[Karawang] Ramadan dan Perubahan Logika Politik di Indonesia
akang
karawang@polarhome.com
Thu Nov 7 17:36:06 2002
Ramadan dan Perubahan Logika Politik di Indonesia
Intro: Ramadan tahun ini berlangsung dalam suasana politik panas, mungkin
terpanas selama bertahun-tahun. Tetapi politik Indonesia pun telah mengalami
perubahan, karena orang sudah sadar bahwa terorisme memang harus dilumpuhkan. Di
sinilah terlihat pelbagai perubahan dalam sikap politik pejabat pemerintah.
Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:
Di tengah-tengah situasi politik yang mulai memanas, umat Muslim Indonesia tetap
menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan ini. Agaknya puasa kali ini menjadi
batu ujian bagi umat Islam untuk menahan diri dari provokasi politik yang datang
dari dalam mau pun luar negeri. Kasus pemboman di Bali yang berbuntut
penangkapan Abu Bakar Ba'asyir dan sejumlah tokoh agama Islam lainnya, yang
diduga terkait dengan aksi terorisme.
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azumardi Azra, mengatakan
memang ada kalangan Islam tertentu yang teroris namun janganlah seluruh umat
Islam dipersalahkan. Jangan digeneralisasi bahwa semua umat islam terlibat
terorisme
Azumardi Azra: Kita tidak bisa menggeneralisasi ya. Baik dalam konteks
Indonesia, konteks Malaysia, mau pun juga konteks internasional, bahwa hal-hal
seperti ini adalah sengaja memang digunakan untuk menghabisi semua gerakan
Islam. Sebab kita lihat hanya beberapa kelompok saja yang memang diincar, gitu.
Tetapi yang lain-lain toh tidak gitu. Jadi ya mungkin dalam sudut historisnya
memang mempunyai kaitan-kaitan dan jaringan-jaringan seperti itu.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah mau pun polisi sekarang ini dalam konteks
memberangus gerakan Islam, saya belum sejauh itu. Saya melihat memang yang
dijadikan target atau pun sasaran atau pun incaran itu kan orang-orang yang
mungkin secara sejarahnya memang punya kaitan, punya dugaan-dugaan seperti itu.
Sedangkan pihak kepolisian hingga kemarin sudah mampu mengidentifikasi beberapa
orang yang diduga terlibat kasus pemboman di Bali. Orang-orang tersebut pernah
belajar di pesantren Ngruki, di antaranya Amrozi, yang kenal dengan Ustadz Abu
Bakar Ba'asyir. Ustadz Zakaria, pimpinan Pondok Pesantren Al Islam Trenggukan
mengakui bahwa Amrozi kenal dengan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Mereka pernah
bertemu di rumahnya.
Ustadz Zakaria: Bertepatan Ustadz Ba'asyir datang ke pesantren waktu itu Amrozi
ada di rumah, jadi ikut. Waktu selesai ceramah salaman biasa.
Amrozi atau AM Rozi, pria asal Desa Trenggulun, Kecamatan Solopuro, Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur, diduga kuat memiliki kaitan dengan bom Bali. Dia ditangkap
petugas Polres Lamongan, Selasa lalu dan setelah diperiksa di Polda Jawa Timur,
langsung dibawa ke Polda Bali.
Tertangkapnya orang pesantren Ngruki ini jelas semakin memojokan golongan Islam
fanatik. Seorang Habib di Jakarta mengatakan, "Sejak dulu, ketika Majelis
Mujahidin didirikan saya sudah memperingatkan kawan-kawan agar jangan main-main
dengan militer." Seorang mantan aktivis Jamaah Imron juga mengatakan bahwa
teman-temannya sudah terjebak dalam permainan intel militer. Dan sejak tahun
lalu ia sudah tahu bahwa skenario semacam ini akan dilaksanakan.
Kalangan petisi 50 dan kalangan PDI-Perjuangan juga mengungkapkan ini merupakan
pola Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan militer. Sejak zaman Ali Moertopo
mereka selalu berupaya membangkitkan kelompok ekstrim Islam yang kemudian
ditelikung. Walau pun diakuinya memang saat ini sudah ada kaitan antara Islam
radikal dengan teroris internasional. Militer Orde Baru dengan mudah dapat
memanfaatkan kelompok-kelompok Islam radikal itu.
Tertangkapnya Amrozi cs di lain pihak juga menunjukan bagaimana efektifnya perpu
anti terorisme. Hingga kini sudah 200 orang diperiksa polisi berdasarkan perpu
tersebut. Namun hanya beberapa di antaranya yang dipastikan mengarah untuk
dijadikan tersangka. Di antaranya Amrozi dan Yudi. Dalam pasal 26 Perpu anti
Teroris disebutkan polisi dapat menangkap orang yang dicurigai, dan diperiksa
sedikitnya tujuh kali 24 jam. Inilah yang dibangga-banggakan oleh Megawati.
Bahwa dialah satu-satunya yang berani mengambil tanggung jawab saat ini, dengan
menandatangani Perpu Anti Terorisme.
Sedangkan pimpinan nasional lainnya hanya bisa mengritik dan berdiskusi.
Berdasarkan keberaniannya ini pula dan dengan kondisi ideal yang telah
diciptakan militer Orde Baru, Megawati kini dengan mulus dapat menandatangani
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Terorisme Kamis kemarin.
Selain RUU tentang Terorisme yang begitu mulus, akibat bom Bali sekarang muncul
pula paradigma baru mengenai situasi politik. Kelompok-kelompok dalam
masayarakat kini enggan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok radikal
Islam. Bahkan atas dorongan para jenderal Orde Baru, Front Pembela Islam telah
membubarkan diri menyusul pembubaran Laskar Jihad.
Hamzah Haz pun kini goyah. Tekanan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara
sekutu terhadap upaya pemberantasan teroris di Asia Tenggara, khususnya
Indonesia, menggugurkan kegigihan Hamzah Haz untuk terus mempertahankan
pandangannya bahwa tidak ada teroris di Indonesia. Bahkan Hamzah Haz terlihat
sangat mengikuti logika Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat Paul Wolfowitz.
Wakil Menteri Pertahanan yang pernah menjadi duta besar di Jakarta itu
mengatakan bahwa jika Indonesia tidak serius memberantas terorisme maka akan
menghadapi konsekuensi yang mengerikan. Hamzah cepat-cepat mengatakan bahwa
pemerintah sangat serius memberantas terorisme. Buktinya, pemerintah telah
mengeluarkan RUU tentang Terorisme.