[Marinir] [RM] ASA: Bendera Bajak Laut Pun Dikibarkan

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Tue Sep 6 08:02:28 CEST 2005


http://www.rakyatmerdeka.co.id/?pilih=lihat&id=966

 Bendera Bajak Laut Pun Dikibarkan
04 Sep 2005 16:58 WIB | Oleh :

Berlayar Bersama Kapal Perang RI Dewaruci (2/HABIS)
Catatan: A Supardi Adiwidjaya Dari Belanda

Secara kebetulan Menteri Luar Negeri Belanda Ben Bot yang menghadiri Acara
Peringatan HUT Proklamasi RI yang ke-60 itu disiarkan oleh TV Belanda dan
diekspos lewat media cetak negeri Bunga Tulip ini.

MENURUT Sucipto, tiga hari setelah peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI
ke-60 itu, para Kadet dan seluruh ABK (anak buah kapal) bergembira bersama
dalam kemasan kegiatan Cocktail Party. Dalam acara tersebut, para Kadet
menggelar keterampilan seni musik dan tari yang khusus mereka kemas guna
dipersembahkan kepada saudara-saudaranya dan masyarakat di Amsterdam. Di
puncak acara, pa­ra Kadet memandu para pengunjung yang berada di atas kapal
dan di dermaga untuk berpoco-poco ber­sama. Antusias pun mengalahkan
dinginnya udara malam, suasana meriah tak dapat terbendung, ber­jalan
seiring larutnya malam, mata­hari terbenam pukul 21.20 (waktu setempat)
mengantar pengunjung menghabiskan waktu hingga jauh malam.

Hari Senin tanggal 22 Agustus merupakan akhir kegiatan SAIL Ams­terdam 2005.
Sekitar pukul 09.15 waktu Amsterdam, diiringi GS Gita Jala Taruna syair lagu
perpi­sahan mengiringi lepasnya tali dari daratan Amsterdam. Peran Parade
Roll, seiring isyarat tersebut 85 Ka­det AAL seakan berlomba menaiki,
menempati tiang layar dari yang terendah hingga yang tertinggi 35 m untuk
bersiap memberikan penghormatan.

Di awali dentuman meriam, Lagu Indonesia Raya dikumandangkan Panitia SAIL
2005 di daratan Amsterdam sebagai penghormatan kepada Duta Bangsa Indonesia.
Dan kembali bendera raksasa sang Merah Putih berkibar membalas penghormatan.

Beberapa jam kemudian, ketika KRI Dewaruci melintasi Fort Eiland, hal yang
sama terjadi kembali - di daratan dikumandangkan lagu Kebangsaan Indonesia
Raya sebagai penghormatan dan ucapan selamat jalan kepada KRI Dewaruci.


Selanjutnya, KRI Dewaruci me­lan­jutkan pelayaran menuju pela­buhan
Vlissingen (masih di Belan­da) untuk kunjungan yang sama sebagai Duta Bangsa
Indonesia.

Berlayar dengan KRI Dewaruci selama sekitar 27 jam (sudah ter­masuk manuver
yang memakan wak­tu lebih 3 jam untuk bisa merapat ke darmaga) dari
pelabuhan Ams­terdam sampai ke Vlissingen meru­pakan pengalaman yang tak
terlu­pakan. Berkat pelayaran tersebut, paling tidak kita melihat dengan
mata kepala sendiri dan bahkan merasakan sendiri bagaimana beratnya
kehi­dupan para pelaut dan apalagi tentara Angkatan Laut.

Melihat KRI Dewaruci, orang bukan saja melihat bendera Merah Putih yang
megah berkibar di buritan, tapi juga bendera "bajak laut" tidak luput dari
perhatian orang. Kapal Perang RI Dewaruci kok mengibarkan bendera "bajak
laut", bendera hitam dengan gam­bar tengkorak warna putih. Tentang bendera
"bajak laut" ini memang juga termasuk hal yang boleh dibi­lang luar biasa
dan banyak menarik perhatian orang, termasuk Duta Besar RI untuk Kerajaan
Belanda Mohammad Jusuf.

Perihal bendera bajak laut ini, menurt Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P)
Sutarmono, dulu memang betul dikenal sebagai bendera bajak laut. Sekarang,
lanjut Sutarmono, KRI Dewaruci sudah mengibarkan bendera "bajak laut" (dalam
tanda kutip) sejak tahun 1983. Mengenai sejarahnya, dia mengaku tidak tahu.
Yang pasti TNI AL tidak memberikan perintah atau juga melarang bendera
"bajak laut" itu dikibarkan di buritan KRI Dewaruci. Begitulah, sampai
seka­rang bendera warna hitam dengan gambar tengkorak itu ya berkibar atau
dikibarkan di buritan KRI Dewaruci.

"Menurut saya, bendera tersebut itu untuk menarik perhatian masyarakat.
Kemudian setelah itu, KRI Dewaruci melakukan usaha untuk merebut hati
masyarakat", ujar Sutarmono.

