[Karawang] [Nasional] Otak Bom Bali Diburu ke Ujung Dunia

karawang@polarhome.com karawang@polarhome.com
Sat Nov 30 01:37:20 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Sinar Indoesia Baru
29/11/2002

Hari Ini Imam Samudra-Amrozy Dikonfrontir di Bali
WN Yaman Otak Bom Bali Diburu ke Ujung Dunia

Jakarta (SIB)
Syahfullah, Warga Negara (WN) Yaman, dan Zubair, WN Malaysia, sedang diburu
polisi walau sampai ke ujung dunia. Keduanya bersama Syawal, WN Indonesia,
disebut-sebut berperan sebagai otak peledakan bom di Legian, Bali.

Munculnya tiga nama baru sebagai bagian dari deretan orang yang dicurigai
terlibat pengeboman Bali diungkap satu media massa asing, Time.

Dalam berita media massa tersebut disebutkan tersangka teroris Imam Samudra
dan kawan-kawannya itu hanya diperalat gembong teroris asal Yaman dan
Malaysia.

Meski sejauh ini, Polri, Selasa (26/11) menyatakan belum punya bukti kuat
soal keterlibatan ketiga orang tersebut Imam Samudra maupun Amrozy yang
sudah ditangkap juga belum menyebut nama yang bersangkutan.

Imam Samudra Cs masih mengaku aksi peledakan bom di Bali pada 12 Oktober
2002 menewaskan 185 orang, dilakukan oleh kelompoknya tanpa melibatkan pihak
asing.

Otak pelaku

Kepala Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) Polri Komjen Pol Erwin MAP
mengatakan sampai saat ini fakta yang ditemukan polisi di lapangan
menyebutkan otak pelaku pengeboman adalah Abdul Aziz alias Imam Samudra,
dibantu oleh sejumlah tersangka lainnya.

Namun, informasi sekecil apapun yang terkait dengan kasus bom Bali,
dipastikan dikejar polisi sampai ke manapun. Bila mereka di luar negeri,
akan diburu melalui kerjasama dengan jaringan interpol. "Tunggu saja
perkembangan selanjutnya," tandas Erwin di Mabes Polri.

Syahfullah dan Zubair disebut-sebut sebagai kaki tangan Al-Qaedah di
Indonesia. Sedangkan Syawal dikenal sebagai menantu Abdullah Sungkar,
pendiri JI (Jemaah Islamiyah) di Malaysia.

Sementara itu, Imam Samudra, Rauf, Yudi dan Amin yang ditahan di Mabes Polri
belum dilakukan pemeriksaan. Ketua Tim Investigasi Irjen Made Mangku-Pastika
menyebutkan penanganan tersangka tersebut baru tahap pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental oleh tim medis. Imam Samudra Cs ditahan selama sekitar
seminggu di Mabes Polri dalam kaitan dugaan pengeboman pada malam Natal di
Jakarta. Setelah itu akan dibawa ke Bali untuk diperiksa dalam pengeboman di
pulau dewata tersebut.

Dikonfrontir di Bali

Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM) untuk kasus bom di Bali, Suyanto SH
menegaskan bahwa tersangka Imam Samudra dan Amrozy akan dikonfrontir di
Polda Bali, Kamis (28/11).

"Rencananya begitu, polisi akan mengkonfrontir keterangan keduanya di Bali
Kamis, Insya Allah, saya sendiri akan ke Bali jika tidak ada perubahan
rencana," katanya kepada Antara di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, Imam Samudra hingga kini masih menjalani serangkaian
pemeriksaan di Mabes Polri setelah ditangkap di Pelabuhan Merak, Banten
Kamis (21/11).

"Dia (Imam Samudra) kemungkinan akan dibawa ke Bali Kamis berkaitan rencana
konfrontir dengan Amrozy," katanya.

Tentang rencana konfrontir Imam Samudra dengan Amrozy, Kapolri tidak
menjawab secara tegas, namun menegaskan bahwa konfrontir memang merupakan
bagian dari penyidikan.

Imam Samudra Sehat

Setelah diistirahatkan sehari, Imam Samudra kini diperiksa. Sebelum
diperiksa tim penyidik, tersangka berbagai bom di Indonesia dan bom Bali ini
diperiksa kesehatannya, baik fisik maupun jiwanya. Demikian penjelasan Jubir
Tim Investigasi Bom Bali Brigjen Pol Edward Aritonang kepada wartawan di
Mabes Polri, Jl. Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (26/11) sekitar pukul
12.00 WIB.

