[Karawang] Perusahaan Kolaps, Dirut Menghila

Ambon karawang@polarhome.com
Mon Aug 26 00:00:52 2002


Suara Merdeka
Senin, 26 Agustus 2002 Berita Utama

Investor PT QSAR Rebutan Tanah
Perusahaan Kolaps, Dirut Menghilang

SUKABUMI - Akibat ribuan investornya merasa dirugikan, menyusul kolaps-nya
PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), sebuah perusahaan agrobisnis yang berpusat
di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jabar, terjadi rebutan tanah dan
bangunan milik perusahaan itu.
Kini terjadi rebutan tanah dan bangunan yang menjadi aset PT QSAR oleh para
investornya. Baik aset yang ada di Kantor Perwakilan PT QSAR di Jakarta
maupun yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Dikhawatirkan, rebutan aset ini bisa menimbulkan konflik horizontal yang
berkepanjangan. Konflik bisa terjadi antara sesama investor ataupun antara
investor dengan warga masyarakat. Sebab, jumlah aset yang diperebutkan para
investor sangat terbatas dengan status aset yang tidak begitu jelas.
Masih menurut sumber tersebut, ribuan investor mengaku dirugikan yang
seluruhnya mencapai ratusan miliar rupiah.
Dirut PT QSAR Ramli Araby SE dikabarkan menghilang. Terbukti ketika
dilakukan sidang gugatan oleh ribuan investor di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, belum lama ini, Ramli tidak hadir. Begitu pula dengan pengacaranya
yang selama ini menjadi pembela pengusaha yang mengaku asal Aceh itu.
Disebutkan, banyak investor yang belum mengetahui bahwa PT QSAR telah
membangun 210 unit rumah di Pasir Bendera, Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Rumah tipe 36 dengan luas 120 meter persegi setiap unit tersebut,
diperuntukkan bagi PNS Kabupaten Sukabumi di Pelabuhan Ratu.
Kemungkinan besar, ke 210 rumah yang dibangun dengan dana voor financiering
itu, akan "diserbu" para investor perusahaan agrobisnis tersebut.
Pernyataan itu diungkapkan sejumlah investor yang mendatangi Kantor Pusat PT
QSAR di Desa Gunung Jaya di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jumat
(23/8) lalu. Mereka datang dengan tujuan untuk mematok tanah sebagai jaminan
terhadap modalnya. Para investor tersebut banyak yang terlambat memasang
papan pengumuman di lahan ataupun di kawasan bangunan milik PT QSAR.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa, setelah mengetahui PT QSAR kolaps.
Kedatangan saya ke sini untuk mengetahui informasi tentang aset yang masih
dimiliki PT QSAR," ungkap Agus Riyanto, salah seorang investor asal Kebon
Jeruk, Jakarta yang mengaku telah menyimpan uangnya Rp 200 juta di PT QSAR.
Para investor yang mendatangi Kantor Pusat PT QSAR di Sukabumi, Sabtu lalu,
gagal menemui pimpinan ataupun jajaran direksi. Mereka hanya disambut
sejumlah petugas keamanan yang menjaga aset milik PT QSAR.
Para petugas keamanan pun mengaku khawatir akan terjadi konflik, menyusul
kebangkrutan perusahaan yang berdiri pada tahun 1997 ini, dan sempat
dikunjungi Wapres Hamzah Haz.
Menurut salah seorang petugas keamanan setempat, lahan yang ada di sekitar
Desa Gunung Jaya telah habis dipatok para investor. Karena itu, banyak
investor yang berupaya mencari informasi mengenai lahan atau bangunan yang
menjadi aset PT QSAR.
"Kalau di sekitar sini, lahan yang dinyatakan milik PT QSAR sudah habis
dipatok para investor. Mereka mematok tanah dengan cara menulisi identitas
dirinya pada papan pengumuman. Sedangkan investor yang tidak kebagian jatah
tanah, masih kebingungan mencari aset PT QSAR yang berada di tempat lain,"
tutur seorang petugas keamanan yang mengaku bernama Djamaludin.
Menurut dia, aset terdekat yang merupakan milik PT QSAR di antaranya tempat
pemotongan sapi di daerah Cemerlang Kota Sukabumi, gudang air mineral di Jl
Pelabuhan II Kota Sukabumi, serta lahan perumahan PNS Pemda Kabupaten
Sukabumi di daerah Tenjoluat, Pelabuhan Ratu. Aset itu kini menjadi incaran
