[Nusantara] Re: [Nasional] Sipadan-Ligitan, Menuai Hasil Politik Verbal

Olga nebo Sylvie Gondokusumo olga-sylvie@volny.cz
Sat Dec 21 08:12:01 2002


Ini menarik, Cak Gigih!
Nasi sudah menjadi bubur, sebagai akibat dari warisan sebuah rezim yg
mengaku dibawah pimpinannya RI telah menjadi salah satu "anak
macan Asia". Yang penting kini kita semua harus minta kepada yang
berwewenang pada jajaran kenegaraan RI penjelasan apa tidak ada lagi
problem yang semacam itu, yang menyangkut masalah KEDAULATAN RI.

Kiranya Menlu Wirayuda harus segera mengadakan INVENTARISASI segala pulau
dan pantai serta laut dan entah apa saja istilah
teritorialnya, apa tidak ada lagi yang bermasalah menjadi tuntutan bermacam
negara. Dan posisi kita bagaimana. semuanya harus jelas dan
eksplisit. 

Diplomasi RI harus tegar, dan kuat dasar keahliannya! Jangan diletant!

Kini kita mempunyai kebebasan untuk men Check semua ini dan kalau ada
masalah konkrit, dapat juga memeriksa bagaimana penanganan
dalam mencari jalan keluar.

Saya tidak tahu apakah menurut Hukum Internasional pemerintah RI pasca orba
dapat menyatakan mengundurkan diri dari "gentleman
agreement" mengenai akan menerima keputusan MI di the Hague. Padahal kalau
kiranya disimak akan tampak jelas bahwa handling soal
ini oleh RI ketika perkara ini diajukan ke den Haag menunjukkan amburadul.

Saya ingat ketika ada warga TKW mau dipancung di Saudi Arabia 1997, maka
dari fihak RI tak ada protes apalagi tindak untuk menyelamatkan
warganegaranya itu.

Wassalam,  Bismo DG


----- Original Message -----
From: "Gigih Nusantara" <gigihnusantaraid@yahoo.com>
To: <indonesia_damai@yahoogroups.com>; <kuli-tinta@indoglobal.com>;
<national@mail2.factsoft.de>; <arek-suroboyo@yahoogroups.com>;
<apakabar@yahoogroups.com>; <proletar@yahoogroups.com>;
<nusantara@polarhome.com>
Sent: Thursday, December 19, 2002 3:22 AM
Subject: [Nasional] Sipadan-Ligitan, Menuai Hasil Politik Verbal


