<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<HTML><HEAD>
<META http-equiv=Content-Type content="text/html; charset=iso-8859-1">
<META content="MSHTML 6.00.2800.1106" name=GENERATOR>
<STYLE></STYLE>
</HEAD>
<BODY bgColor=#ffffff>
<DIV><FONT face=Arial size=2>
<DIV><FONT color=#800000 size=3>Yth. Bpk. RM Danardono HADINOTO,</FONT></DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3></FONT> </DIV>
<DIV align=justify><FONT color=#800000 size=3>Meskipun kakek saya tentara (AD,
pensiun 1957, mustinya 1955, korupsi umur mungkin, wah dosa nikh), menurut saya
hanya AL dan AU saja yang saya persepsikan lebih mudah mereposisikan dirinya di
hadapan tuntutan supremasi sipil. Kedua angkatan ini sifatnya teknis (AL memburu
musuh di tengah laut dan AU mengejar musuh di angkasa raya) sehingga lebih
apolitical ketimbang AD. </FONT></DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3></FONT> </DIV>
<DIV align=justify><FONT color=#800000 size=3>Nah, peran AD (dwi-fungsi, fungsi
hankam cum sospol, komando teritorial, laksusnya pangkopkamtib karena bisa
menahan/mentapolkan orang ke Pulau Buru karena tuduhan dari subversi
sampai terlibat G30S, kekaryaan, doktrin perang rakyat semesta, dsb)
selama inilah yang membuat calon pensiunan tentara itu (Pak A. Amir S. di
Bekasi) nelangsa karena menyaksikan tentara seperti dirinya kok
dihujat. Kakek saya dulu Resodimedjo (Teritorium Tentara IV/Diponegoro)
tidak sampai nelangsa karena AD belum seluas itu perannya. Tetapi kalau Pak A.
Amir S yang nelangsa tahu sebabnya seharusnya beliau tidak boleh nelangsa,
malah merasa tercerahkan. Persoalan ini sampai detik ini belum terselesaikan.
</FONT></DIV>
<DIV align=justify><FONT color=#800000 size=3></FONT> </DIV>
<DIV align=justify><FONT color=#800000 size=3>Mustinya markas-markas militer
dari tingkat batalyon/Kodim, dst, Kodam sampai Mabes TNI secara teratur
mengundang ceramah tokoh-tokoh sipil dan para akademisi, misalnya Dr. Anhar
Gonggong, Dr. Asvi Warman Adam, Dr. Hermawan Sulistyo, di samping Dr. Salim Said
dan Dr. M.T. Arifin yang kaya segudang wacana tentang peran militer yang ideal
nantinya, artinya tunduk kepada supremasi sipil. Letjenpur A. Hasnan Habib
(pernah jadi dubes untuk AS) sangat brilyan memaparkan perihal ini. Selama
ini mereka sudah cukup puas hanya dengan ceramah keagamaan dalam rangka
memperingati hari-hari besar keagamaan. Suatu saat entah kapan tentara kita
pasti seperti mereka di Autria sana. </FONT></DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3></FONT> </DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3>Salam takzim,</FONT></DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3>Kaboel</FONT></DIV>
<DIV><FONT color=#800000 size=3>[][][][][][][][][][][][]</FONT></DIV>
<DIV> </DIV>
<DIV>----- Original Message ----- </DIV>
<DIV>
<DIV>From: "Danardono HADINOTO" <<A
href="mailto:rm_danardono@yahoo.de">rm_danardono@yahoo.de</A>></DIV>
<DIV>To: <<A
href="mailto:nasional-list@yahoogroups.com">nasional-list@yahoogroups.com</A>>;
<<A href="mailto:tioin59@yahoogroups.com">tioin59@yahoogroups.com</A>>;
<<A href="mailto:marinir@polarhome.com">marinir@polarhome.com</A>>; <<A
href="mailto:apakabar@yahoogroups.com">apakabar@yahoogroups.com</A>>; "Cyber
Sastra" <<A href="mailto:cybersastra@usa.net">cybersastra@usa.net</A>>;
"HKSIS" <<A href="mailto:SADAR@netvigator.com">SADAR@netvigator.com</A>>;
<<A
href="mailto:wahana-news@yahoogroups.com">wahana-news@yahoogroups.com</A>></DIV>
<DIV>Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:46 PM</DIV>
<DIV>Subject: Re: [nasional-list] Re: [tioin59] Fw: Mereka Dihujat, Dicaci &
Di Butuhkan - PRAJURIT SEJATI TIDAK MENGARAHKAN DADANYA KE RAKYAT</DIV></DIV>
<DIV><BR></DIV>> Ya,dimas. Maozedong mengumpamakan, rakyat dan tentara,
seperti ikan berenang dalam air...manunggal.<BR>> <BR>> Tetapi,
salah2 bisa jadi bangau dan ikan2 kecil..juga manunggal, ikan dalam perut
bangau..<BR>> <BR>> Salam hangat<BR>> <BR>>
