[Nasional-m] Membangun SDM Unggul

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri Sep 20 23:48:01 2002


Suara Karya

 Membangun SDM Unggul
Oleh Haryono Suyono

Sabtu, 21 September 2002
Dalam suasana globalisasi yang sekaligus dibarengi oleh adanya krisis
multidimensi di Indonesia sekarang ini semua pihak sadar bahwa penduduk
Indonesia yang jumlahnya telah melebihi 211 juta jiwa itu harus dikembangkan
menjadi manusia unggul. Upaya itu harus diiringi kebersamaan lembaga-lembaga
seperti BKKBN, Depar- temen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, dan
lembaga lain dengan jajarannya. Lembaga-lembaga itu mutlak diperlukan untuk
menghantar pengembangan sumber daya manusia menjadi kekuatan yang unggul.
Keberhasilan upaya itu diharapkan bisa mengatasi krisis serta mengangkat
setiap keluarga dan anggotanya menjadi keluarga yang mandiri dan sejahtera.
Sukar sekali melihat gelombang reformasi itu dengan kaca mata biasa yang
sempit. Dengan kaca mata lama, menurut pikiran Talcott Parsons, seorang
sosiolog terkenal, dalam bukunya The Social System (1951), suatu action yang
bercakrawala luas dan bergerak dengan sangat cepat akan membentuk
interaksinya secara bebas. Sebagai bagian dari suatu sistem aksi dalam
masyarakat itu, berbagai interaksi yang sangat luas, vertikal dan
horizontal, terutama yang berskala global, masing-masing mengembangkan
interaksinya sendiri sesuai dengan aktor-aktor yang bergerak di dalamnya.
Sistem aksi itu kemudian menjadi suatu jaringan hubungan yang membentuk,
atau menuntut bentukan, sebagai suatu tatanan kemasyarakatan baru yang
mungkin berbeda dan asing dibandingkan dengan apa yang pernah ada
sebelumnya.
Aktor-aktor yang tadinya bersifat individual dan masing-masing mempunyai
"status" kemudian ditempatkan dalam suatu tatanan jaringan yang berkembang.
Dalam pengembangan itu para aktor juga mempunyai fungsi-fungsi yang secara
signifikan membawanya dalam proses memapan sebagai "peranan" yang
menuntunnya pada posisi yang terhormat untuk menuju kepada keseimbangan
barunya.
Dalam konteks reformasi yang gencar seperti sekarang, peranan aktor sebagai
manusia pelaku bisa menjadi sangat signifikan. Aktor bisa merupakan
kombinasi sinergik dari status yang diembannya serta dari peranan dalam
suatu sistem sosial yang berkembang pesat, bahkan tidak jarang mereka itu
dari atau identik dengan tatanan jaringan dimana dia dikembangkan
sebelumnya.
Dalam suatu suasana Indonesia baru yang berubah dengan cepat dewasa ini
berbagai dinamika organisasi dan kepemimpinan akan mencuat ke atas permukaan
mencari bentuknya secara tepat. Untuk itu para ahli menawarkan berbagai
pikiran dan perkiraan dengan argumentasinya masing-masing. David Osborne dan
Ted Gaebler (1992) dalam bukunya Reinventing Government menawarkan konsep
dan anjuran untuk mewirausahakan aparat birokrasi sebagai bagian dari upaya
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Oleh karena itu banyak orang sepakat bahwa dalam keadaan seperti ini
memimpin adalah suatu seni yang rumit dan memerlukan kerja yang sangat
keras. Banyak ahli lain berbicara dan menulis tentang hal ini. Robert H.
Rosen dan Paul B. Brown dalam bukunya, Leading People (1996), menulis, bahwa
dewasa ini sukses suatu usaha banyak sekali tergantung pada bagaimana kita
melakukan investasi pada manusia, dan bagaimana manusia-manusia itu menyatu
menghasilkan produksi dan jasa yang memuaskan pelanggannya. Kita harus bisa
dan lebih melihat segala sesuatunya dari rangkaian proses bagaimana
manusia-manusia tersebut kita bawa kepada suatu sukses yang menjadi komitmen
bersama, bukan pada bagaimana masing-masing individu merasa menempati posisi
yang mereka anggap diperlukan dalam suatu organisasi tertentu.
Pada umumnya kita sepakat bahwa diperlukan berbagai persyaratan untuk
memimpin manusia-manusia andal dalam suatu proses tersebut, tetapi yang
lebih penting lagi adalah bagaimana kita mendapatkan kepercayaan dengan
membawakan visi dan misi yang jelas dan dapat diterima dengan perasaan lega
oleh mereka yang kita ajak untuk bersama-sama membawakannya kepada
pencapaian tujuan yang disepakati.
Untuk melihat "reformasi" dalam suasana " globalisasi" sekarang ini, kita
harus bisa belajar hidup dalam keadaan chaos, mencoba hidup tenang, dan
tidak mencari kebenaran karena hal itu tidak akan ketemu. Kita harus secara
dinamis menguasai atau menciptakan masa depan dan tidak mengambil sikap
menunggu untuk sekadar menjawab tantangan yang dikeluarkannya.
Globalisasi Dan Desentralisasi


