[Marinir] Hendarman Supandji Ketua Tim Tindak Pidana Korupsi

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Sun May 22 09:07:17 CEST 2005


http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Box&id=88468

Minggu, 22 Mei 2005
Sabtu, 14 Mei 2005
Bermobil Dinas Bekas, Pengawalan Sekelas Menteri
Sosok Hendarman Supandji; Ketua Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Jakarta,-  Tugas penuh resiko berada di pundak Hendarman Supandji. Jaksa
Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus) baru itu kini mendapat jabatan baru
sebagai Ketua Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Timtastipikor).
Bagaimana aktivitasnya selama mengetuai tim lintas instansi itu? Dan,
mengapa Presiden memilih Hendarman?
-- 
AGUS MUTTAQIN, Jakarta
-- 

HENDARMAN Supandji benar-benar mencuri perhatian. Setahun lalu mungkin
koleganya tak ada yang menyangka bila namanya sekarang menjadi buah bibir.
Maklum, jaksa senior berpangkat IV/e yang dulu menjadi sekretaris JAM
Pengawasan yang tidak berurusan penanganan perkara sekarang menjabat JAM
Pidsus merangkap ketua Timtastipikor. Dua jabatan itu merupakan ujung tombak
keseriusan pemberantasan korupsi.

Timtastipikor adalah lembaga baru di bidang pemberantasan korupsi yang
dibentuk berdasarkan Keppres No 11 Tahun 2005. Tim ini bertugas melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sesuai ketentuan hukum acara dalam
kasus korupsi berskala besar.

Selain itu juga mencari dan menangkap pelaku yang diduga keras melakukan
tindak pidana korupsi, serta menelusuri dan mengamankan seluruh asetnya
dalam rangka pengembalian keuangan secara optimal. Ada 51 orang dari
Kejagung, Polri, dan BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) terlibat
dalam tim ini, termasuk Kapolri, Ketua BPKP, dan Jaksa Agung selaku
penasehat.

Aktivitas pria kelahiran Klaten, 6 Januari 1947 itu sekarang berbalik
seratus delapan puluh derajat. Betapa tidak, bila sebelumnya hanya duduk di
belakang meja menerima pengaduan jaksa nakal sekarang Hendarman harus
memantau perkembangan penyidikan kasus korupsi di Kejagung. Belum lagi
memimpin rapat Timtastipikor yang untuk sementara bermarkas di lantai II
Gedung Bundar. Jam kerja Hendarman pun acapkali hingga menjelang tengah
malam demi menyelesaikan tugas percepatan penanganan kasus korupsi.

Hendarman juga tak pernah dari 'kejaran' wawancara wartawan. Belasan
wartawan harus bersabar-sabar menunggu suami Dr Sri Kusumo Amdani DSA MSc
itu di teras Gedung Bundar sekedar mendapat secuil informasi terkait
penanganan kasus korupsi. Informasi penting sejak Hendarman dilantik dari
Timtastipikor adalah dugaan korupsi bermodus kredit macet Rp 1,3 triliun
Bank Mandiri, khususnya penetapan tiga tersangka dari kalangan direksi. Dan,
yang tidak mengecewakan, Hendarman selalu melayani apa pun pertanyaan
wartawan meski beberapa kali dijawab diplomatis.

Ada peristiwa menggelikan terkait sikap terbuka Hendarman dengan wartawan
yang biasa ngepos di Gedung Bundar. Sejak hari pertama dilantik menjadi JAM
Pidsus, Hendarman selalu ramah menjawab pertanyaan wartawan. Demikian juga
hari kedua hingga hari ketiga. Nah, pada hari keempat, pria berkaca mata itu
tiba-tiba menghindari kerumunan wartawan dengan pulang lewat pintu belakang
Gedung Bundar. Ini jelas bukan kelaziman Hendarman.

Usut punya usut esok harinya mantan Kajati DI Jogjakarta itu mengaku ketika
itu terpaksa lewat pintu belakang karena kehabisan jawaban atas cecaran
pertanyaan wartawan. "Lha bagaimana, Mas. Hari pertama saya bisa menjawab.
Hari kedua pertanyaan (wartawan) juga bisa saya layani. Hari ketiga saya
juga bisa jawab meski relatif sulit. Tetapi, hari keempat saya terpaksa
menghindari wartawan karena tidak tak punya jawaban. Juga, mungkin ada
kesibukan lain,'' tutur Hendarman dengan nada datar. Dan, selepas pengakuan
itu sebagian wartawan memafhumi sikap Hendarman bila suatu saat kurang
berkenan diwawancarai.