> -----------------------------------------------------------------------
> Mailing List "NASIONAL"
> Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
> Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
> -----------------------------------------------------------------------
> BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
> -----------------------------------------------------------------------
> Sipadan-Ligitan, Menuai Hasil Politik Verbal
>
> Bisa nrima atau tidak, kenyataan di lapangan
> membuktikan, bahwa Mahkamah Internasional Den Haag
> sudah memutuskan, Sipadan dan Ligitan, adalah sah
> milik Malaysia. Marah atau tidak, itulah hasil yang
> kita peroleh dari penerapan politik verbal (omdo,
> omong doang) yang selama ini dilakukan Indonesia.
>
> Pergilah ke kantor-kantor pemerintah, dan cobalah
> sampaikan keinginan saudara untuk menemui pimpinannya,
> maka saya yakin, lebih dari 90 persen, saudara akan
> memperoleh jawaban, bahwa boss sedang rapat.
>
> Rapat? Pasti membicarakan pekerjaan? Bagus, sekali.
> Saudara boleh minta ijin untuk menunggu rapat selesai.
>
>
> Saya berani menjamin lagi, ketika rapat itu usai, maka
> boss hanya akan berada sebentar di mejanya, lalu
> saudara bisa saksikan, boss akan ke luar ruangan lagi.
> Kemana? Rapat lagi.
>
> Hal itulah yang merupakan refleksi dari bagaimana
> pemerintah RI bekerja. Dan itu pula yang terjadi di
> kalangan masyarakatnya. kalau mereka diundang rapat,
> maka berbunga-bungalah hati mereka, karena merasa
> bahwa ia sudah masuk dalam hitungan pada kelompok yang
> akan membicarakan kebijakan-kebijakan, sehubungan
> dengan adanya persoalan, lalu segera ditemukanlah
> solusi pemecahannya.
>
> Sayangnya, mereka mengira, bahwa kalau sudah rapat itu
> artinya sudah bekerja. Kalau sudah membuat formulasi,
> katakanlah begitu, terhadap sebuah permasalahan
> tertentu, itu sudah selesai. Soal apa di lapangan
> dijalankan atau tidak, ah... itu kan bisa dirapatkan
> lagi.
>
> Rapat... rapat ... rapat.....
>
> Demikian juga dengan politik yang dijalankan
> pemer8intah RI, sejak dulu, sampai sekarang. Terlalu
> banyak untaian kata-kata sejuk, punya semangat
> membangun, tak hanya lima tahun ke depan, bahkan
> sampai 25 tahun. Itu baru tahap pertama. Lalu ada
> tahap kedua, dan seterusnya. Di atas kertas, siapa
> bisa melawan segenap proposal bagus dengan
> konsultan-konsultan mahal seperti itu? Dijamni, saya
> jamin, tidak ada.
>
> Timor, Papua, Aceh, Sipadan, Ligitan, adalah sejumlah
> daerah yang selama ini demam, memendam sebuah
> pertanyaan, mana realisasi semua omongan untuk
> membangun, mempertahankan, membina, dan seterusnya
> itu?
>
> Satu-satunya yang tidak terbantah, sehbungan dengan
> Sipadan dan Ligitan, adalah bahwa sudah sejak lama,
> mulai dari pemerintah Inggris, lalu pihak Malysia
> pula, yang sudah melakukan sesuatu, yang sebenarnya
> sederhana, tetapi nyata. Inggris dengan ordonansi
> perlindungan satwa burung. Lalu pemerintahan malysia
> (dulu Malaya) yang hanya membangun mercu suar. Coba,
> apa dua hal itu pemerintah RI tak mampu?
>
> Promosi wisata Sipadan dan Ligitan juga dilakukan
> secara gencar oleh Malaysia, meski itu tidak masuk
> dalam pertimbangan mahkamah di Den Haag, tetapi terasa
> sekali, bahwa Pemerintah RI memang sama sekali (atau,
> kurang, lah...) menaruh perhatian, sesuatu yang bisa
> dijadikan tapak, sebagai bukti memang ada keterlibatan
> Indonesia di dua pulau tersebut.
>
> Alih-alih tidak melakukan sesuatu, tetapi hanya
> teriak-teriak semata. Nuntut ini, nuntut itu. Tapi
> semuanya kosong, dan nikmatilah hasilnya, Sipadan dan
> Ligitan pun lepas.
>
> Pelajaran lain bisa kita lihat dari Timor Timur.
> Memang, benaman biaya bukan main besar sudah
> dikucurkan di penggalan timur pulau Timor ini, tetapi
> ada aspek lain yang membuat semua itu seolah tak ada
> artinya. Ada pelanggaran HAM, tidak ada pengkaderan,
> dan sejenisnya. Sebab, investasi tak hanya fisik dan
> duit, tetapi juga hati nurani.
>
> Aceh dan Papua adalah juga tak ubahnya api dalam
> sekam. Jika kita masih juga lebih banyak omong
> daripada melakukan hal-hal nyata, maka lambat atau
> cepat, kita akan menuai hasil yang tak kurang
> memalukan. Panglima TNI boleh tegas, tetapi dunia
> internasional akan bicara lain. Dalam hubungan
> keluarga seatap yang mengglobal seperti sekarang ini,
> mau menang-menangan sendiri sudah bukan jamannya.
>
> Apa yang kita rasakan saat ini memang bukan andil dari
> pemerintah yang saat ini sedang berkuasa. Tetapi
> merupakan hasil kumulatif terapan politik verbal dari
> pemerintah yang sebelum-sebelumnya.
>
> Namun, hal itu tidak boleh menjadi alasan atas semua
> kegagalan yang berkali-kali terjadi akhir-akhir ini.
> Sebab, nyatanya, pemerintah yang sekarang pun masih
> membiarkan gaya hidup verbal berlangsung dalam
> penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari. Dan semua
> inilah yang nanti akan diwarisi oleh anak cucu kita di
> belakang hari, Bekas Negara Kesatuan Republik
> Indonesia (BNKRI) !
>
> Believe it, or not.
>
>
> =====
> Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia'
dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
> Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor
untuk koran online ini)
> Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
> http://matpithi.freewebsitehosting.com
>
> __________________________________________________
> Do you Yahoo!?
> Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
> http://mailplus.yahoo.com
> -------------------------------------------------------------
> Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
> Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
> Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
> ------------------Mailing List Nasional------------------
>