Kemajuan yang terjadi pada masa globalisasi dan desentralisasi sekarang ini
sesungguhnya merupakan suatu perubahan sosial yang cepat dan menarik. Dalam
suatu sistem sosial, secara sederhana diperlukan kebutuhan-kebutuhan
fungsional dasar yang sangat minimal untuk memungkinkan terjadinya interaksi
antar berbagai status dan peranan masing-masing.
Untuk menghantar terjadinya perubahan sosial yang menguntungkan,
kebutuhan-kebutuhan fungsional tersebut harus tersedia atau disediakan.
Pertama, adalah kebutuhan dasar manusia, keluarga dan masyarakat yang sangat
esensial seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
Kedua, adalah kebutuhan dukungan dari berbagai sistem sosial lain yang ada.
Untuk itu diperlukan pemikiran-pemikiran agar ada kesediaan yang memadai
untuk saling memberi atau membangun dukungan sosial yang sekaligus dapat
memenuhi kebutuhan dasar untuk aktor-aktor dalam perubahan sosial maupun
untuk anggota masyarakat pengikut lainnya.
Dalam kondisi seperti itu setiap lembaga masyarakat memerlukan dukungan
sumber daya manusia yang mampu mengembangkan inovasi, berkreasi, dan bisa
merangsang pemenuhan kebutuhan internal maupun yang bisa menuntun kearah
penyesuaian diri terhadap perubahan eksternal yang terjadi dalam suasana dan
lingkungan baru yang cepat dan makin global tersebut. Dukungan sumber daya
manusia yang "unggul" itu harus bisa menjadi pendorong motivasi dan
memberikan tuntunan pada setiap tahapan agar setiap aktor dalam lembaga
tersebut dapat mempersiapkan lembaga atau organisasinya dalam era yang
berubah. Kesiapan lembaga tersebut harus mendahului suasana zaman yang
berubah dan tetap mendorong lembaga itu menghasilkan produk-produk yang
memenuhi permintaan dan selera pasar yang berkembang dengan pesat. Apabila
tidak demikian halnya, maka peranan lembaga itu akan habis ditelan oleh
perubahan yang penuh dengan tantangan.
Perubahan Kelembagaan


Melihat adanya perubahan tersebut diperlukan berbagai dukungan yang luas
seperti manusia yang unggul, manajemen dan kemampuan komunikasi untuk
menangkap nuansa baru dari perubahan sosial yang sekaligus disertai dengan
arus globalisasi yang sangat dahsyat. Dukungan sumber daya manusia
diperlukan untuk memungkinkan dikembangkannya ide-ide baru yang segar yang
bisa menangkap "mimpi" dan "cita-cita" masyarakat dengan visi yang jauh ke
depan melampaui jamannya. Dilain pihak, manusia unggulan itu memerlukan
dukungan manajemen unggul dan berani mengimplementasikan berbagai gagasan
yang kadang-kadang tidak masuk akal pada jamannya. Menurut banyak ahli,
gagasan-gagasan seperti itu biasanya mati sebelum lahir. Padahal
sesungguhnya tidak boleh dimatikan tetapi harus ditunggu waktunya yang
tepat, istilahnyaput on ice.
Karena itu, diperlukan dukungan komunikasi untuk memberdayakan seluruh
kekuatan internal dan membantu mempersiapkan masyarakat untuk menghayati
nuansa baru yang berkembang. Dengan dukungan pemberdayaan melalui komunikasi
itu dirangsang terjadinya proses institusionalisasi secara internal yang
mungkin saja harus disertai dengan pengembangan visi yang jauh ke depan,
perubahan struktur organisasi, perubahan falsafah dasar lembaganya,
reorientasi personilnya, pembaharuan kekompakan mereka dalam tim yang
sanggup menghasilkan produk berkualitas serta cara-cara pemasaran produknya
dalam dunia yang makin tidak dibatasi dengan dinding-dinding kaku yang
bersifat fisik, sosial dan budaya, dunia yang makin terbuka.
Langkah-langkah itulah yang sekarang ini sedang terjadi pada tingkat daerah.
Banyak lembaga-lembaga pusat yang karena perubahan sentralisasi menjadi
desentralisasi harus mengalami restrukturisasi secara total. Langkah-langkah
restrukturisasi itu pada beberapa kalangan menimbulkan kegoncangan sedangkan
pada kalangan lain menimbulkan harapan bahwa secara eksternal diperlukan
orientasi yang berani pada kekuatan kelembagaan dalam upaya tim yang mampu
menghasilkan karya nyata dengan kualitas tinggi sebagai yang diinginkan oleh
masyarakat luas.
Dari kenyataan itu, para pimpinan lembaga menganut pendekatan visionary
leadership dengan "memanusiakan manusia" dalam lembaganya dengan lebih
banyak mengembangkan kekompakan tim dengan wawasan yang jauh ke depan.
(Prof Dr Haryono Suyono, pengamat masalah sosial kemasyarakatan).