[Marinir] [KCM] Regenerasi Pemimpin TNI Angkatan Darat
YapHongGie
ouwehoer at centrin.net.id
Sat Feb 19 10:26:05 CET 2005
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/18/Jendela/1565739.htm
Jumat, 18 Februari 2005
Regenerasi Pemimpin TNI Angkatan Darat
Tidak ada prosedur baku lewat jalur mana seorang perwira tinggi bakal
menduduki
jabatan Kepala Staf Angkatan Darat.
Tyasno Sudarto, tatkala ditunjuk Presiden Abdurrahman Wahid tahun 1999 untuk
menjadi KSAD, menempati posisi Kepala Badan Intelijen ABRI. R Hartono,
sebelum ditunjuk Presiden Soeharto tahun 1995 guna memegang tongkat
kepemimpinan KSAD, menjadi Kepala Staf Sosial dan Politik ABRI.
Namun, setidaknya sejak Poniman memangku jabatan KSAD (1980-1983),
sudah tampak pola kaderisasi perekrutan pemimpin TNI AD ini.
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan Panglima Kostrad menjadi jalur
utama bagi seorang perwira tinggi (pati) untuk terpilih sebagai KSAD.
Terdapat 12 orang KSAD sejak Poniman, di mana tujuh orang di antaranya-lebih
dari setengahnya-berasal dari jabatan Wakil KSAD. Selanjutnya, tiga orang
dari Panglima Kostrad, dan dua orang dari eselon lain.
Kandidat KSAD bisa berasal dari Wakil KSAD, Panglima Kostrad, dan Komandan
Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) dari lingkungan TNI AD. Ketiga
posisi tersebut diduduki pati berpangkat bintang tiga. Kesempatan juga bisa
didapat oleh pati berbintang tiga TNI AD yang menduduki jabatan strategis di
Mabes TNI. Namun, sejak KSAD pertama dijabat GPH Djatikusumo tahun 1948,
terdapat hanya dua orang KSAD yang berasal dari lingkungan Mabes TNI.
R Hartono mendapat promosi pangkat Letnan Jenderal tatkala menjabat sebagai
Kepala Staf Sosial dan Politik (Kassospol) ABRI selama dua tahun (1994-
1995). Pati yang sempat selama lima bulan menjadi Komandan Sekolah Staf dan
Komando (Sesko) ABRI dan enam bulan sebagai Gubernur Lembaga Pertahanan
Nasional (Lemhannas) ini kemudian ditunjuk Presiden Soeharto sebagai KSAD
(1995-1997). Ia menggantikan Wismoyo Arismunandar, alumnus AMN 1963.
Hartono sendiri berasal dari angkatan 1962, setahun lebih tua.
Sehari sebelum penunjukan menjadi KSAD, pangkat R Hartono dinaikkan menjadi
jenderal bintang empat, terhitung sejak 1 Februari 1995. Pengumuman
penunjukan itu sendiri dilaksanakan 8 Februari 1995. Wakil KSAD pada saat
itu Soerjadi dan Panglima Kostrad dipegang Tarub.
Begitu pula dengan Tyasno Sudarto. Karier militernya melejit dalam hitungan
satu tahun. Awal tahun 1999, ia melepaskan jabatan sebagai Pangdam
IV/Diponegoro yang diemban selama setahun. Kemudian ia dipromosi ke jabatan
Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA). Ketika Wiranto menjadi Panglima ABRI,
BIA dimekarkan dan dijabat oleh jenderal bintang tiga.
Sekarang jabatan ini bernama Badan Intelijen Strategis (Bais). Maka, jadilah
Tyasno menyandang jenderal bintang tiga.
Belum sampai pergantian tahun, ia kembali mengalami promosi menjadi KSAD.
Semua terjadi di tahun 1999. Saingan Tyasno saat itu sungguh potensial. Ada
Fachrul Razi. Dua minggu sebelum penunjukan Tyasno sebagai KSAD, Fachrul
Razi dipromosi menjadi Wakil Panglima TNI dan berhak menyandang bintang
empat. Pada saat itu usianya 52 tahun.
Jabatan Wakil Panglima TNI kemudian dihapus. Selain itu, ada Susilo Bambang
Yudhoyono, jenderal bintang tiga dengan jabatan Kassospol ABRI.
Sebulan sebelum Tyasno menjadi KSAD, Yudhoyono ditarik ke kabinet menjadi
Menteri Pertambangan dan Energi. Demikian pula Agum Gumelar, jenderal
bintang tiga sebagai Gubernur Lemhannas yang kemudian masuk kabinet sebagai
Menteri Perhubungan. Panglima Kostrad dipegang Djadja Suparman yang baru
menggantikan Djamari Chaniago setelah yang bersangkutan ditunjuk menjadi
Wakil KSAD.