Setelah masyarakat mengetahui, lanjutna, melihat dan merasakan sendiri dalam
praktek apa yang dikerjakan KRI Dewaruci dan apa misinya, maka masyarakat
meng­har­gai­nya. Gambaran (image) jelek yang dulu atas bendera "bajak laut"
itu, sekarang ini malah jadi seba­liknya - punya gambaran (image) baik.

Terbukti, masyarakat berduyun-duyun dengan antusias dan senang hati
mengunjungi KRI Dewaruci. Oleh karena itu bendera hitam dengan gambar
tengkorak, yang dulu dikenal sebagai bendera "bajak laut" itu malah
merupakan kebanggaan, karena bisa menarik perhatian dan merebut hati
masyarakat di mana-mana, di negeri-negeri yang disinggahi KRI Dewaruci.

Setiap pelayaran mengarungi lautan selalu mengandung risiko. Dalam kaitan
ini, yang penting dikerjakan, melakukan tindakan preventif atau
mengantisipasinya, memikirkan dan mengusahakan bagaimana mengatasinya.

Sehubungan dengan ini, apa yang dialami awak kapal KRI Dewaruci ketika
berada di daerah badai di perairan Pasifik Barat (perairan Jepang) pada
tanggal 20 Juni 2004 menarik untuk diketahui. Ferry Hutagaol, Asisten
Perwira Layar KRI Dewaruci adalah salah seorang yang mengalami sendiri badai
di perairan Pasifik Barat itu.

"Anda kenal Dian? Apakah Dian ini nama seorang artis atau nama sebutan
seorang gadis?", tanya Ferry. Jika Anda berfikir Dian adalah nama seorang
artis atau gadis, menurut Ferry, itu keliru. Dian atau lengkapnya ditulis
Dian 0406 adalah nama badai yang terdapat di perairan Pasifik Barat
(perairan Jepang). Nomor 0406 adalah nomor badai tersebut. Dua nomor pertama
(04) menunjukkan tahun 2004 dan dua nomor terakhir (06) menunjukkan urutan
badai, artinaya badai ke-enam pada tahun 2004.

Tanggal 16 Juni 2004 KRI Dewaruci menerima informasi lewat Weather Fax dan
Navtex, yang mengabarkan akan adanya badai. Dari informasi ini, Komandan
langsung memberi perintah kepada petugas/perwira jaga (Paga) untuk membuat
ploting posisi badai. Setiap Paga wajib melaporkan setiap pergerakan badai.

Dua hari kemudian, pada hari Jumat (18/06/2004) sekitar pukul 12.00 (waktu
setempat) melihat pergerakan badai, maka kemung­kinan besar KRI Dewaruci
akan melintasi badai apabila tetap pada halu dan cepat sesuai track yang
telah dibuat. Oleh karena situasi demikian, akhirnya Komandan memerintahkan
Paga untuk merubah haluan kapal ke arah barat menelusuri pulau-pulau Jepang.
Walhasil, untuk sementara KRI Dewaruci dapat menghindari badai.

Pada 19 Juni 2004 pukul 10.00 KRI Dewaruci mendapat informasi dari Pasukan
Beladiri Jepang, dermaga Okinawa sudah ditutup sementara karena badai.
Sehubungan dengan itu, pemerintah Jepang menyarankan KRI Dewaruci
berlin­dung guna menghindari badai. Je­pang menyarankan KRI Dewaruci
sementara lego jangkar di Kepulauan Amamio Shima. Pukul 21.00 Dewa­ruci lego
jangkar. Saat itu posisi badai masih dalam jarak 120 NM ; kece­patan angin
masih normal kisaran 20 Knot dan sea state masih antara 4 dan 5. Pada saat
lego terus diusahakan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang badai.
Lewat TV, anak buah kapal (ABK) dapat melihat kota Okinawa sedang dilanda
hujan deras dan banyak pohon yang tumbang akibat badai.

Pukul 24.00 waktu jaga larut malam, kecepatan angin bertambah menjadi 30
knot ; barometer turun secara perlahan menjadi 1005 ; sebelumnya masih
normal - 1013 mbar.

Karena posisi kapal dalam ke­adaan lego, yang perlu diwaspadai adalah
larutnya jangkar dan putus­nya tali layar. Sekaitan ini kewas­padaan Paga
perlu ditingkatkan. Pukul 02.00 waktu setempat kecepatan angin yang
ditunjukkan Wind Direction: kisaran 30-40, sedang barometer turun lagi
menjadi 1001 dan pada saat itu Komandan berada di anjungan. Seperti
biasanya, pada setiap setengah jam dilaksanakan pengeplo­tan posisi kapal
dari ploting. Itu didapat kalau posisi kapal sudah berubah sejauh 1500 yard.
Saat itu Komandan dan perwira kapal berada di anjungan sehingga diputuskan
untuk melabuh­kan jangkar yang satu lagi. Komandan memerintahkan untuk
melabuhkan kedua jangkar sepanjang 6 segel (1 segel = 25 meter).

