<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<HTML><HEAD>
<META http-equiv=Content-Type content="text/html; charset=iso-8859-1">
<META content="MSHTML 6.00.2800.1400" name=GENERATOR>
<STYLE></STYLE>
</HEAD>
<BODY bgColor=#ffffff>
<DIV><FONT face=Arial size=2>merdeka,</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>yth donny dan kawan2 sekalian,</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>kelincahan dan kecerdasan berpolitik khas gmni
memang sulit dilakukan kalau kemudian motivasi yang melatar belakanginya adalah
sudah motivasi kepentingan privat.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>motivasi privat diantaranya adalah kepentingan
pribadi elit politik gmni, kepentingan kelompok/clan the ruling class yang
mantan aktivis gmni (alumni gmni), dan atau kepentingan sesaat berupa harapan
akan mendapat keuntungan jangka pendek atas move politik-nya (lain katanya:
motivasi mendapatkan uang atau kekuasaan).</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>nah bagaimana kemudian membedakan isu2 yg diusung
apakah isu2 itu milik privat atau milik publik, dan apakah bungkusnya dapat
dikategorikan original atau cuman oderan, itu yang saya ingin bahas
disini.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>sperti misalnya PRD, sudah tidak heran kalo
kemudian poros ini berteriak teriak ttg anti militer, anti kemapanan dan
kemudian bungkusnya adalah demo turun jalan, njatuhin pagar, bentrok dengan
tentara, ya semua sudah mahfum. itulah fatsun politik yang diangkat oleh PRD dan
pilihan langkah2 taktisnya. nah semua akan heran dengan mata mendolo kalo
kemudian PRD dukung jenderal susilo (misalnya), ya ini jelas kemudian keluar
dari fatsun politik mereka yang seharusnya. sebagai contoh saja bahwa di tiap
organisasi fatsun itu sudah jelas alias terang trawoco.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>nah saya mau uji kemudian, apa ide anti militerisme
atau selamatkan pemerintahan sipil milik gmni ini original atau cuplikan atau
(bahkan) orderan.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>dimana teori2 politik menjelaskan hubungan dikotomi
antara sipil-militer? sejauh yang saya tau tidak ada satu teori-pun di dunia
ini yg melatar belakangi isu/pemikiran tersebut. mbah2 filsafat duni
mungkin akan jadi puyeng, bahwa di indonesia dikotomi sipil-militer
berkembang (saat pemerintahan suharto) maka itu kemudian buat saya adalah
kemunduran pemikiran. jelas2 "state-civil society-market" yang merupakan segi3
tarik menarik kekuatan yang sudah jelas. artinya kalo kemudian gmni berada dalam
koridor civil society (publik) maka siapapun di "state" dan "market" merupakan
sasaran dari resonansi gerakan yang dilakukannya.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>sekedar kritik, bukan kemudian
menjelang pemilu pilpres baru dikabarkan dan baru dilakukan model
gerakan yang (bisa dibaca) cuplikan, bahkan orderan. </FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>sebelum menguji efektifitas isu yang diangkat,
pemilu legislatif telah menjawab semua nya, bahwa masyarakat kita masih
terkungkung di alam imaginasi citra publik, atau yang budiarto shambazy katakan
"politics of public image", nah sambil ber-hehehe hihihi apa ya masih
efektif isu2 yg selama ini diangkat oleh kawan2 gmni tersebut dalam perang
citra publik? apa ini merontokkan masyarakat kita yg kena amnesia berat
ini?</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>bahwa kemudian saya mempertanyakan kenapa gmni
tidak meresonansi ke arah kepentingan "state" dan "market" saja?? hegemoni state
dan ide pembebasan pasar milik "market" kenapa tidak dianalisa?</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>dimana posisi amerika? dimana posisi kepentingan
pasar bebas a.k.a. TNC?? siapa yg kemudian menjadi palang penghadang dan siapa
yg jadi boneka?? siapa yg mendapat donor dari cukong judi?? mana yang