Kandidat dari mainstream seperti Rudini juga mengalami percepatan dalam
karier militer. Pada saat dirinya menjadi Panglima Kostrad (1981-1983),
pangkatnya jenderal bintang dua. Memang, pada saat itu Panglima Kostrad
berpangkat jenderal bintang dua. Pada tanggal 11 Februari 1983, pangkat
Rudini dinaikkan menjadi jenderal bintang tiga. Tidak sampai sebulan, ia
mendapat promosi lagi dan dilantik sebagai KSAD pada tanggal 3 Maret 1983.
Djoko Santoso, Wakil KSAD, dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjadi KSAD tanggal 18 Februari 2005 menggantikan Ryamizard Ryacudu.
Penunjukan Djoko memperkuat posisi tawar jabatan Wakil KSAD sebagai kandidat
paling kuat KSAD.
Dari empat calon yang banyak dibicarakan orang: Djadja Suparman (Inspektur
Jenderal TNI), Hadi Waluyo (Panglima Kostrad), dan Cornel Simbolon (Komandan
Kodiklat), Djoko Santoso tercatat sebagai yang paling muda, baik dari usia
(52 tahun) maupun angkatan (1975).
Ada dua hal yang menarik. Pertama, setelah Djoko Santoso dari angkatan 1975
menjadi KSAD, apakah kelak penunjukan Wakil KSAD akan mengikuti duet
Ryamizard Ryacudu-Djoko Santoso yang usia angkatannya urut kacang. Kalau
komposisinya seperti itu, ibaratnya sebuah lokomotif, ia akan menarik
gerbong. Akan terjadi percepatan dalam regenerasi kepemimpinan di TNI AD.
Akan tampil calon dari angkatan 1976 atau yang lebih muda di posisi Wakil
KSAD. Namun, perlu dipertanyakan, apakah kelak gerbong di struktur
berikutnya juga akan tertarik, mengingat cukup banyak jumlah setiap
angkatan.
Tercatat angkatan 1973 berjumlah 436 orang, angkatan 1974 sebanyak 434
orang, angkatan 1975 berjumlah 304 orang, dan angkatan 1976 "cuma" 85 orang.
Saat ini terdapat 29 jabatan struktural di TNI AD yang disandang jenderal
bintang dua. Jabatan tersebut diduduki oleh lima angkatan, yakni angkatan
1972 hingga angkatan 1976, dengan porsi terbanyak berasal dari angkatan 1974
(12 orang) dan 1973 (10 orang), sisanya dari angkatan 1975 (4 orang), serta
angkatan 1972 (2 orang). Hanya terdapat satu pati dari angkatan 1976 dalam
kelompok jabatan ini, yakni George Toisutta sebagai Panglima Divisi
1/Kostrad.
Sementara itu, dua belas Panglima Kodam yang ada berasal dari angkatan 1973
(6 orang), angkatan 1974 (5 orang), dan hanya Supiadin Yusuf AS dari
angkatan 1975 yang dilantik sebagai Pangdam IX/Udayana tanggal 30 Desember
2003.
Hal menarik kedua adalah segera digantinya Panglima TNI Endriartono Sutarto
yang berasal dari angkatan 1971. Berdasarkan Undang-Undang TNI Nomor 34
Tahun 2004 Pasal 13 Ayat (4), Panglima TNI dipilih dari pati aktif yang
sedang atau pernah menjabat Kepala Staf Angkatan. Kalau saja, seperti
perkiraan orang, Djoko Santoso yang kelak terpilih sebagai Panglima TNI,
maka percepatan regenerasi kepemimpinan TNI AD akan terus bergulir.
Pergerakan itu secara langsung akan menghantar angkatan 1977 yang berjumlah
79 orang dan angkatan 1978 yang berjumlah 99 orang ke jenjang pemimpin yang
lebih tinggi.
Saat ini, setidaknya terdapat beberapa nama jenderal bintang satu, seperti
Azmin Yusri Nasution dari angkatan 1977, yang baru dilantik sebagai Kepala
Staf Divisi 2/Kostrad, atau Hotma Marbun yang menerima jabatan sebagai Wakil
Danjen Kopassus, Oktober 2003.
Geerhan Lantara dari angkatan 1978 baru dilantik sebagai Kepala Staf Divisi
1/Kostrad, setelah meninggalkan posnya sebagai Danrem 012/Teuku Umar
berkedudukan di Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam.
Kalau saja penunjukan pimpinan TNI AD memihak pada regenerasi, tepatlah apa
yang dikatakan KSAU Pakistan, seperti disitir oleh KSAU Marsekal Chappy
Hakim, bahwa sebaiknya militer dipimpin oleh mereka yang muda agar tetap
muda dan penuh semangat.
(F Harianto Santoso/Litbang Kompas)
More information about the Marinir
mailing list