Rencananya, Samudra juga akan diperiksa tim penyidik berkaitan peledakan bom
di Batam. "Sebagian tersangka yang sudah divonis menyatakan ada keterlibatan
dengan Imam Samudra. Yang bersangkutan juga mengaku adanya keterlibatan
itu," ungkap Edward.

Pada kesempatan itu, Edward juga menjelaskan bahwa saat ini terkait bom Bali
dan kasus-kasus yang berkaitan, polisi sudah menetapkan 15 tersangka.
Kelimabelas tersangka itu adalah tersangka bom Bali, tersangka penemuan
senjata di Lamongan, tersangka perampokan toko emas Elita, dan tersangka
kepemilikan senjata api lainnya.

Khusus untuk kasus bom Bali, yang sudah resmi ditahan adalah Imam Samudra
dan Amrozy dan tiga orang lainnya yang masih berstatus possible suspect.

Hambali Pelatih Pengebom Bunuh Diri

Sebanyak 4 pria ditangkap polisi Malaysia dengan tuduhan menjadi anggota
Jamaah Islamiyah (JI). Mereka mengaku sebagai pasukan bunuh diri dan Hambali
adalah pelatihnya!

Salah satu dari 4 pria itu berwarganegara Singapura yang diduga mempunyai 2
saudara yang telah ditahan polisi Singapura. Kelompok ini dikatakan sebagai
tim penyokong konspirasi untuk menyerang warga AS dan target-target Western
di Singapura. Identitas ke-4 pria itu masih dirahasiakan.

"Saya percaya kelompok ini mengidentifikasikan diri sebagai pasukan bom
bunuh diri. Mereka mengatakan diri sebagai sebuah pasukan bunuh diri," kata
Kepala Polisi Norian Mai. Dia menolak untuk bicara lebih banyak tapi polisi
percaya mereka adalah prajurit rendahan di JI.

Ke-4 pria itu ditangkap di Johor antara 16-20 November sekembalinya mereka
dari Indonesia. Mereka ke Indonesia awal tahun ini untuk melarikan diri dari
jeratan aparat keamanan.

Penangkapan tersangka pertama tidak dipublikasikan oleh polisi dengan tujuan
teman-temannya akan datang mencarinya. Rencana itu berhasil, polisi lantas
menangkap 3 tersangka lainnya.

Selama pemeriksaan, para tersangka memberikan pengakuan menarik. Mereka
mengatakan bahwa sebagai pasukan bom bunuh diri mereka telah dilatih oleh
Hambali. Hambali alias Encep Nurjaman adalah pria asal Indonesia yang saat
ini tengah diburu negeri-negeri Asia Tenggara dengan tuduhan terorisme. Di
Indonesia, dia dituduh terkait dengan bom Natal 2000.

Tugas 4 prajurit itu adalah menyediakan bantuan untuk anggota-anggota JI di
Singapura yang hendak mengebom sejumlah target di Singapura. Rencana ini
telah tercium Departemen Keamanan Dalam Negeri dan hasilnya 13 pria ditahan
sejak akhir tahun lalu.

Lantas mengapa 4 tersangka itu meninggalkan Indonesia? Menurut polisi,
mereka mengaku tidak hendak untuk merencanakan operasi baru tapi untuk
menghindari kesukaran di Indonesia.

Salah seorang di antara mereka mengaku, meskipun dia telah ditraining dan
diindoktrinasi untuk menjadi seorang anggota bom bunuh diri, dia tidak
dibayar.

Sekadar diketahui, di Indonesia, pengakuan otak bom Bali Imam Samudra
tentang Iqbal sungguh mengagetkan. Samudra menyatakan Iqbal adalah pelaku
bom bunuh diri di Paddy’s Cafe, Kuta, 12 Oktober. Namun polisi belum
meyakini keterangan ini. Australia sendiri merasa ngeri dengan pengakuan itu
dan memberi peringatan adanya kemungkinan serangan bom bunuh diri akan
terjadi di Australia.

AFP: Agus, Iqbal & 3 Buron Anggota Pakta Bunuh Diri

Mabes Polri belum menyimpulkan apakah Iqbal adalah pelaku bom bunuh diri di
Paddy’s Café, Bali meski Imam Samudra mengaku demikian. Namun, Kepala
Australian Federal Police (AFP) Mick Keelty, Iqbal adalah salah satu dari 5
anggota pakta serangan bunuh diri.