merupakan koalisi strategis masa depan indonesia? koalisi pdip-nu-pkb-golkar
atau koalisi p-dmkrat-pan-pks-pbb?</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>kalo kemudian bergerak menjadi sebuah pilihan, maka
di pihak publik-lah seharusnya kita berdiri, di pihak yang tertindas oleh
perintah2 asing, pihak yang terindas oleh penetrasi pasar asing. isu2
yg diangkatpun seharusnya tidak lepas dari situ.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>kebenarannya masih diragukan, tapi bahwa jenderal
susilo membawa pesan asing dan dibelakang beliau ada kepentingan besar
pembebasan pasar, diakui atau tidak itulah sesuatu yang harus
ditakutkan.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>ya boleh2lah kita angkat isu anti militerisme atau
"selamatkan pemerintahan sipil", tapi buat saya ini tidak lebih omong besar saja
yg tidak mencengkeram isu sesungguhnya. bahkan sama sekali tidak bisa dikatakan
tajam sebagai isu. nggak tajam alias nggak tepat sasaran, sementara energi yang
dibuang sedemikian besarnya. yaa.. kasarnya mbok ya gmni mengerjakan "lahn" lain
yg lebih cerdas.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>hhmm.., yth bung donny dan kawan2 sekalian, saya
tau mailing list ini tidak steril, banyak yg bukan gmni memantau kita, tapi
ya cuek2 saja mau diapain kalo mereka tau, betul tidak? wong omongan kita ya
normatif2 gini saja kok,</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>nah, putaran ke II tinggal 1,5 bulan lagi, saya
dengar gmni mau ada acara rakornas di bangkalan besok tgl 26, ya semoga bisa
menjadi pencerahan sedikit kepada cara kita bersikap agar tidak
keblusuk pada kepentingan2 privat atau orderan yg tadi saya
singgung.</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>semoga juga kita (in javanese) enggak anyi-anyi.
hehehehe, alias enggak nanggung.. kesana enggak kesini enggak... nggak
jelas! pilihan ada pada diri kita, bukan pada senior2 kita yg sekarang
sedangmerapat ke jenderal susilo maupun ke mega, bukan.. bukan di mereka, tetapi
di pundak kawan2 semua sebagai gmni (aktif).</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>selamat, semoga sukses berjuang!</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>didonk</FONT></DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>surabaya.</FONT></DIV>
<DIV> </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2>ps: berkali kali diulangi: netral itu bukan
steril.</FONT> </DIV>
<BLOCKQUOTE
style="PADDING-RIGHT: 0px; PADDING-LEFT: 5px; MARGIN-LEFT: 5px; BORDER-LEFT: #000000 2px solid; MARGIN-RIGHT: 0px">
<DIV style="FONT: 10pt arial">----- Original Message ----- </DIV>
<DIV
style="BACKGROUND: #e4e4e4; FONT: 10pt arial; font-color: black"><B>From:</B>
<A title=dn_three@yahoo.com href="mailto:dn_three@yahoo.com">donny</A> </DIV>
<DIV style="FONT: 10pt arial"><B>To:</B> <A title=gmni@polarhome.com
href="mailto:gmni@polarhome.com">Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia</A>
</DIV>
<DIV style="FONT: 10pt arial"><B>Sent:</B> Saturday, July 17, 2004 1:47
AM</DIV>
<DIV style="FONT: 10pt arial"><B>Subject:</B> Re: [GMNI] Re: Buat Sdr. Donny
yg tidak terima GMNI dimaki</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT><BR></DIV>
<DIV>Sebagai kritik otokritik tentu sebagai salah satu kader GmnI saya sangat
terima sekali. Semua kawan-kawan pun yakin bisa menerima selama itu masih
dalam batas-batas etika politik. Namun beberapa lontaran dan bahasa bung
Mahardhika cenderung tendensius, emosional dan memvonis. Saya menghargai
bung Mahardhika yang masih peduli terhadap sepak terjang GmnI, dan tentunya
bung Mahardhika juga bisa menghargai kawan2 yang saat ini bersusah payah
kecapekan berjibaku membangun pilar-pilar demokrasi ditingkatan grass
root.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Bukan kata maki seperti "bego loe" yang sebenarnya harus dikeluarkan