para investor yang berjumlah mencapai sekitar 6.800 orang.
"Pematokan itu memang sudah menjadi hak investor. Kami tidak bisa
melarangnya. Dalam hal ini kami hanya menjaga agar aset tersebut tidak
dirusak," kata Djamaludin.
Menurut sebuah sumber, awal kebangkrutan terjadi ketika PT QSAR melakukan
ekspansi usahanya dengan membuat usaha baru di sektor transportasi. Usaha
ini tidak berjalan lama, karena ratusan kendaraan disita oleh para
pemiliknya. Setelah itu, menyusul kebangkrutan lainnya yakni di sektor usaha
agrobisnis dan peternakan.
"Perusahaan mulai terlihat kolaps sejak Maret lalu. Sejak itu, pimpinan PT
QSAR Ramly Arabi tidak pernah datang ke sini. Sekarang ini, saya juga tidak
mengetahui keberadaan Pak Ramly. Katanya dia sedang berada di Poso
(Sulawesi)," ujar sumber tersebut.
Aset Dijaga
Di lain pihak, seorang investor yang datang dari Jakarta mengaku sudah
meminta Babinsa setempat untuk mengawasi dan menjaga aset yang telah
ditandainya (dipatok). Hal itu dilakukan agar aset yang telah dikuasainya
tidak direbut oleh investor lain. Sebab, ada kemungkinan papan pengumuman
dicabut dan diganti oleh investor yang tidak kebagian aset.
"Saya telah mengontak salah satu aparat keamanan agar lahan yang sudah
ditandai tidak diganggu oleh orang lain. Namun, saya sendiri merasa ragu
lahan itu akan bisa menjadi milik saya," tutur seorang investor.
Sejumlah investor dari Bogor mengaku malu terhadap kejadian ini. Akibatnya,
mereka menolak untuk diwawancarai oleh wartawan. "Orang kena tipu malah
diwawancarai. Kami tidak ingin masalah ini diekspose ke media massa, karena
para pemilik perusahaan pada kabur," kata seorang perempuan asal Bogor yang
mengaku berinvestasi Rp 100 juta untuk usaha peternakan sapi.
Wakapolres Sukabumi Kompol Drs Giri Purwanto mengatakan, investor yang sudah
melapor ke Mapolres Sukabumi hingga Jumat (23/8) baru tujuh orang, dengan
nilai investasi masih dihimpun. "Semua pelapor berasal dari luar Sukabumi,"
jelas Giri.
Penyesalan
Ny Dewi Setianingsih (41) asal Kelapa Gading, Jakarta tertunduk lesu sambil
memandang pohon-pohon perdu yang tumbuh di pelataran PT QSAR Sukabumi.
Wajahnya jelas mencerminkan penyesalan yang sangat dalam. Betapa tidak, uang
pesangon suaminya Rp 25 juta yang ditanam di perusahaan agrobisnis ini
amblas bersama raibnya Dirut PT QSAR H Ramly Arabi SE.
"Bagi saya, uang itu cukup besar. Tadinya saya berharap bisa mendapatkan
uang kelebihan seperti yang dijanjikan oleh perusahaan ini 25% dari jumlah
uang yang kami simpan. Kenyataan, jadi begini. Saya malu terhadap suami saya
yang sempat melarang saya dan akan memanfaatkan uang pesangon sebesar itu
untuk berdagang di kaki-lima. Mungkin setelah melihat kenyataan ini saya
harus berpisah dari suami dan anak-anak saya. Saya benar-benar malu," tutur
ibu yang mengaku memiliki anak lima orang ini.
Awalnya, Dewi tertarik menyimpan uang setelah menonton tayangan televisi
swasta yang melaporkan mengenai keberhasilan usaha agrobisnis yang dikelola
PT QSAR. Terlebih lagi beberapa tetangganya di Kelapa Gading yang terlebih
dahulu menyimpan uang di perusahaan itu mengaku sempat menerima uang
pembagian keuntungan dari tanaman cabe dan tomat. Jumlahnya cukup besar.
Dari uang yang ditanam Rp 50 juta, tetangga Ny Dewi sempat menerima dua kali
Rp 6 juta, dan uang tersebut langsung dijadikan tambahan modal di perusahaan
yang sama.
Tetapi kini, baik Ny Dewi maupun beberapa tetangganya terpaksa gigit jari.
Jangankan kembali modal beserta keuntungan, ingin ketemu Ramli saja hingga
kini sangat sulit. "Mungkin kalau bertemu dia, saya robek-robek mukanya,"
tandas Ny Dewi.
Sejumlah investor datang dari berbagai kota, mulai dari Sukabumi, Cianjur,
Bogor, Jakarta, Bandung, hingga Cilacap dan Yogyakarta, bahkan dari luar
Pulau Jawa. Tujuannya sama, mencari kepastian tentang uang yang mereka
tanamkan, sekaligus mencari aset perusahaan yang masih tersisa.(ant-16k)