Nama lainnya adalah Agus yang ditangkap Senin (25/11). Sedangkan 3 pria
lainnya masih diburu. Ke-5 orang itu membentuk pakta bunuh diri untuk
menunjukkan komitmen pada otak bom Bali, Imam Samudra. Demikian penjelasan
Keelty.

Agus yang masih berusia 21 tahun itu ditangkap di rumahnya di Kampung
Cigondang RT RW 06 Desa Gunung Batu, Rangkas Bitung, Banten, Senin (25/11).
Sementara ini, dia diduga terlibat perampokan toko emas Elita dan pernah
ikut Imam Samudra ke Bali untuk survei lokasi ledakan.

Dalam penangkapan itu, polisi menemukan 3 senjata laras pendek, 1 revolver,
1 senjata FN dan satu pistol rakitan di rumahnya. Dia ditangkap atas
petunjuk salah seorang tersangka, Yudi alias Andri Oktavian.

Menurut Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen Pol Mangku Made Pastika, peran
Agus dalam bom Bali tidak signifikan. Meski demikian, Agus bisa dikenakan
Perpu No. 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme.

Signifikan

Keelty menjelaskan, dari 5 anggota pakta bunuh diri itu, 3 lainnya masih
buron. Iqbal, menurutnya, dipercaya sebagai orang kelima yang tewas dalam
aksi bunuh dirinya di Paddy’s Café, 12 Oktober.

Sama seperti Agus, Iqbal juga masih muda. Usianya 22 atau 24 tahun.
Sehari-hari dia bekerja sebagai buruh tani dan pembajak tanah di kampung
halamannya di Malingping, Pandeglang.

"Satu orang yang lebih signifikan yang kami konfirmasikan tadi malam adalah
Agus," kata Keelty pada Nine Network, Rabu (27/11).

"Agus plus Iqbal adalah kelompok 5 orang itu yang committed pada Samudra.
Ke-5 orang itu sangat committed pada Samudra yang membuat mereka membentuk
pakta bunuh diri," jelasnya.

Hambali dan Imam Samudra Bertetangga di Malaysia

Ternyata, Hambali dan Imam Samudra bertetangga di Malaysia. Semula Samudra
tidak mengakuinya. Namun setelah disodorkan bukti berupa foto, Samudra pun
mengaku.

Demikian disampaikan oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Komjen Pol Erwin
Mapasseng kepada wartawan di Mabes Polri Jakarta, Rabu (27/11).

Pada awalnya, kata Erwin, Samudra mengaku tidak kenal Hambali. Tapi setelah
ditunjukkan bukti-bukti di Malaysia bahwa mereka berdua bertetanggaan,
barulah Samudra mengaku kenal Hambali.

Tahun berapa Samudra kenal Hambali? tanya wartawan. "Wah saya lupa itu. Tapi
itu benar tetangganya kok di sana. Waktu itu kita tanya Samudra sambil
memperlihatkan sebuah foto, ini rumah siapa? Ini rumah saya pak, jawab
Samudra," papar Erwin.

"Lalu kita tunjukkan lagi foto sebuah rumah (Hambali). Ini rumah siapa?
Nggak tahu pak, jawab Samudra. Masa tetangga nggak kenal? Akhirnya dia
mengaku itu rumahnya Hambali," tutur Erwin.

Diakui Erwin, sewaktu pertemuan antara Samudra dengan Kapolri Jenderal Da’i
Bachtiar di Polres Cilegon Serang, Samudra memang mengaku tidak kenal dengan
Hambali.

"Tetapi pelan-pelan, sedikit demi sedikit, kita berhasil membuktikan kalau
mereka berdua memang saling kenal," ujar Erwin.

Sebelumnya, hal senada juga dikemukakan oleh Da’i. "Tapi belum semua bisa
kita ungkapkan. Masih ada beberapa yang disembunyikan. Waktu itu Samudra
tidak sebut nama Hambali. Tapi setelah ditemukan bukti dan keterangan lain,
baru dia mengaku kenal Hambali," kata Da’i.

