[Marinir] Fw: The results of your email commands

rosi_wibawa rosi_wibawa at yahoo.com.sg
Wed Dec 21 03:01:51 CET 2005


----- Original Message -----
From: <marinir-bounces at polarhome.com>
To: <rosi_wibawa at yahoo.com.sg>
Sent: Wednesday, December 21, 2005 8:02 AM
Subject: The results of your email commands


> The results of your email command are provided below. Attached is your
> original message.
>
>
> - Unprocessed:
>     From: Nugroho, Eko Sasmito <eko.sasmito.nugroho at citigroup.com >
>     Date: Dec 20, 2005 4:28 PM
>     Subject: e-ketawa :-) Tylla Subijantoro: Saya Tidak Menjelekkan Bangsa
>     To:
>     Memang perlu kebesaran hati untuk mengakui kelemahan diri sendiri,
dalam
>     rangka mengambil langkah perbaikan yang tepat
>     Wawancara
>     Tylla Subijantoro: Saya Tidak Menjelekkan Bangsa
>     TYLLA Subijantoro, mahasiswi S-2 ilmu hukum Universitas New Delhi,
India,
>     tiba-tiba mencuri perhatian. Pertanyaan Tylla kepada Presiden
Yudhoyono
>     konon membuat SBY marah. "Saat berdialog dengan masyarakat
>     Indonesia di India, ada warga yang sejak mulai bicara sampai selesai
>     menjelek-jelekkan negeri kita dan memuji luar negeri. Saya
menyesalkan,"
>     kata SBY di Tanah Air.
>     Apa yang ditanyakan Tylla kepada SBY pada pertemuan 23 November lalu
itu?
>     Berikut petikan perbincangan Tylla dengan Basfin Siregar dari Gatra:
>     Benarkah Anda menjelek-jelekkan bangsa sendiri?
>
> - Ignored:
>     Saya tidak terima dibilang menjelek-jelekkan bangsa! Yang saya
>     jelek-jelekkan itu pemerintah. Saya membandingkan kebijakan Pemerintah
>     India dengan SBY. Saya lihat Pemerintah India memberi subsidi gede
banget
>     untuk pendidikan. Adalah salah pemerintah kalau pendidikan di
Indonesia
>     makin nggak terjangkau!
>
>     Berapa uang kuliah Anda di India?
>     Untuk program S-2 dua tahun, saya cuma bayar US$ 600, sekitar Rp 6
juta.
>     Itu sudah all-in, sudah admission fee dan tuition fee. Tinggal mikir
biaya
>     hidup. Dan biaya hidup di Delhi sama dengan di Jakarta. Uang US$ 600
itu
>     pun karena saya foreigner yang bayar lebih mahal. Soalnya, duit saya
itu
>     dipakai buat subsidi warga India asli. Kalau orang India yang kuliah ,
>     setahun bayarnya cuma 700 rupee, sekitar Rp 40.000.
>
>     Bagaimana dibandingkan dengan biaya di Indonesia?
>     Tahun lalu, saya mendaftar program notariat. Untuk semester pertama
saja
>     habis Rp 50 juta.
>
>     Anda kaget ketika SBY marah?
>     Sebenarnya SBY marah bukan karena pertanyaan saya. Melainkan karena
waktu
>     SBY ngasih penjelasan, eh, saya malah bisik-bisik ke teman. Saya
bilang,
>     ''Ah, SBY mau ngomong apa, nyatanya anaknya disekolahin ke luar
>     negeri juga. Berarti dia setuju pendidikan di luar negeri bagus.''
>
>     Reaksi SBY bagaimana?
>     SBY sepertinya menganggap saya anak yang kaget. Baru sekali sekolah di
luar
>     negeri, kok, sudah sombong banget. Soalnya , SBY bilang bahwa dia
sudah
>     sembilan kali sekolah di luar negeri, dan pendidikan di Indonesia
nggak
>     jelek. Tapi kenyataannya, di ranking dunia, pendidikan Indonesia kan
nggak
>     masuk?
>
>     Ketika dibentak, reaksi Anda sendiri bagaimana?
>     Saya senyum aja, terus diem nunduk-nunduk, manggut-manggut minta maaf.
>     Terus saya perhatikan lagi. Tapi saya bisik ke teman itu cuma beberapa
>     detik aja kok. Sepanjang sebelumnya saya juga memperhatikan penjelasan
SBY.
>
>     Seperti apa jawaban SBY waktu menjawab pertanyaan Anda?
>     Ya pokoknya pemerintah sudah bekerja, bahwa pendidikan di Indonesia
tidak
>     jelek. Pendidikan di luar negeri ada yang bagus, tapi ada juga yang
lebih
>     jelek dibanding di Indonesia. Begitu. Terus waktu menjawab soal
buku-buku
>     murah, SBY bilang kalau pemerintah juga sudah menyiapkan content (
materi)
>     untuk buku-buku SD, bagaimana agar bisa kepake untuk sekian generasi.
