[Karawang] [Nasional] Jemaah Islamiyah dekat dengan TNI, Mungkinkah Itu?
admin
karawang@polarhome.com
Fri Dec 13 23:24:05 2002
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Sabtu 14 Desember 2002 05:00 WIB
Jemaah Islamiyah dekat dengan TNI, Mungkinkah Itu?
Sidney Jones, direktur ICG International Crisis Group on Indonesia tidak
yakin kalau Abu Bakar Ba'asyir dapat dibebaskan dalam waktu dekat.
Menurutnya ada cukup bukti keterlibatan Ba'asyir dalam pemboman di
malam Natal tahun 2000. Waktu itu, pelbagai pemboman diotaki oleh
Jamaah Islamiyah dengan tokoh utamanya Abu Bakar Ba'asyir. Menariknya,
Jones juga menyinggung bahwa ada seorang jenderal TNI yang
berhubungan dengan tokoh Jamaah Islamiyah, walau pun tidak langsung.
Ikuti keterangan direktur ICG Sidney Jones kepada Radio Nederland:
Sydney Jones [SJ]: Saya kira siapa saja otaknya pasti dekat dengan
Hambali. Jadi kemungkinan besar bahwa otaknya di luar Indonesia. Tapi
jumlah orang setingkat Hambali cuma sedikit saja.
Radio Nederland [RN]: Dengan demikian menurut anda tidak ada
alasan untuk lebih lanjut menahan Abu Bakar Ba'asyir?
SJ: Saya tidak bilang begitu, tapi saya bilang di dalam laporan itu bahwa
pasti dia tahu sebelumnya tentang rencana aksi-aksi Jemaah Islamiyah,
karena sudah ada bukti tentang pertemuan dan nggak mungkin bahwa
rencana itu tidak dibahas sebelumnya. Kita nggak tahu apa secara
terperinci pemboman Bali dibahas di dalam rapat itu, tetapi bahwa
pemboman malam natal sudah jelas.
RN: Di bagian lain pada laporan anda, anda juga mengatakan bahwa
selama ini, serangan Jemaah Islamiyah itu hanya diarahkan
terhadap orang-orang Kristen. Dan Bali merupakan sesuatu yang
baru, karena arahnya adalah orang-orang Amerika, pokoknya
orang-orang Barat.
SJ: Yang menarik dalam penelitian kami, sudah jelas bahwa Maluku dan
Poso menjadi sasaran Jihad, jadi secara sengaja orang yang mau direkrut
ke aksi-aksi kekerasan diperlihatkan VCD tentang Poso dan Maluku.
Bagaimana ada pembantaian orang Muslim di sana, akibatnya adalah untuk
menciptakan semacam kemarahan terhadap orang Kristen. Bukan hanya
orang kristen Indonesia saja yang dibenci, tapi tentu saja orang Indonesia
lebih dekat dan lebih gampang untuk menjadikan sasaran.
Tapi begitu konflik di Maluku dan Poso sudah mulai berkurang, ditambah
dengan permulaan perang terhadap terorisme rupanya bahwa mulai
berubah sasaran kemarahan JI.
RN: Kalau begitu apakah berarti bahwa orang-orang Barat yang
berada di Indonesia sekarang harus khawatir akan ada kelanjutan
yang lain-lainnya?
SJ: Sulit bagi kami untuk menganalisa apakah sekarang ini kekuatan JI
masih tetap sama dengan sebelum orang-orang ditangkap seperti Imam
Samudra atau orang macam Mukhlas. Yang kami ingin melihat lebih jauh
siapa yang direkrut JI, caranya bagaimana dan apa motivasinya. Dan
motivasinya adalah membalas dendam atas apa yang terjadi di Maluku dan
Poso.
Dan yang menarik untuk kami bagaimana dua tempat itu mengganti
Afganistan atau Filipina selatan sebagai tempat latihan. Jadi kalau pada
pertengahan tahun 1980an, orang-orang yang dekat dengan Abu Bakar
Ba'asyir dan Abdullah Sungkar dikirm ke Afganistan untuk mendapat
semacam pengalaman pertempuran, selama dua tiga tahun belakangan ini
justru yang muda dalam kalangan ini dikirim ke Maluku dan Poso.
