[Nusantara] Daniel S Lev: Terorisme Bukan Agenda Utama Indonesia
reijkman
reijkman@excite.com
Wed Nov 13 12:36:05 2002
--EXCITEBOUNDARY_000__7bbb910c3567f1a01e1bc5f688f69cb3
Content-Type: text/plain; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit
Daniel S Lev: Terorisme Bukan Agenda Utama Indonesia
CANBERRA--MIOL: Pengamat senior dari Universitas Washington Prof Emeritus Daniel S Lev menegaskan, Pemerintah Indonesia hendaknya tidak hanyut terbawa arus keinginan negara-negara Barat dalam gerakan antiterorisme. Sementara itu malah mengorbankan berbagai prioritas program yang lebih membutuhkan perhatian sesuai dengan kepentingan nasional baik di bidang politik maupun ekonomi.
Upaya menumpas jaringan terorisme bukan persoalan utama bagi bangsa Indonesia karena kelompok Islam garis keras di negara itu termasuk minoritas, kata Daniel S Lev kepada Antara di Canberra, Minggu.
Gerakan antiterorisme di Indonesia, menurut Daniel, merupakan desakan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Australia, namun Pemerintah Indonesia hendaknya tidak begitu saja menuruti desakan itu.
Pemerintah Indonesia jangan mengorbankan kepentingan nasional jangka panjang dalam berbagai program pembangunannya demi untuk kepentingan jangka pendek AS, kata Daniel yang berada di Australia guna menghadiri peluncuran perdana ceramah Almarhum Herb Feith di Melbourne.
Dikatakannnya, kondisi seperti sekarang ini sudah pernah terjadi pada 1957-1958 ketika AS mendukung tentara sebagai suatu kekuatan yang penting guna menghambat lajunya arus perkembangan gerakan sosial komunis di era perang dingin .
Akibatnya, sejarah Indonesia dibelokkan begitu saja dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh Pemerintah Indonesia dengan dukungan kekuatan asing. Jadi, jelasnya, AS ikut campur dalam persoalan intern Indonesia, katanya.
Begitu juga terorisme, Daniel menyatakan, tidak yakin tidak ada desakan dari pihak asing dalam kaitan dikeluarkannya Perpu Antiterorisme. "Saya tidak yakin ada Perppu itu kalau tidak didesak AS," katanya.
Padahal, menurut Daniel, persoalan yang dihadapi bangsa Indonsia tidak ada kaitannya dengan persoalan fundamentalisme atau radikalisme agama. Memang ada tapi persoalan fundamentalisme tidak lebih serius ketimbang persoalan lain di bidang politik atau ekonomi misalnya, katanya.
Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa konsentrasi dan perhatian yang begitu besar diberikan Pemerintah Indonesia terhadap persoalan terorisme telah menyebabkan agenda penting menyangkut hajat rakyat kecil akhirnya terabaikan.
Padahal, terorisme itu merupakan agenda Washington bukan Indonesia, karena AS pasca 11 September takut mendapat serangan yang dikabarkan datang dari kelompok Islam, katanya. Persoalan fundamentalis minoritas bukan ditemukan di Indonesia saja tapi di negara mana pun bisa muncul, katanya.
Namun, katanya, ada kecenderungan Washington melihat bahanya itu (terorisme) di mana-mana tanpa perduli bahwa negara seperti di Indonesia merupakan sebuah negara yang kompleks dengan penduduk besar yang tengah dilanda persoalan politik dan krisis ekonomi.
Indonesia itu sebenarnya sudah hampir hancur begini, tiba-tiba datang AS mengatakan masalah itu kurang penting dibanding masalah terorisme. Hanya isu terorisme yang menurut pejabat Washington lebih penting, lebih dari pada yang lain, katanya.
Oleh karena itu, Daniel berpendapat Pemerintah Indonesia harus bersikap proporsional dalam menanggapi persoalan terorisme yang dituntut Barat. Jangan takut bersikap tegas jika AS mengajukan tuntutan terlalu berlebihah, apalagi tidak sesuai dengan kepentingan nasional, katanya. (OL-01)
_______________________________________________
Join Excite! - http://www.excite.com
The most personalized portal on the Web!
