[Nusantara] Stop ekonomi biaya tinggi

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Sun Dec 1 10:24:06 2002


Stop ekonomi biaya tinggi 

PT Sony Electronics Indonesia dikabarkan akan menutup
pabrik audio-nya di Indonesia. Berita ini besar
dampaknya karena pejabat negara seperti kebakaran
jenggot. Berita ini menyusul setelah beberapa
perusahaan transnasional meninggalkan Indonesia dan
mencari surga di tempat lain. 

Indonesia, negara yang dulu pernah sangat menggiurkan
bagi modal asing, sekarang menjadi tempat yang
menakutkan. Modal dan bisnis multinasional, memang,
tidak mengenal batas dan kewarganegaraan. Mereka
mengembara mencari tempat di mana saja di muka bumi
ini yang paling menguntungkan bagi bisnis mereka. 

Pengembaraan ini justru semakin ramai di tengah
kesadaran yang kian tinggi di hampir semua negara
dunia tentang betapa pentingnya daya saing. Indonesia,
memang, sedang malang. Di tengah persaingan dan
kesadaran untuk menciptakan sebanyak-banyaknya pull
factor bagi investasi asing, kita secara tak sadar
justru menggalakkan push factor. 

Contoh sistem pengenaan pajak berganda dan
berlapis-lapis, tumpang tindih dalam aturan
perburuhan, ketidakpastian hukum, serta berbagai
bentuk penyelundupan dan pemalsuan adalah contoh yang
sengaja atau tak sengaja akan mengusir modal asing. 

Pemerintah rupanya tidak bisa berbuat banyak kecuali
mengatakan selamat tinggal kepada bisnis-bisnis
internasional yang mau dan sudah meninggalkan negeri
ini. Ini tercermin dari pernyataan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Rini Suwandi yang
menekankan betapa pun besar usaha besar pemerintah
menahan rencana penutupan PT Sony Electronics
Indonesia (SEI), upaya itu tak akan berpengaruh bila
keputusan tersebut merupakan program internasional
dari Sony Corporation Japan. 

Menurut Rini pada dasarnya mereka (Sony Corp,-red)
memang sedang mengurangi jumlah pabrik dari 70 menjadi
54 pabrik. Indonesia termasuk pabrik kecil untuk
mereka. Dijelaskan lebih jauh oleh Rini, kategorisasi
pabrik kecil bagi PT SEI di Indonesia karena pabrik
ini mempekerjakan tidak lebih dari 1000 orang dengan
produksi hanya radio kaset. Yang akhirnya, kalau
dilihat secara menyeluruh tidak efisien untuk
diteruskan. 

Jadi, biar bagaimanapun kita (pemerintah,-red) mencoba
menahan, kalau mereka katakan tidak efisien, akhirnya
harga yang mereka buat di sini jadi tidak kompetitif.
Indonesia memang sedang di persimpangan jalan.
Demokratisasi ekonomi adalah semangat yang sedang
memperoleh angin segar di negeri ini. Semangat ini
berbenturan sangat keras dengan pemikiran ekonomi yang
taat pada asas proporsionalitas antara cost and
benefit. 

Dalam pemikiran demokrasi yang sedang menggelora,
seluruh praktik bisnis di Indonesia adalah sarat
dengan kerakusan dan pemerasan terhadap buruh.
Perusahaan-perusahaan multinasional yang telah
menikmati manisnya madu di surga Indonesia selama
bertahun-tahun kini saatnya membayar kerakusan itu
terhadap buruh. Akibatnya, pemilik modal
membangkrutkan perusahaan dan meninggalkan puluhan,
bahkan ratusan ribu, karyawan telantar. 

Angka pengangguran di Indonesia berlipat ganda.
Rendahnya harga faktor produksi, memang, tidak bisa
lagi dijadikan madu yang terus-menerus memancing
investor. Di negara-negara yang standar upah dan harga
faktor produksinya tinggi pun ada daya pikat yaitu
kepatuhan terhadap asas good corporate governance.
Harus disadari good corporate governance tidak bisa
mendadak tumbuh di negara yang tidak taat terhadap
good and clean governance. Indonesia sedang berada
dalam kepincangan itu. 

Kita sepakat bahwa upah buruh yang murah tidak bisa
lagi menjadi daya pikat modal asing. kepergian
pabrikan besar seperti Sony akan menimbulkan dampak
tidak saja dari segi PHK buruh, tetapi pemodal yang
pergi ini berpotnesi menyiarkan iklim yang kurang baik
ini pada perusahaan multinasional lainnya serta calon
investor. 

Pekerjaan besar buat pemerintah agar cepat bertindak
mengatasi hal ini. Yang penting dan harus menjadi
kesadaran ialah pemerintah harus mampu menghentikan
apa yang dinamakan ekonomi biaya tinggi. Karenanya
perlu ditinjau kembali semua regulasi yang berhubungan
dengan itu. 

Dengan cara demikian, biarpun karyanya banyak yang
ingin meniru, tetapi karena kecepatannya menciptakan
model-model yang baru relatif tinggi, sampai kini ia
tetap bisa menguasai pasar dan usahanya berhasil
menolong anak-anak muda yang bekerja padanya. 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com