Saat itu situasi masih terkendali dan keadaan kapal masih aman. Setelah
peran jangkar selesai, penja­gaan kembali dikendalikan oleh perwira jaga
dibantu asisten perwira jaga. Mereka yang tidak terlibat jaga boleh
istirahat malam. Saat itu acara TV menyiarkan pertandingan se­pakbola Euro
Cup. Dan setiap iklan acara TV selalu memberitahukan situasi cuaca dan
terutama informasi tentang badai, sehingga setiap ABK selalu tahu tentang
perkembangan situasi cuaca.

Minggu (20/08/2005) pukul 06.00 waktu setempat, Komandan mende­ngar pecahan
gelas kaca dari patri kapal. Sejak itu kemiringan kapal mulai berubah secara
drastis. Ko-man­dan naik ke anjungan kapal. Di sana Komandan mendapat
laporan dari Perwira Jaga, posisi kapal sudah berubah lagi sejauh 100 yard.
Padahal kapal sudah melegokan kedua jangkarnya. Komandan mem­beri perintah
kepada anggota jaga untuk menstart mesin kapal guna meng­imbangi perubahan
posisi kapal yang hampir mendekati kedangkalan.

Pada jam 08.00 waktu setempat, dengan alasan pertimbangan kesela­matan kapal
dan juga mengejar jadwal yang telah disusun oleh pemerintah Jepang, akhirnya
Komandan memu­tuskan untuk melaut. Sebelum melaut, melalui pengeras suara
Komandan memim­pin langsung doa bersama, semoga Tuhan YME memberkati
perjalanan KRI Dewaruci hingga lolos dari badai Dian.

Dari anjungan, Komandan me­mimpin langsung proses pelayaran kapal melewati
badai. Setiap perintah yang diberikan selalu melalui pengeras suara sehingga
setiap ABK mengetahui setiap pergerakan kapal. Ini penting untuk menambah
semangat ABK dan Kadet untuk tidak menyerah, tetapi tetap bertahan. Secara
perlahan kapal bergerak walaupun dengan kecepatan yang sangat lambat. Dalam
keadaan darurat ini, semua personil kapal tetap tenang, tidak panik dan
mampu mengandalikan situasi yang ada.

Kejadian terus berlanjut hingga pukul 15.15 waktu setempat, kecepatan angin
mencapai 78 knot dan kemiringan kapal mencapai 35 derajat; barometer
terendah menunjukkan angka 978 mbar dari ploting. Dalam situasi yang seperti
ini, ombak sudah memasuki geladak kapal. Para ABK dan perwira yang masih
bisa bertahan berusaha mengikat bagian-bagian kapal yang mudah bergerak dan
kendali anjungan masih berada di tangan Komandar KRI Dewaruci.

Kucuran air ombak yang masuk geladak membasahi stop kontak koridor perwira,
sehingga terjadi per­cikan api di koridor. Tapi kejadian tersebut segera
bisa diatasi dengan baik, karena sebelumnya, personil kapal sudah sering
latihan PEK (penyela­matan kapal) selama kapal melaut.

"Ombak yang begitu besar, ditamb­ah kemiringan kapal memak­sa kita untuk
bertahan. Dan bagi personil yang sudah tidak dapat bertahan supaya cepat
berlindung, termasuk para Kadet untuk se­mentara dibebas-tugaskan dan
se­gera berlindung ke daerah tertutup", terang Ferry Hutagaol.

Secara perlahan, lanjut Ferry, KRI Dewaruci dengan haluan ke arah selatan
mulai meninggalkan badai. Pada pukul 19.00 waktu setempat kapal lolos dari
badai. Kecepatan angin mulai kembali normal dan ombak mulai rendah. Namun
hujan tetap turun dengan deras. Setelah situasi kelihatan memungkinkan,
personil kapal mengecek semua semua bagian kapal, setelah itu mereka dapat
istirahat. Pada pukul 19.15 Komandan menyerahkan kembali kendali komando
kapal kepada Perwira Jaga.

"Itulah sekilas cerita tentang pelayaran KRI Dewaruci menelusuri pantai Asia
Timur jauh hingga berani menembus badai. Yang jadi catatan penting, dalam
peristiwa ini tidak ada korban jiwa. Tetapi Merah Putih yang terus berkibar
selama berlayar, saat melewati badai robek dan yang tinggal hanya putihnya
saja, sedang yang merahnya hilang tak tentu rimbanya. Seakan bendera turut
menyatakan prihatin atas fenomena alam ini", ke­nang Hutagaol menutup
ceriteranya.

Tahun 2004 itu KRI Dewaruci berlayar dengan rute Surabaya - Ja­karta -
Singapura - Vietnam - Hong­kong - Syanghai - Inchon - Pusan - Vladivostok
(Rusia) - Tokyo (Jepang) - Naha - Manila (Philipina) - Menado - Palu -
Makassar dan kembali ke pangkalan Surabaya.[R]



More information about the Marinir mailing list