Sesibuk apa pun jaksa lulusan FH Undip Semarang ini bisa dibilang tak pernah
menolak dimintai informasi. Pengalaman lain koran ini pernah mewawancarai
malam sekitar pukul 21.00 WIB. Isi wawancara sejatinya tidak signifikan
untuk sebuah berita karena menyangkut kronologis penetapan tersangka baru
kredit macet Bank Mandiri, apalagi sorenya Kapuspenkum RJ Soehandoyo dalam
sebuah jumpa pers sudah membeberkan panjang lebar informasi tersebut. Toh,
Hendarman tetap berusaha melayani wawancara. ''Tapi jangan panjang-panjang
(pertanyaanya). Lagian saya sedang diurut. Saya capek, Mas,'' aku Hendarman
agak setengah malas melayani wawancara. Malam itu kondisi fisik Hendarman
benar-benar loyo setelah seharian berkejaran dengan waktu memimpin rapat
penyidik kasus Bank Mandiri sekaligus melaporkan berita acara pendapat
penetapan tersangka baru ke Jaksa Agung.

Di luar sikapnya yang terbuka, Hendarman adalah sosok bersehaja. Jabatan
eselon I dan berpangkat maksimal (IV/e) tak membuatnya berubah penampilan.
Keseharian Hendarman masih seperti kala menjabat Kajati DI Jogjakarta atau
semasa menjadi sekretaris JAM Pengawasan. Bisa jadi yang berubah mungkin
kebiasaan bermobil dinas. Mantan atase Kejaksaan di KBRI di Bangkok itu
sebelumnya mengendarai Toyota Kijang hijau sekarang "naik kelas" mengendarai
BMW. Jangan membayangkan sedan itu mobil baru tetapi hanya BMW seri 320i
warna coklat yang berpelat nomor B 2724 BS. Sedan yang menjadi mobil dinas
eselon I di Kejagung itu adalah mobil bekas 'warisan' JAM Pidsus terdahulu,
Sudhono Iswahyudi, yang sekarang memasuki pensiun. BMW itu sudah pernah
dikendarai empat JAM Pidsus.

Yang berbeda pula di banding JAM Pidsus terdahulu, kemana pun perginya
Hendarman sekarang mendapat kawalan ketat empat petugas berseragam sipil.
Para pengawal dari kesatuan militer itu mengendarai mobil Nisaan Terrano
jenis Spirit berpelat B 8728 YN. Biasanya Nissan Terrano itu beriringan
dikendarai di depan mobil BMW yang ditumpangi Hendarman.

Para pengawal itu berseragam safari biru lazimnya petugas keamanan sewaan.
Penampilan para pria bertubuh tegap itu cukup mencolok karena membaur dengan
petugas Kamdal (Keamanan Dalam). Sesekali mereka terlihat mondar-mandir di
teras Gedung Bundar. Maklum, sejauh ini mereka belum disediakan ruang
khusus.

Dimintai komentar soal kehadiran pengawal, Hendarman hanya tersenyum dan
menolak berkomentar.

Sementara itu, terkait tugasnya sebagai ketua Timtastipikor, Hendarman
berjanji akan bekerja serius. Bahkan, Hendarman pernah mengajukan pertanyaan
'mengejutkan' di depan Presiden SBY terkait tugas beratnya itu. Ia
memastikan kesungguhan Presiden dalam pemberantasan korupsi pada
pertemuannya dengan Presiden sekaligus tak ingin pemberantasan korupsi hanya
menjadi slogan belaka.

"Seandainya di dalam menjalankan tugas itu, saya menemukan keterlibatan
teman Bapak Presiden, sahabat Bapak, atau pembantu Bapak, apa yang akan
Bapak Presiden lakukan?" tanya Hendarman tanpa basa-basi. "Silakan jalan
terus. Saya tidak pernah akan intervensi," jawab Presiden singkat.

Jawaban presiden yang didengarnya rupanya belum cukup memuaskannya berhubung
tugas yang dipikulnya harus berurusan dengan pemberantasan korupsi dan
"pembersihan" di lingkungan istana, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
empat departemen, dan 16 BUMN.

"Bapak Presiden, di dalam penegakan hukum, janganlah Bapak berstandar ganda.
Bapak jangan hanya menindak mereka yang menjadi musuh-musuh Bapak, tetapi
Bapak juga harus berani menindak teman, sahabat Bapak, atau saudara-saudara
Bapak. Sebab, jabatan yang Bapak sandang itu tidak akan lama. Jika Bapak
berstandar ganda di dalam penegakan hukum, dan bila suatu hari Bapak jatuh,
pasti Bapak akan kena masalah," kata suami Dr Sri Kusumo Amdani DSA MSc ini
lagi.**



More information about the Marinir mailing list