Danardono<BR>> <BR>> "Amir S. Dewana" <<A
href="mailto:Amir.Dewana@petrochina.co.id">Amir.Dewana@petrochina.co.id</A>>
wrote:<BR>> Yth. Pak Amir prajurit,<BR>> <BR>> Saya terharu dengan
tulisan anda. Tidak semestinya SEMUA tentara dihujat, bahkan mustinya ada yang
disanjung seperti Pak Amir ini. <BR>> <BR>> Saya percaya Pak Amir adalah
prajurit sejati, kalau anda AD, karena anda tidak pernah menghadapkan dada dan
moncong senapannya menghadap ke arah rakyat. Artinya rakyat anda lindungi. Anda
tidak pernah menembak rakyat sipil tidak bersenjata, tidak pernah memata-matai
rumah kos para pekerja pabrik hanya karena para pekerja dimaksud ramai berpuisi
ria meski bunyi bait-bait puisi mereka membikin merah telinga pejabat. Pasti
telinga para pejabat yang korup. Anda sekalipun tidak pernah menculik aktivis
pro-demokrasi karena anda hanya mau berperang dengan agressor asing. Anda juga
pasti tidak sudi diminta menjadi backing cukong yang merampok hutan-hutan negeri
ini. Dll, dll karakter prajurit sejati.<BR>> <BR>> Rakyat harus dan pasti
bangga dan sayang kepada para prajurit sejati republik ini. Selamat, sehat
sejahtera dan panjang umur Pak Amir di Bekasi. Kami bangga semua prajurit sejati
negeri ini.<BR>> <BR>> Salam,<BR>> Kaboel<BR>>
[][][][][][][][][][]<BR>> <BR>> ----- Original Message ----- <BR>>
From: Hong Gie <BR>> To: KIAD ; <A
href="mailto:marinir@polarhome.com">marinir@polarhome.com</A> ; Marinir ;
Posting X-PPI Se-Eropa '77-'87 ; Posting Wahana ; Posting to Apakabar ; Posting
Tionghoa - Net ; Posting Nasional ; HKSIS <BR>> Sent: Wednesday, 25 August,
2004 1:52<BR>> Subject: [SP] Mereka Dihujat, Dicaci & Di Butuhkan<BR>>
<BR>> <BR>> Mereka Dihujat, Dicaci, dan Di Butuhkan <BR>> <BR>> SAYA
tidak tahu bahwa akan jadi tentara. Orangtuaku petani di desa, nenek moyangku
juga petani. Kini 30 tahun sudah pengabdianku kepada tentara, negara dan bangsa.
Tinggal menghitung jari, pensiun. <BR>> <BR>> Saya bangga sampai batas
maksimum pengabdian, tidak pernah diadili, dipenjara! Terima kasih kepada
pemerintah negara yang telah memberikan berderet tanda jasa, tanpa kuminta! Saya
hanya bersyukur kepada Allah Yanga Maha Esa, berterima kasih kepada anak
isteriku yang setia mendampingi saya! <BR>> <BR>> Kini sebentar lagi saya
sipil! Terbayang dalam lamunanku, betulkah saya sipil? Diterimakah saya? Kenapa
teman-teman "masyarakat sipil" menempatkan saya dan kawan-kawan dengan penuh
curiga? <BR>> <BR>> Terkadang tidak terasa basah menetes air mata ini
menerawang kehidupan masa lalu. Saya penah berhari-hari duduk di lingkungan
masyarakat loak (barang bekas), hanya sekadar mencari mainan anakku yang tak
terbeli di toko. Saya menjual jasa penulisan teman-teman yang sama-sama sekolah
untuk sekadar mencukupi biaya hidup, jualan barang-barang, kadang jadi pembawa
acara di suatu perkawinan. <BR>> <BR>> Saya pernah membayar dokter dengan
kartu anggota sebagai jaminan dikala anakku sakit parah, makan hanya dengan lauk
terasi (sewaktu sedang sekolah), saya mengajar di SMP sebagai guru honor, semua
saya lakukan dengan ikhlas dengan ingin tetap menjunjung kode etik TNI. <BR>>
<BR>> Barangkali lebih banyak teman-teman dan prajurit TNI yang lebih berat
cobaannya ketimbang saya. Saya seperti tidak ada ruang gerak di bumi tercinta
ini, bumi yang telah saya bela, seperti mimpi! <BR>> <BR>> Seolah saya
nanti hidup di lingkungan masyarakat yang asing, haruskah saya dan kawan-kawan
mantan prajurit menjadi masyarakat yang termajinalisasi di negeri sendiri?
<BR>> <BR>> Tolong.. kawanku, saudara-saudaraku! Janganlah kita terjebak
"dikotomi", marilah kita bangun negara dan bangsa ini dengan hati nurani yang
bersih, jangan saling hujat, memaki, sementara negara ini masih butuh tentara
untuk menjaga, melindungi dan sebagai salah satu elemen bargaining position
dengan bangsa lain di dunia. <BR>> <BR>> <BR>> A Amir S <BR>>
<BR>> Bekasi </FONT></DIV></BODY></HTML>