[Karawang] [Nasional] Fenomena Sony, Lonceng Keterpurukan Ekonomi Indonesia
admin
karawang@polarhome.com
Wed Dec 4 00:12:04 2002
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Fenomena Sony, Lonceng Keterpurukan Ekonomi Indonesia
Oleh Hubertus Ubur
Masih sesak napas akibat tragedi bom Bali yang telah merenggut jiwa sehingga
disebut tragedi kemanusiaan, kita dikejutkan lagi oleh berita tentang ”
raksasa” elektronik, Sony. Cabang Indonesia perusahaan transnasional itu
akan ditutup bulan Maret tahun 2003.
Sebenarnya apa yang terjadi adalah Sony melakukan relokasi pabrik atau
keluarnya investor Jepang itu dari Indonesia. Sampai saat ini Sony memiliki
sekitar 70 pabrik Sony yang tersebar di seluruh dunia, dan kini mereka
hendak menguranginya menjadi hanya 54 pabrik. Seperti diketahui, Sony
Corporation pada akhir bulan November lalu melontarkan niat hendak menutup
pabrik audionya di Indonesia. Langkah yang akan direalisasikan pada bulan
Maret tahun depan itu bakal membuat 1.100 buruhnya menganggur. Ada apa
gerangan? Pihak Sony mengatakan kebijakan ini diambil demi efisiensi dan
efisiensi itu dapat meningkatkan daya kompetitifnya di pasar lokal dan
global.
Percayakah kita pada alasan yang diberikannya? Tentu saja tidak! Pertama,
karyawan Sony yang berlokasi di Bekasi itu mengatakan bahwa produksi selama
ini meningkat. Banyak order masuk, penjualan meningkat, berarti keuntungan
pun meningkat. Jadi tidak masuk akal jika demi efisiensi perusahaan ditutup
sebab tidak sesuai dengan kenyataan. Kedua, mengapa justru Sony yang di
Indonesia? Bukankah Indonesia ini mempunyai banyak keunggulan komparatif
yang dapat membuat investor memperoleh keuntungan berlipat-lipat? Upah buruh
murah, bahan baku murah, potensi pasar besar, kurang apalagi?
Setelah dikejar-kejar ternyata penutupan itu disebabkan karena ada beberapa
masalah lain yang turut mempengaruhi seperti pajak, masalah ketidakpastian
aturan hukum dan keamanan, eforia buruh Indonesia dan sebagainya. Jadi
alasannya justru bukan ekonomis, meski yang dikedepankan Sony adalah alasan
ekonomis itu. Maklum Sony sudah belajar banyak dari budaya Indonesia,
berbasa-basi dengan menunjukkan bahwa alasan internal merekalah yang
berperan dan bukan alasan eksternal atau pihak lain yaitu bangsa dan
masyarakat Indonesia. Sebab, sikap hidup yang menonjol dari masyarakat
Indonesia sekarang adalah sikap tidak mau di-salahkan! Lihat saja, ketika
ada pernyataan dari Pak Hendropriyono, Kepala BIN, bahwa di Poso ada
jaringan teroris internasional, ia diberondong dengan sikap antipati dan
kritikan-kritikan yang sangat tajam, dan dikemukakan dengan sangat pedas dan
keras. Akibatnya dia diam.
Lalu apa yang kita saksikan bahwa kemudian bangsa dikejutkan oleh berbagai
aksi teror, yang tidak hanya menelan korban tetapi juga mempermalukan bangsa
dalam pergaulan internasional. Lebih parah lagi, sudah ada tindakan teror,
masih ada saja yang tidak percaya kalau orang Indonesia terlibat di
dalamnya. Setelah polisi mengungkap satu-satu siapa pelakunya, masih ada
yang berkata bahwa mereka hanya diperalat oleh jaringan intelijen asing.
Bagaimanapun pasti ada rekayasa asing untuk memojokkan Indonesia. Apakah
bantah-membantah itu tidak boleh? Boleh saja! Tetapi apalah artinya jika
hanya membantah, tanpa refleksi diri, bertanya dengan hati dan pikiran
jernih tentang kemungkinan orang Indonesia melakukan kesalahan.
Tentu kita tidak boleh telan bulat-bulat omongan orang asing, seperti Sony,
tetapi, kiranya hal itu disertai dengan sikap kritis terhadap diri sendiri
jangan-jangan kita adalah penyebabnya. Kita biasanya terjebak oleh asumsi
kita sendiri bahwa kita bangsa yang ramah, bangsa yang religius, lalu tidak
kritis lagi bahwa bisa saja ada diskrepansi antara pengakuan iman dan
kehidupan nyata.