dalam konteks otokritik yang menghargai, itu saja yang membuat saya
kecewa.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Persoalan GmnI yang saat ini dipandang membela Mega sebenarnya adalah
bentuk kesalah-kaprahan beberapa orang terhadap posisi GmnI. Dengan
memunculkan issue militer dan militerisme kemudian GmnI dipandang memback-up
langkah gerak Mega menuju kursi Presiden.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Kalau kita mau jeli, isu militer dan militerisme (lepas dari kecurigaan
permainan asing) sebenarnya bukan milik GmnI sendiri, sebagian besar NGO dan
gerakan mahasiswa menyuarakan isu yang sama. Militer yang mulai kembali masuk
pada kancah politik ketatanegaraan Indonesia saat ini dapat dipandang sebagai
common enemy baru bagi kekuatan gerakan mahasiswa dan NGO.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Prinsip yang dipegang teguh GmnI yang saya tahu dalam Pemilu 2004 ini
adalah "Selamatkan Pemerintahan Sipil" dan "Tolak Presiden/Wapres dari unsur
Militer". Artinya siapapun Presidennya yang penting harus sipil, apakah itu
Amien Rais ataukah Mega. Bukankah KAMMI saat ini juga menyatakan sikap yang
sama?! Lalu apakah kemudian KAMMI dapat dianggap pendukung Mega? ternyata
tidak toh?</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Memang boleh2 saja sikap politik GmnI itu kemudian dimasukkan dalam peta
politik saat ini dimana GmnI dipetakan sebagai kekuatan pendukung Mega. Itu
wajar karena Mega sebagai salah satu alumni GmnI dianggap memiliki ikatan
historis yang kuat dengan GmnI.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Tetapi itu bukan berarti kemudian GmnI mendukung Mega kan? GmnI memiliki
garis ideologi sehingga jika GmnI saat ini mengambil garis politik itu bukan
berarti membabi buta, karena garis politik itu bersumberkan pada garis
ideologi yang telah ditetapkan. Mengawal demokrasi itulah yang menjadi
prioritas tanggung jawab GmnI saat ini, bukan mengawal Amien, SBY atau Wiranto
sekalipun.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Patut diingat, sikap politik tolak militer itu bukan reaksioner dan
emosional. Sikap politik itu juga bukan kepentingan politik praktis kawan2
GmnI. Sikap politik itu lahir dari garis ideologi tentang perlunya membangun
demokrasi politik yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Sikap politik itu juga
lahir dari garis sejarah yang menunjukkan pengaruh militer yang tiga dekade
menghancurkan seluruh bangunan negara dari budaya, ekonomi dan politik.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Ingat, kita tidak anti militer, kita hanya ingin menempatkan militer
sesuai dengan porsi dan tempatnya. Tidak ada sejarah demokrasi dengan
menggunakan senjata. Tidak ada sejarah demokrasi yang dipimpin oleh militer.
Sejarah di bangsa manapun menyatakan bahwa militer hanyalah bagian "alat"
negara, militer tidak boleh memegang pucuk pimpinan karena militer dibentuk
hanya sebagai alat perlindungan bagi negara. Jangan lupakan sejarah itu.
Ketika militer berkuasa yang terjadi adalah junta militer dan kematian bagi
demokrasi.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Saat ini rakyat Chili telah menolak dipimpin oleh militer kembali. Rakyat
Myanmar mulai bergeliat meminta Syu Kyi dibebaskan dari junta militer pimpinan
Jenderal Tan Swe. Lalu kenapa malah kita mengamini militer masuk kembali ke
bagunan demokrasi kita? </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Inilah salah persoalan mendasar tentang kenapa GmnI mati2an mengangkat
isu tolak militer untuk menyadarkan rakyat kembali terhadap bahaya laten
militer di Indonesia. Bukan GmnI yang menyatakan "bahaya laten" itu tetapi
sejarah gelap 30 tahunlah yang menyatakan itu.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Saya tidak tertarik dengan black campaign ataupun negatif campaign...