Samudra Baru Bisa Didampingi Kuasa Hukumnya, Kamis

Memasuki hari ketiga di tahanan Mabes Polri, rencananya Abdul Aziz alias
Imam Samudra akan mulai diperiksa oleh tim penyidik. Namun, kemungkinan
Samudra baru bisa didampingi kuasa hukumnya, Kamis (28/11), karena saat itu
pemeriksaan projustisia dimulai.

Salah seorang kuasa hukum Imam Samudra yang juga bergabung dengan TPM (Tim
Pembela Muslim) Qadar Faisal saat dihubungi detikcom, Rabu (27/11) mengaku
hari ini tidak akan berniat menemui kliennya. "Hari ini tidak, mungkin
besok," kata dia.

Sampai sekarang, tim kuasa hukum belum diberi kesempatan untuk melakukan
dialog dengan Imam Samudra. Menurut Qadar, sebenarnya Selasa (26/11)
kemarin, pihaknya sudah berusaha mendatangi kliennya. "Tapi, lagi-lagi kami
belum diperbolehkan," kata dia.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, kata Qadar, pemeriksaan projustisia
terhadap Imam Samudra baru akan dilakukan Kamis pekan ini. "Jadi, saya besok
akan ke Mabes Polri. Soalnya, kalau pemeriksaan projustia, seorang tersangka
harus didampingi kuasa hukumnya," kata dia.

Seperti diketahui, Senin (25/11) secara resmi Samudra sudah menandatangani
pemberian kuasa kepada TPM menjadi penasihat hukumnya. Namun, sampai
sekarang TPM belum diperbolehkan melakukan dialog dengan tersangka bom di
beberapa tempat di Indonesia itu.

Sementara itu, Ketua Tim Investigasi Bom Bali Irjen Pol I Made
Mangkupastika, Selasa (26/11) kemarin mengatakan, pemeriksaan Samudra di
Mabes Polri akan difokuskan pada kasus bom selain bom Bali. Untuk diketahui,
Samudra dijadikan tersangka kasus bom gereja HKBP, Santa Anna, gereja di
Pekanbaru dan Batam, serta Atrium.

Untuk kepentingan penyidikan ini, tim penyidik bom di Batam sudah tiba di
Mabes Polri, Selasa kemarin. Namun, pemeriksaan baru akan dimulai hari ini.
Pada Selasa, fisik dan psikis Imam Samudra sudah diperiksa oleh psikolog,
psikiater dan dokter. Hasilnya, kesehatan fisik dan psikis Samudra
dinyatakan oke.

15 Nama Terkait Tragedi Bom Bali

Mabes Polri mengeluarkan daftar nama orang-orang yang ditangkap terkait
tragedi bom Bali. Ada 15 nama. Dua di antaranya mengaku kenal dengan
pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba’asyir.

"Kedua orang itu adalah Amrozy dan Imam Samudra," kata Wakadivhumas Mabes
Polri selaku juru bicara Tim Investigasi Bom Bali Brigjen Pol Edward
Aritonang kepada wartawan di Mabes Polri Jakarta, Rabu (27/11).

Menurut Edward, 15 orang yang ditangkap terkait kasus bom Bali itu merupakan
hasil kerja sementara, terhitung sejak tanggal 12 Oktober hingga 27 November
2002.

Inilah daftar namanya:

1. Amrozy, ditangkap tanggal 5 November 2002 di Teng-gulun Lamongan,
sekarang ditahan di Polda Bali.

2. Abdul Aziz alias Imam Samudra

3. Rauf alias Syam

4. Yudi alias Andre

5. Amin (Rauf, Yudi dan Amin adalah pelaku perampokan toko emas di Serang
yang pernah ikut ke Bali)

6. Silvester Tendean, penjual bahan peledak di Surabaya

7. Sumarno, menyetir mobil saat menyembunyikan sen-jata dan amunisi dalam
paralon ke hutan Dadapan. Kemudian membagi-bagikan uang.

8. Nur Fitrotulloh, ikut me-nyembunyikan senjata di hutan Dadapan

9. Yadi bin Warjo, tetangga Amrozy yang dititipkan mobil dan ikut
menyem-bunyikan senjata dan amunisi di hutan Dadapan.

10. Komar bin Talib, pensiunan pegawai negeri sipil polisi hutan yang ikut
menanam senjata di hutan Dadapan.

11. Nurminda bin Talib, ikut menanam senjata di hutan Dadapan.

12. Agus, ditangkap 25 November 2002, ikut perampokan toko emas di Serang,
pernah dibawa ke Bali, di rumahnya ditemukan 3 senjata api.