Kembali ke apa yang dikemukakan di atas, Sony mengedepankan alasan yang
bersifat ekonomis untuk menutup perusahaannya di Indonesia. Pertanyaan
kritis yang bisa diajukan ialah apa yang sebenarnya menjadi alasan dominan
bagi Sony untuk menutup perusahaannya di Indonesia? Alasan ekonomiskah?
Ataukah alasan-alasan non-ekonomis. Jika karena alasan pertama, tentu kita
tidak dapat berbuat apa-apa. Paling kita hanya dapat menuntut apa yang
menjadi hak karyawan kita yang selama ini bekerja pada Sony. Tetapi kalau
karena alasan situasi dan kondisi, maka itu loonceng kehancuran ekonomi
Indonesia sudah dibunyikan. Mengapa? Pertama, selama ini Jepang merupakan
investor terbesar di Indonesia. Konon, dari joint-venture saja Jepang sudah
mengantongi keuntungan berlipat-lipat, apalagi dari perusahaanya sendiri.
Mengapa dia meninggalkan keuntungan itu? Dengan henkangnya Sony berarti kita
kehilangan pekerjaan untuk sekian ribu karyawan, dan kehilangan penghasilan
untuk sekian banyak mulut.
Kedua, jika alasannya adalah masalah keamanan, maka pasti tidak hanya
melibatkan Sony tetapi juga semua perusahaan asing. Bayangkan kalau semua
perusahaan asing angkat kaki dari Indonesia. Akan terjadi pengangguran
besar-besaran. Keadaan itu akan memicu munculnya kriminalitas dalam berbagai
bentuk. Jika kriminalitas meningkat maka gangguan keamanan dan ketenteraman
pun semakin menjadi-jadi. Dalam kondisi ini akan banyak yang stres, dan
dalam keadaan stres, orang mudah tersulut untuk melakukan hal-hal yang
mengganggu kegiatan-kegiatan ekonomi dan penyelenggaran pemerintahan.
Lantas, apa solusinya? Ada usul untuk berembuk, agar Sony tidak serta-merta
hengkang dari Indonesia. Pemerintah mau mendengar apa keluhan Sony dan
pemerintah berjanji akan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi Sony.
Usul yang tentu saja baik. Namun perlu diingat bahwa salah satu kebiasaan
buruk bangsa ini adalah suka mengobral janji alias janji doang tanpa
memenuhinya.
Ketika ada masalah, penyelenggara negara ini suka menjawab dengan janji,
namun dalam perjalanan waktu, janji itu tidak ditepati. Perhatikan apa yang
dijanjikan oleh para pejabat eksekutif, judikatif maupun legislatif ketika
mereka dilantik.
Apakah mereka sungguh melakukan apa yang mereka janjikan? Inilah yang
menimbulkan ketidakpercayaan pada diri orang asing terhadap masyarakat
Indonesia. Padahal ada pepatah yang mengatakan: Sekali lancung ke ujian,
seumur hidup tidak dapat dipercaya. Nah, sudah berapa kali kita berjanji?
Lalu berapa lancungnya? Hitung sendiri! Sebagai terapi sesaat, boleh
berjanji lagi. Akan tetapi kita harus serius memperbaiki keadaan dan
berbagai kebijakan yang merugikan orang dan bangsa lain. Tidak terkandung
maksud untuk mengatakan bahwa apa saja yang diinginkan oleh orang asing
harus dipenuhi. Itu namanya bangsa bermental hamba! Dari lain pihak,
kehormatan bangsa kiranya harus diartikan bahwa kita menghormati hak orang
dan bangsa lain sewajarnya. Ketika kita mau dihormati bangsa lain, kita pun
sekaligus mewajibkan diri untuk menghargai hak-hak orang lain dalam berbagai
bidang dan kebijakan.
Tanpa itu, bangsa lain tetap tidak akan menaruh percaya dan mereka akan
berbaik sama kita hanya untuk sesaat dan menunggu waktu yang tampan untuk
memutuskan kerjasama, kendati nampak menguntungkan baginya. Apa yang
ditunggu adalah sikap konsisten, bukti nyata, dan bukan janji, apalagi janji
gombal dan akal-akalan. Jadi masalah Sony adalah masalah appeal terhadap
disiplin, tanggungjawab, dan moral bangsa yang harus diwujudkan secara
nyata, jika tidak akan ditinggalkan oleh bangsa lain dengan segala akibatnya
di bidang ekonomi, politik dan sosial
Penulis adalah kandidat doktor sosiologi Unika Atama Jaya, Jakarta.
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------