--EXCITEBOUNDARY_000__7bbb910c3567f1a01e1bc5f688f69cb3
Content-Type: text/html; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit
<table cellpadding=10 cellspacing=0 border=0 width=100% bgcolor=white><tr height=200><td width=100%><font size=2 color=black>Daniel S Lev: Terorisme Bukan Agenda Utama Indonesia
<br />
<P>CANBERRA--MIOL: Pengamat senior dari Universitas Washington Prof Emeritus Daniel S Lev menegaskan, Pemerintah Indonesia hendaknya tidak hanyut terbawa arus keinginan negara-negara Barat dalam gerakan antiterorisme. Sementara itu malah mengorbankan berbagai prioritas program yang lebih membutuhkan perhatian sesuai dengan kepentingan nasional baik di bidang politik maupun ekonomi.
<br />
<P>Upaya menumpas jaringan terorisme bukan persoalan utama bagi bangsa Indonesia karena kelompok Islam garis keras di negara itu termasuk minoritas, kata Daniel S Lev kepada Antara di Canberra, Minggu.
<br />
<P>Gerakan antiterorisme di Indonesia, menurut Daniel, merupakan desakan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Australia, namun Pemerintah Indonesia hendaknya tidak begitu saja menuruti desakan itu.
<br />
<P>Pemerintah Indonesia jangan mengorbankan kepentingan nasional jangka panjang dalam berbagai program pembangunannya demi untuk kepentingan jangka pendek AS, kata Daniel yang berada di Australia guna menghadiri peluncuran perdana ceramah Almarhum Herb Feith di Melbourne.
<br />
<P>Dikatakannnya, kondisi seperti sekarang ini sudah pernah terjadi pada 1957-1958 ketika AS mendukung tentara sebagai suatu kekuatan yang penting guna menghambat lajunya arus perkembangan gerakan sosial komunis di era perang dingin .
<br />
<P>Akibatnya, sejarah Indonesia dibelokkan begitu saja dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh Pemerintah Indonesia dengan dukungan kekuatan asing. Jadi, jelasnya, AS ikut campur dalam persoalan intern Indonesia, katanya.
<br />
<P>Begitu juga terorisme, Daniel menyatakan, tidak yakin tidak ada desakan dari pihak asing dalam kaitan dikeluarkannya Perpu Antiterorisme. "Saya tidak yakin ada Perppu itu kalau tidak didesak AS," katanya.
<br />
<P>Padahal, menurut Daniel, persoalan yang dihadapi bangsa Indonsia tidak ada kaitannya dengan persoalan fundamentalisme atau radikalisme agama. Memang ada tapi persoalan fundamentalisme tidak lebih serius ketimbang persoalan lain di bidang politik atau ekonomi misalnya, katanya.
<br />
<P>Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa konsentrasi dan perhatian yang begitu besar diberikan Pemerintah Indonesia terhadap persoalan terorisme telah menyebabkan agenda penting menyangkut hajat rakyat kecil akhirnya terabaikan.
<br />
<P>Padahal, terorisme itu merupakan agenda Washington bukan Indonesia, karena AS pasca 11 September takut mendapat serangan yang dikabarkan datang dari kelompok Islam, katanya. Persoalan fundamentalis minoritas bukan ditemukan di Indonesia saja tapi di negara mana pun bisa muncul, katanya.
<br />
<P>Namun, katanya, ada kecenderungan Washington melihat bahanya itu (terorisme) di mana-mana tanpa perduli bahwa negara seperti di Indonesia merupakan sebuah negara yang kompleks dengan penduduk besar yang tengah dilanda persoalan politik dan krisis ekonomi.
<br />
<P>Indonesia itu sebenarnya sudah hampir hancur begini, tiba-tiba datang AS mengatakan masalah itu kurang penting dibanding masalah terorisme. Hanya isu terorisme yang menurut pejabat Washington lebih penting, lebih dari pada yang lain, katanya.
<br />
<P>Oleh karena itu, Daniel berpendapat Pemerintah Indonesia harus bersikap proporsional dalam menanggapi persoalan terorisme yang dituntut Barat. Jangan takut bersikap tegas jika AS mengajukan tuntutan terlalu berlebihah, apalagi tidak sesuai dengan kepentingan nasional, katanya. (OL-01) <BR><BR></P><BR><BR><BR><BR>
<br />
<TABLE bgColor=white border=0 cellPadding=10 cellSpacing=0 width="100%">
<br />
<TBODY>
<br />
<TR height=200>
<br />
<TD width="100%"><FONT color=black size=2><BR><BR><BR><BR><BR></FONT></TD></TR></TBODY></TABLE><br></font></td></tr></table><p><hr><font size=2 face=geneva><b>Join Excite! - <a href=http://www.excite.com target=_blank>http://www.excite.com</a></b><br>The most personalized portal on the Web!</font>
--EXCITEBOUNDARY_000__7bbb910c3567f1a01e1bc5f688f69cb3--