Karena itu tidak lebih dari permainan politik para kandidat dan kelompok
berkepentingan. Tapi toh kalau GmnI tetap dituduh melakukan black campaign,
GmnI siap menghadapinya karena memang yang dilakukan GmnI bukanlah black
campaign, tetapi sebaliknya justru true campaign karena GmnI mengangkat
tentang sejarah militer Indonesia yang sebenarnya... tidak mengada-ada, tidak
ditutup-tutupi.</DIV>
<DIV> </DIV>
<DIV>Sekian klarifikasi saya,</DIV>
<DIV>Terima kasih.</DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT><BR><BR><B><I>Dheyna Hasiholan
<dh_olan@yahoo.com></I></B> wrote:</DIV>
<BLOCKQUOTE class=replbq
style="PADDING-LEFT: 5px; MARGIN-LEFT: 5px; BORDER-LEFT: #1010ff 2px solid">
<DIV>Saya pikir yg dilakukan oleh bung Mahardika masih dalam konteks yg
proporsional.</DIV>
<DIV>Bung Mahardika cuma khawatir terjadi 'anarki' dalam kerangka berpikir
organisasi gerakan kemahasiswaan (khususnya GMNI) untuk membabi buta
memperjuangkan Mega menjadi presiden sehingga kemudian yg
dilakukan adalah black campaign (terlepas dari fakta bahwa data yg
disajikan memang membuat kita semua curiga terhadap adanya campur
tangan pihak asing, khususnya AS, dalam pilpres). </DIV>
<DIV><FONT face=Arial size=2></FONT> </DIV>
<DIV>Saran saya ... ada baiknya keluhan bung Mahardika diperhatikan secara
konstruktif. Bahwa mahasiswa sebaiknya GMNI berhati-hati dengan data
(baiknya diolah terlebih dahulu tanpa pretensi untuk memelintir) adalah
saran yg baik bagi perkembangan gerakan demokrasi ... bukankah menjadi
amanah bagi kita mahasiswa (kelompok yang dianugerahkan kesempatan untuk
berpikir kritis dan analis) untuk lebih bertanggung jawab secara moral dalam
memberikan kesadaran politik kepada rakyat?</DIV>
<DIV> </DIV>
<DIV>Maafkan saya ... dan mohon jgn tersinggung ...</DIV>
<DIV>Ini hanya refleksi bagi kita semua, khususnya saya, untuk lebih bijak
menempatkan diri dalam masa kritis bangsa ini</DIV>
<DIV> </DIV>
<DIV>salam</DIV>
<DIV>Dheyna Hasiholan</DIV>
<P>
<HR SIZE=1>
Do you Yahoo!?<BR><A
href="http://us.rd.yahoo.com/mail_us/taglines/50x/*http://promotions.yahoo.com/new_mail/static/efficiency.html">Yahoo!
Mail</A> - 50x more storage than other
providers!_______________________________________________<BR>GMNI mailing
list<BR>GMNI@polarhome.com<BR>http://www.polarhome.com/mailman/listinfo/gmni<BR></BLOCKQUOTE>
<P>
<HR SIZE=1>
Do you Yahoo!?<BR><A
href="http://us.rd.yahoo.com/mail_us/taglines/aac/*http://promotions.yahoo.com/new_mail/static/ease.html">Yahoo!
Mail Address AutoComplete</A> - You start. We finish.
<P>
<HR>
<P></P>_______________________________________________<BR>GMNI mailing
list<BR>GMNI@polarhome.com<BR>http://www.polarhome.com/mailman/listinfo/gmni<BR></BLOCKQUOTE></BODY></HTML>