13. Pujata, karyawan dinas pendidikan kecamatan Kasemen

14. Ikhwan Fauzi

15.Aprianto (Pujata, Ikhwan dan Aprianto pernah dititipi 8 kg sisa bahan
peledak)

Iqbal tulis Surat Pernyataan Bunuh diri pada ibu-Bapaknya

Satra (60) ayah dari Arnasan alias Iqbal alias Lacong alias Nurahman,
tersangka pengeboman Paddys’s Club di Legian, Bali, tetap tabah saat membaca
fotocopy surat pernyataan bunuh diri anaknya, Rabu.

"Saya pasrah saja kalau itu memang niat anak saya, dan itu sudah jadi takdir
Allah. Saya tidak bisa menghalanginya," kata Sastra, ketika ditemui di Desa
Sukamanah, Malimping, Lebak.

Namun, di balik kepasrahan itu, Satra tetap saja tidak yakin anaknya yang
taat beribadah dan tidak pernah berbuat kejahatan terhadap orang lain, bisa
berubah menjadi pelaku bom bunuh diri yang menewaskan ratusan orang.

"Saya masih tidak percaya kalau anak saya ikut-ikutan kegiatan seperti itu,"
kata Satra yang menerima fotocopy surat itu dari H Syarif anak tertuanya,
Selasa malam sekitar pukul 20.30 WIB. Surat itu disampaikan oleh Didin (25)
tetangganya yang mendapat amanat dari Tim Investigasi Bom Bali untuk
menyerahkannya kepada keluarga Iqbal.

Bahkan Satra menerangkan, anaknya yang kelima dari enam bersaudara itu
sifatnya lembut dan jauh dari sifat kasar. Maka, tidak mungkin punya niat
melukai orang lain.

Dalam surat yang ditulis pada kertas buku bergaris tersebut, Arnasan (nama
dalam KTP Iqbal) memulainya dengan ‘Kepada Yth Ibu dan Bapak’, kemudian
‘Assalamulaikum’, dan kalimat pembuka ‘Saya minta maaf kepada Ibu dan Bapak
dan rekan-rekan’.

Kalimat kedua ‘Ini adalah tujuan saya dan teruskan perjuangan untuk mencari
Ridhlo Allah’. Setelah itu ada tandatangan ‘Arnasan’.

Sementara itu, Ook Oktavia (42) ayah dari tersangka Andri alias Yudi, juga
mengaku sudah didatangi petugas kepolisian yang mengabarkan anaknya dalam
penahanan, karena terlibat kasus perampokan di Toko Emas Elita Indah di
Serang.

"Petugas datang tadi malam sekitar pukul 21.00 WIB memberitahukan hal itu,"
kata Ook yang sebelumnya sempat mencari Andri ke Mapolres Cilegon, Mapolres
Serang dan Mapolwil Banten, setelah mengetahui pemberitaan di televisi.

Menurut Ook, kedatangan petugas itu membuat istrinya terguncang, karena
masih tidak percaya atas keterangan dari petugas kepolisian.

"Istri terlihat shock, dan perasaan saya juga masih tetap ragu," ujarnya.

Ook meminta kepada kepolisian agar keluarganya bisa diberi kesempatan untuk
bertemu Andri, karena ada kerinduan yang mendalam dari ibunya untuk bertatap
muka langsung dengan anaknya. "Ibunya sangat dekat dengan Andri yang sudah
dipercaya jadi tulang punggung keluarga, dan sepertinya tidak percaya anak
yang penurut kok bisa jadi buron polisi," katanya.

Ook menjelaskan, sepengetahuannya, hubungan antara Iqbal dan Andri anaknya,
merupakan teman biasa dan terlihat tidak terlalu dekat. Maka ia jadi ragu
bagaimana bisa mereka mempunyai ide untuk merampok, yang hasilnya menurut
polisi untuk meledakkan gedung.

Ia juga meminta kepada Tim Pengacara Muslim untuk bersedia menjadi kuasa
hukum keluarganya, dan membantu mengusahakan pertemuan antara istrinya
dengan Andri. "Saya ingin bantuan pengacara, tapi bagaimana menghubunginya.
Mudah-mudahan bapak wartawan bisa meneruskan keinginan saya ini," kata Ook.
(PK/Ant/dtc/j)




-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------