RN: Yang menarik juga dalam laporan itu anda menyingung
hubungan antara Jemaah Islamiyah dan TNI. Atau pihak-pihak
dalam TNI. Karena keduanya sama-sama menentang GAM. Ini bisa
dijelaskan lebih lanjut?
SJ: Kami tidak menuduh TNI ikut dengan pemboman atau mendukung JI
dengan aksi-aksi macam itu. Hanya yang kami lihat ada orang-orang dari
Aceh yang, atau ikut dengan JI, atau dekat dengan JI. Baik yang tinggal
di Malaysia mau pun yang tinggal di sini di Indonesia, yang pernah kerja
dengan Kopassus atau pernah menerima semacam bantuan finansial dari
orang-orang di TNI.
Waktu kami menyelidiki kasus pemboman malam natal di Medan, jelas
bahwa tiga orang yang ditangkap semuanya ada hubungannya dengan
GAM murni yaitu GAM yang taat dengan Hasan di Tiro di Swedia. Tapi
semua orang Aceh yang bekerja dengan Jemaah Islamiyah, adalah orang
yang dekat dengan MP GAM, fraksi yang melawan Hasan di Tiro. Dan kami
juga bisa melihat bahwa ada kepentingan TNI untuk menangkap GAM dan
menuduh mereka ikut dalam pemboman malam natal. Tetapi nggak masuk
akal sama sekali bahwa GAM terlibat dengan pemboman gereja. Itu nggak
pernah terjadi.
Jadi kalau kita gali sedikit lebih dalam, jelas bahwa ada hubungan baik
secara pribadi maupun komunikasi HP dan sebagainya antara antara orang
yang kenal dengan orang yang jadi koordinator pemboman malam natal
dan orang yang dekat dengan TNI. Kita nggak bisa bilang bahwa TNI
terlibat dengan aksi-aksi itu, tidak ada bukti sama sekali yang menuju ke
situ. Hanya bahwa orangnya yang dekat dengan JI, sama-sama dekatnya
dengan orang di tingkat Kopassus.
RN: Tetapi mereka kan memperoleh latihan dari TNI?
SJ: Kita nggak bilang bahwa mereka sudah dapat latihan dari TNI, ada
satu orang yang dulu dibina oleh Kopassus sudah ditangkap di Aceh tahun
1979, sejak saat itu dia dekat sekali dengan Sjafrie Sjamsuddin yang saat
ini jadi juru bicara atau ketua Puspen TNI di Jakarta. Jadi agak aneh
bahwa dia bisa begitu dekat dengan Sjafri Sjamsuddin. Juga dia bilang
kepada saya bahwa menganggap Hambali sebagai anak sendiri.
Tapi hubungannya dengan Hambali melalui hubungan keluarga dengan
Darul Islam. Tapi menurut saya paling sedikit ada indikasi bahwa tentara
mungkin tahu lebih banyak tentang strukur JI dari pada yang dikasih tahu
sebelumnya.
RN: Inikah alasan anda mengapa dalam laporan itu anda
menganjurkan supaya lebih membantu pihak polisi daripada
membantu pihak BIN yang kebanyakan memang dikuasai oleh TNI?
SJ: Antara lain. Tapi saya kira juga tepat sekali bahwa polisi diperkuat
sekarang ini karena ada bahaya dan ada kemungkinan bahwa melalui
perang terhadap teror ada peluang bagi TNI untuk memperluaskan
kegiatan intel di seluruh Indonesia. Dan sudah mulai memang!
Tapi kalau Indonesia akan betul-betul berhasil dengan transisi kepada
demokrasi, yang harus terjadi adalah lembaga sipil yang diperkuatkan,
bukan yang militer.
Demikianlah Sidney Jones, direktur ICG International Crisis Group di
Jakarta.
-------------------------------------------
Hak cipta 2002 Radio Nederland Wereldomroep
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------