[Marinir] Selamat Hari Jadi KOMPAS Yang ke-40

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Tue Jun 28 15:43:18 CEST 2005


Selama 40 tahun KOMPAS telah membangun reputasi dirinya menjadi media masa 
nasional yang dikenal wilayah Nusantara; memiliki kredibilitas dan bobot 
intelektual yang sulit ditandingi, mulai dari insan persnya maupun isi 
pemberitaannya, tidak pernah tertekan oleh pengaruh kepentingan politik, 
maupun tergoyahkan oleh unsur komersiel (amplop).

Selamat mencapai etape 40 tahun pertama, pertahankan citra dan kwalitasmu 
pada etape-etape berikutnya, dalam rangka mencerdaskan generasi yang akan 
datang.

DIRGAHAYU KOMPAS !

Wassalam,
Yap Hong-Gie
--------------



http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/28/utama/1845286.htm

Berita Utama
Selasa, 28 Juni 2005
40 Tahun "Kompas"
Perjalanan Panjang Menuju Pengabdian Kedua
Oleh : JAKOB OETAMA

Empat puluh tahun untuk usia surat kabar tidaklah panjang. Di negeri kita
umur itu panjang karena kehidupan surat kabar di sini terputus-putus.
Terputus oleh faktor interen atau terputus oleh sistem politik.

Oleh karena itu, usia 40 tahun adalah usia yang pantas disyukuri. Bersyukur
kepada Tuhan yang menganugerahkan rahmat dan berkat-Nya. Berterima kasih
kepada para perintis dan karyawan, kepada wartawan dan karyawan, kepada
khalayak pelanggan dan pembaca, kepada semua mitra kerja, agen, loper,
pemasang iklan, dan biro iklan.

Pers bekerja dalam interaksi. Interaksi lewat surat pembaca. Juga lewat para
kontributor serta para pemerhati dan pemberi masukan serta kritik.
Surat kabar bukan saja suatu lembaga yang organik, tetapi sekaligus yang
organis pula. Karena surat kabar adalah organis, masuk akal jika ia juga
hidup, mempunyai peranan, mempunyai tujuan, dan memiliki pandangan hidup,
sikap, serta orientasi nilai.


Faham kemanusiaan

Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai Kompas adalah faham kemanusiaan
yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan.
Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak manusia, tetapi juga pencerahan,
pendidikan akal budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi bagiannya. Tetapi
juga watak atau karakter, kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan
ketulusan.

Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un journal c'est un monsieur,
surat kabar bersosok, berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup yang
transenden serta pandangan hidup kemasyarakatan.
Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa dan
permasalahan, surat kabar adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari
karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial policy, kebijakan
editorial. Juga kebijakan perusahaan.

Interaksi antara kebijakan dan liputan lapangan itulah dinamika yang
menghasilkan berita, komentar, opini. Seorang ilmuwan komunikasi seperti De
Volder menyebut obyektivitas dalam surat kabar adalah obyektivitas yang
subyektif. Obyektivitas itu untuk sampai menjadi berita berproses lewat
wartawan. Wartawan bekerja dengan kompetensi profesional yang mencakup
kode etik profesi dan kebijakan redaksi.

Karena proses informasi aktual dan permasalahan berlangsung lewat
subyektivitas, apakah berita adalah sewenang-wenang? Ada kriteria
profesional dan etis yang harus dipenuhi wartawan dalam tugasnya.
Lagi pula ada kriteria lain lagi, yakni kepercayaan. Berita dan karya surat
kabar harus pula memenuhi unsur dapat dipercaya. Dapat dipercaya adalah
sisi lain dari obyektivitas. Bagian ini merupakan bagian dan respons pembaca
serta khalayak surat kabar.

Dapat dipercaya adalah syarat dan kondisi lain yang membuat surat kabar
dibaca orang dan akhirnya berkembang.
Pergulatan lain bagi kehidupan surat kabar ialah lingkungan, kondisi di mana
ia hidup. Sangat menentukan adalah sistem politik, sistem kekuasaan, serta
kultur kekuasaan.

Tiga periode
Kompas mengalami tiga periode. Periode akhir kekuasaan Presiden Soekarno,
periode penuh kekuasaan Presiden Soeharto, serta periode reformasi dari
Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati
Soekarnoputri, dan kini hasil pemilu langsung, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.

Suatu periode sejarah, perkembangan dan pergulatan yang menarik. Berbagai
pengalaman dan pelajaran diberikan kepada kita sebagai bangsa berikut
beragam institusi dan kehidupannya. Termasuk pengalaman dan pelajaran kepada
pers, di antaranya Kompas.