>     Teknis begitu. Itu kan nggak nyambung dengan apa yang saya sampaikan.
>
>     Seperti apa subsidi pendidikan di India?
>     Di sini, buku murah luar biasa, bahkan buku-buku impor karena
pemerintah
>     memberi subsidi kertas! Selain itu pemerintah juga bikin kerja sama
dengan
>     penerbit-penerbit gede kayak Penguin Books agar buku-buku mereka
>     bisa dicetak di India, jadi bisa dijual lebih murah. Buku-buku kuliah
saya,
>     kalau dikonversi ke rupiah, paling mahal cuma Rp 10.000. Kalau di
>     Indonesia, saya bisa keluar sampai Rp 2,5 juta untuk beli buku saja.
Dan
>     karena subsidi kertas itu, harga langganan koran juga murah. Saya itu
>     langganan satu koran, satu majalah berita semacam Gatra, dan satu
majalah
>     wanita. Nah, untuk langganan tiga media itu, sebulannya saya cuma
bayar 110
>     rupee, atau sekitar Rp 22.000. Selain itu di India, pelajar dapat
fasilitas
>     kartu abonemen yang harganya cuma 50 rupee, atau sekitar
>     Rp 10.000, yang berlaku selama empat bulan. Dengan kartu pas itu,
selama
>     empat bulan kita bisa gratis naik bis pemerintah jurusan apa aja. Mau
>     keliling-keliling Delhi juga boleh. Meski bisnya bobrok, tapi nyaman.
>     Berhentinya juga cuma di halte. Kartu abonemen itu selain untuk
pelajar,
>     juga dikasih untuk pegawai negeri, tentara, orang jompo dan physically
>     disabled (orang cacat). Itu untuk transportasi.
>
>     Tidak takut dianggap melebih-lebihkan India?
>     Lho, justru karena saya cinta bangsa Indonesia, saya ingin pemerintah
>     belajar kepada India. Orang Indonesia itu pintar-pintar. Tapi,
soalnya,
>     pemerintah tidak bisa memfasilitasi pendidikan murah. Para insinyur di
>     India mampu bersaing untuk masuk di Microsoft. Sedangkan di Indonesia
hanya
>     beberapa orang saja yang beruntung. Maka tolonglah pemerintah bikin
agar
>     pendidikan itu affordable.
>
>     Tapi, pendidikan di Indonesia kan ada juga bagusnya?
>     Kalau mau jujur, infrastrukturnya lebih bagus. Di kampus sudah ada
lift,
>     whiteboard, pakai OHP. Kalau di sini enggak. Naik dari lantai I ke
lantai
>     IV masih manual, masih pakai kapur tulis, terus nggak ada AC. Tapi,
kalau
>     kualitas content-nya, kita kurang.
>
>
>     Kalau pengajarnya bagaimana?
>     Kalau di India enaknya, dosen-dosen itu bisa dihubungi kapan saja.
Kayak
>     Amartya Sen, peraih nobel, kalau mahasiswanya minta diskusi private
>     session, masih dilayanin. Nggak susah. Bahkan presidennya sendiri,
Abdul
>     Kalam, dia juga mengajar, dan masih bisa ditelepon! Saya pernah bareng
>     mahasiswanya makan malam bareng Abdul Kalam . Saya lihat Abdul Kalam
itu
>     dikritik mahasiswanya yang orang India, ditunjuk-tunjuk gitu, dia
nggak
>     marah kok. Masih santai aja.
>
>     Setelah pertemuan dengan SBY itu, apakah Anda ditegur, misalnya oleh
orang
>     KBRI?
>     Ah, nggak. Orang KBRI itu asyik-asyik. Yang ribut itu justru pegawai
negeri
>     (dari Indonesia) yang tugas belajar ke India. Mereka pada marah.
>     Dibilangnya saya itu anak itik yang baru keluar dari induknya, kaget.
>     Padahal saya kan juga bukan baru pertama kali ke luar negeri.
Sebelumnya
>     saya kan juga sempat ikut summer course atau homestay gitu. Tapi kan
nggak
>     kompatibel kalau membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju.
Makanya
>     dibandingin dengan India.
>
>
>
>
>
>     Send instant messages to your online friends
http://asia.messenger.yahoo.com
>
> - Done.
>
>
-------------- next part --------------
An embedded message was scrubbed...
From: "rosi_wibawa" <rosi_wibawa at yahoo.com.sg>
Subject: " Saya Tidak Menjelekkan Bangsa " sebuah hal yang prrlu di sikapi
	secara pisitif
Date: Wed, 21 Dec 2005 08:07:29 +0700
Size: 8124
Url: http://gate.polarhome.com/pipermail/marinir/attachments/20051221/8c85c953/_SayaTidakMenjelekkanBangsa_sebuahhalyangprrludisikapisecarapisitif.eml


More information about the Marinir mailing list