY bgColor=#ffffff>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV style="FONT: 10pt arial">----- Original Message -----
<DIV style="BACKGROUND: #e4e4e4; font-color: black"><B>From:</B> <A
title=r3xtiger@hotmail.com href="mailto:r3xtiger@hotmail.com">r3xtiger</A>
</DIV>
<DIV><B>To:</B></DIV>
<DIV><B>Sent:</B> Thursday, July 15, 2004 2:28 AM</DIV>
<DIV><B>Subject:</B> Fw: SBY atau MEGA? Jauhi bibit HIV.</DIV></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT><FONT face=Arial size=2></FONT><FONT
face=Arial size=2></FONT><FONT face=Arial size=2></FONT><FONT face=Arial
size=2></FONT><FONT face=Arial size=2></FONT><FONT face=Arial
size=2></FONT><FONT face=Arial size=2></FONT><FONT face=Arial
size=2></FONT><BR></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2><FONT face="Times New Roman" size=3>----- Original
Message -----<BR> From: "aboeprijadi santoso" </FONT><FONT
face="Times New Roman" size=3><BR> To: <</FONT><A
href="mailto:nasional@groups.or.id"><FONT face="Times New Roman"
size=3>nasional@groups.or.id</FONT></A><FONT face="Times New Roman"
size=3>><BR> Sent: Monday, July 12, 2004 8:50 AM<BR> Subject:
[Nasional] SBY atau Mega? Jauhi Capres ber-HIV, Orba &
Dangkal<BR><BR><BR><BR> SBY atau Mega?<BR> Jauhi bibit HIV, titisan
Orba dan pendangkalan.<BR><BR> 1. Sangat mungkin SBY mengemban dosa HAM
(Timor Timur 1976, 1978, 1999,<BR>Jakarta 27 Juli 1996), seperti juga Wir
(Jakarta Mei 1998, Timor Timur 1999,<BR>Semanggi I &
II,1999-2000).<BR><BR> SBY, sama dengan Wir, tak bersedia mengungkap
kisah-tempurnya yang<BR>melibatkan korban korban sipil di masa lalu. Sehingga,
besar kemungkinan,<BR>SBY, idem dito<BR> Wir, kelak akan mudah
melanggengkan impunitas. Meski pun, benar, rincian<BR>pelanggaran HAM oleh SBY,
berbeda dengan Wir, masih harus lebih<BR>diverifikasi. Namun, pengalaman
pelanggaran HAM terlanjur merasuk, meresap<BR>dan mengendap di balik kulit
Capres yang eks Menko Polkam SBY dan Wir.<BR><BR> Dengan kata lain, SBY,
apalagi Wir, sudah mengidap, atau memiliki risiko<BR>tinggi untuk mengidap
penyakit HIV: Highly Internalized sin of state<BR>Violence.<BR><BR> Kalau
begini, bung Hendardi, Munir, Johnson, mbak Ita dan mbak Esther<BR>harus bekerja
lebih membumi, memasyarakat, membangunkan parpol parpol dari<BR> tidurnya,
selamat bekerja lebih keras! Dan selamat mendukung mereka lewat<BR>talk show
Anda, bung Wimar!<BR><BR> 2. SBY, seperti Wir, terpenjara di dalam
kerangka berpikir dan kerangka<BR>institusional Orde Baru, khususnya tentara,
lebih khusus lagi struktur<BR>teritorial, sehingga dia - setali tiga uang dengan
Wir - sulit diharapkan<BR>akan bersedia dan mampu melancarkan<BR>
reformasi pada struktur tentara Indonesia.<BR><BR> Dengan demikian, SBY,
apalagi Wir, mengancam rasa keadilan dan harga diri<BR>dari saudara saudari
sebangsa, dan oleh karena itu, membahayakan persatuan<BR>yang<BR> beradab
dan peradaban yang bersatu di dalam nation-state Indonesia.<BR><BR> Anda
tak percaya? Jalan jalan dan tengoklah para korban di bekas Rumah<BR>Geudong,
ajang aniaya di Teupin Raya, Pidie, Desa Janda, atau ke
ExxonMobil<BR>di<BR> Lhoksemauwe, Aceh, Freeport di Timika, Papua, atau
minta Romo Sandyawan<BR>buka cerita lagi tentang Mei 1998. Sudahkah Anda lupa
nasib Timor Timur,<BR>Aceh,<BR> Tionghoa di Jakarta Mei 1998, saudara
saudari Papua yang diterlantarkan<BR>lantas dimekarkan, kerabat sebangsa yang
disuruh kelayaban di rantau, dst,<BR>dst?<BR><BR> 3. Dengan bergolput,
atau mencoblos Capres selain SBY dan Wir, maka Anda<BR>memenuhi tanggungjawab
dengan meneteskan sumbangan Anda pada peningkatan<BR>kehidupan berdemokrasi yang
berbobot. Tetesan sumbangan Anda itu perlu demi<BR>pendidikan
politik.<BR><BR> Caranya? Jauhi politik citra (the politics of public
image).<BR><BR> Soalnya, SBY mencuat terutama berkat citra publik. Dia
dianggap tampan,<BR>bijak, bermutu kepemimpinan, gagah, memancarkan wibawa.