Dari tiga periode yang dialami, ditunjukkan perubahan sistem politik
bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Begitu berubah, sekaligus dan
serentak berubah, semuanya sesuai yang dikehendaki.
Taruhlah sekarang ini! Mulai terdengar suara dari sana-sini: keadaan kemarin
lebih baik. Tak ada busung lapar, kekurangan gizi, polio, dan lain-lain.
Bahkan disarankan mengapa tidak dihidupkan lagi lembaga pelayanan masyarakat
seperti posyandu.

Argumen kontra pun terdengar. Mau menghidupkan sistem lama yang
peninggalannya masih kita rasakan hingga kini seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme? Seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia?
Barangkali justru bukan serba simplistis itu yang kita ambil. Kebalikannya,
yakni perubahan yang disertai kompleksitas dan kompleksitas itulah yang agar
juga dipahami dan disikapi. Tidak seperti membalikkan telapak tangan.

Banyak persoalan
Indonesia berada dalam kondisi yang ditimpa dan ditinggali banyak persoalan.
Kondisi pun memberi kesan serba longgar dan carut-marut. Keadaan seperti tak
kenal akhir. Ditangani yang satu muncul yang lain.
Ada kesan dan perasaan kita seperti kehilangan akar dan jati diri. Kesan itu
membuat kita seakan kehilangan tali pengikat.
Hampir pada setiap kali ada penelitian atau jajak pendapat dari lembaga
internasional kita berada pada tingkat paling rendah. Terutama menyangkut
ko- rupsi, kolusi, kepastian hukum.
Inilah tugas kita bersama, pemerintah dan seluruh rakyat. Harus kita
hidupkan konsep challenge and response, tantangan dan jawaban.
Beberapa pandangan ini dapatkah ikut dipertimbangkan? Pertama, kita temukan
kembali Indonesia. Tanah Air dan negara kepulauan yang indah, yang
dikaruniai sumber alam, yang berseni budaya, dan yang hidup dalam komunitas
Bhinneka Tunggal Ika, kesatuan dalam keragaman. Dalam pandangan
kemasyarakatan yang mendahului zaman, yakni Berketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan, dan
Keadilan Sosial.

Kita juga dalam zaman globalisasi. Kita sikapi kenyataan itu dengan kritis
tetapi kreatif. Orang bertanya kenapa Ghana dan Korea Selatan, yang dalam
tahun 1970-an setingkat ekonominya, pada tahun 1990-an berjarak jauh. Korea
jauh lebih maju dari Ghana.

Ada banyak faktor. Salah satu yang semakin ditanggapi dan diterapkan adalah
pandangan dan sikap yang tercakup dalam ungkapan culture matters. Sikap
budaya dan orientasi nilai suatu bangsa berperan menentukan kemajuan bangsa
itu.

Di antaranya sikap orientasi masa depan, menghargai waktu, disiplin, kerja
keras, pandai mengelola keuangan, saling percaya, menempatkan pendidikan
sebagai jalan strategis dan sentral untuk pengembangan diri.

Pers berubah
Selama 40 tahun itu pers juga berkembang dan berubah. Pola perubahan
berlangsung menurut proses sejauh ini, ada interaksi. Media cetak
memengaruhi media elektronik. Perannya saling melengkapi.
Tabloisasi koran masuk dalam televisi. Namun tidak berlebihan jika dikatakan
dampak media elektronik dan digital lebih besar.
Dalam media cetak berita adalah periodik, sesuai waktu terbitnya. Pagi,
petang, harian, mingguan, atau bulanan. Paling-paling stop press atau
menerbitkan edisi khusus.

Pada radio, televisi, internet, berita terus-menerus, setiap saat, tidak
lagi periodik. Kecuali tak lagi periodik, media kini mengangkat berita ke
atas panggung terbuka. Sebutlah panggung televisi.

Surat kabar pun lalu berubah total. Berubah ukuran, kolom, dan kemasannya.
Warna ikut bicara karena membaca juga perlu dibantu oleh visualisasi.
Namun, dalam kemasan yang lebih visual, dengan pembagian rubrik yang lebih
lancar dan lebih mudah, isi tetap "rajanya". Isi yang dapat dipercaya. Isi
yang diramu dengan serba dimensi, pergulatan, dan ekstasi kemanusiaan. Dan
isi pun agar disajikan dalam bahasa dan gaya yang jelas, asyik,
menyenangkan, dan menggairahkan.

Apa jawaban media sendiri terhadap perubahan? Memicu kualitas, kompetensi,
profesionalisme, menghayati kode etik profesi dalam melaksanakan pekerjaan
dan bertanggung jawab.*



More information about the Marinir mailing list