Apakah Ibu Megawati<BR>kurang cantik, Wir kurang tampan, Amien Rice (seperti
juga Condoleeza Rice)<BR>kurang berkepemimpinan, dan HahaHaz, minimal dalam
bentuk silhouette, kurang<BR>menarik (kok bisa memikat tiga istri?)? Ini namanya
pendangkalan.<BR><BR> Jadi, jauhkan cara mencoblos dangkal dengan berpaku
pada citra publik itu.<BR>Sumbangkan nalar Anda dengan bertanya-diri: Bagaimana
hak hak Anda bakal<BR>terpenuhi di bawah Presiden Mega, SBY, AmienRice, HahaHaz
atau Wir? Adakah<BR>capres capres itu, misalnya, berbicara berapa hektar lahan
perlu dijamin<BR>untuk<BR> setiap petani Indonesia? Adakah mereka memiliki
konsep untuk menjaga harga<BR>produk minyak bumi di OPEC di hadapan negara
negara non-OPEC, sekaligus<BR>menekan harga harga BBM domestik, dan menjaga daya
beli rakyat? Apakah<BR>mereka mampu menjaga persatuan bangsa yang bermartabat,
yang memungkinkan<BR>Anda bersohib secara hangat dan semartabat di Aceh, Papua,
dsb, ataukah akan<BR>meneruskan tradisi NKRI versi Negara Kekerasan Republik
Indonesia?<BR><BR> Ujilah capres-capres itu dengan kriteria-kriteria itu,
bukan dengan ukuran<BR>gagahnya SBY, cantiknya Mega, gantengnya AmienBeras,
polygam-nya HahaHaz,<BR>atau<BR> merdunya suara Wir.<BR><BR>
Kibarkan tiga kriteria ini untuk Pilpres putaran kedua:<BR><BR> 1. Jauhi
HIV<BR> 2. Jauhi bau bau Orde Baru<BR> 3. Stop proses
pendangkalan<BR><BR> Nah, ketiga kriteria itu akan membantu Anda dalam
putaran kedua. Artinya,<BR>menjauhi SBY, bergolput, atau mencoblos Ibu Mega.
Lakukan metode<BR>voting-against,<BR> bukan voting-for. Jadi coblos Ibu
Mega tanpa merasa mendukung Mega,<BR>melainkan dalam rangka menjauhi SBY yang
berpotensi HIV, Orba, dan bisa<BR>menang hanya<BR> karena proses
pendangkalan publik itu.<BR><BR> Tapi adakah Ibu Mega lulus ketiga
kriteria tsb? Memang Ibu Mega pernah<BR>membiarkan epidemi HIV, ingkar janji Cut
Nyak kepada Aceh, memberi ruang<BR>kepada titisan-titisan Orde Baru, dan ikut
bermain dangkal.<BR><BR> Jadi, sebenarnya, saya pun tak punya argumentasi
kuat demi Mega.<BR><BR> Tetapi, ada satu patokan akal sehat,
yaitu:<BR><BR> Seseorang (apalagi jika presiden) yang menyadari kesalahan
pada masa<BR>bhaktinya yang lalu, dia akan berupaya, atau paling sedikit
mendengar upaya<BR>untuk tidak mengulangi kesalahan tsb. Sedangkan figur baru
berbau HIV dan<BR>Orba di kursi RI Satu, mungkin akan mengembangkan ketiga
epidemi tsb. Ini<BR>namanya "back to<BR> the future". Maklum, pilpres ini
telah mem-fait d'accompli -kan kita<BR>semua.<BR><BR> Lagi pula, pilpres
yang aman dan damai serta hasilnya membuktikan bahwa<BR>120an juta elektorat
sudah lebih matang dengan memilih secara perorangan.<BR>Jadi boleh<BR>
diharapkan mereka akan lebih mendayagunakan akal sehat.<BR></FONT></FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2><FONT face="Times New Roman"
size=3></FONT></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2><FONT face="Times New Roman"
size=3>Tabik,<BR><BR>Aboeprijadi Santoso</FONT></FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2><FONT face="Times New Roman" size=3>Radio
Nederland</FONT><BR><BR></DIV></FONT></BODY></HTML>