[Nusantara] "Ki Denggleng Pagelaran" : Re: pendidikan perlukah?

INFO PRAKTIS-KOMPUTER majalahtips@hotmail.com
Wed Sep 4 10:51:52 2002


"Ki Denggleng Pagelaran" : Re: pendidikan perlukah?
3 Sep 2002 20:01:14 +0900

Ah, aku hanya mau kasih contoh sederhana tentang
pendidikan budi-pekerti.

Kemarin anak-ku yang baru kelas 2 SLTP cerita sambil
lalu.. ke Emaknya: "Kasihan si Aldi temenku Mak.. Salahnya
sih ninggalin, kan sebenernya kita berempat... eee dia
ngacir duluan.. jadilah dia mangsa murid-murid SMU sebelah.
Dimintain duit, Mak.... Aku pernah juga dimintain begitu...
tak tunjukin saja duit buat bayar angkot doang.. hehehe..
murid-2 SMU itu kabur...."
(kebiasaan itu konon telah meluas di kotaku, Bogor, yang
konon sedang naik daun sebagai kota basis pendidikan-2
keagamaan....baik TK-plus, SD-plus, SLTP-plus hingga
SMU-plus)

Kedua, masih cerita anakku yang kelas 2 SLTP tadi, kini ke
Bapaknya, sehabis gurauan bahwa ternyata perusaahaan
air mineral AQUA menyediakan beasiswa. Caranya dengan
nabuhin 'gallon' kosong itu sambil nyany.. lho kan dapat
duit, sebetulnya bisa untuk bea sekolah.. jadilah beasiswa
atas kreativitas dan aktivitas sendiri.
"Beh, dulu ketika Babeh masih seusia aku ini banyak orang
ngamen nggak Beh?"
"Ngamen sih Ada Cung.. tapi sopan-sopan. Kadang-kadang
malah sekelompok membentuk grup kesenian tradisional,
Kuda Lumping segala."
"Lha sekarang kok semakin banyak? Dan semakin kecil-
kecil... masak masih kecil sudah ngamen terus... belum lagi
setiap minggu ada yang langganan ke sini pakai salam
kempreng, 'Salaaaaaamungalaekuuuum!' Lho kok nggak
malu-malunya ya Beh. Belum lagi tuh di setiap perempatan
di tempat-tempat seharusnya lampu lalin nyala, semakin
banyak saja polisi Ogah-nya.. Terus gimana sih Beh.... apa
ndak ada pelajaran budi pekerti atau moral?"

(aku hanya thenger-thenger... ndak bisa aku kasih jawaban.
Hanya terbayang aku pada anakku yang semakin dewasa
ini. Duluuu aku secara penuh akrab bergaul, bergurau, ndongeng,
kasih ajaran filosofi wayang, ngajari berterimakasih, ngajari
agar tidak bohong... cuma sebatas BALITA-nya. Setelah itu,
sebagian jam kehidupan anakku kami serahkan kepada TK,
dan guru ngaji di Kampung.... setelah itu sebagian lagi diteruskan
ke SD. Sementara itu jam ngantorku semakin panjang saja.
Boleh dikata aku ketemu anakku mulai jam 16.00, ketika
anak-anak sedang asik-asiknya nonton film cartoon. Setelah
itu seharusnya anak-anakku belajar... eeee acara filem seri
menggantikan Cartoon.

Untung dalam jangka 3 tahun, anakku ikut aku ke Jepang.
Dia sempat hampir 8 jam hidupnya bergaul dengan anak-anak
Jepang dibimbing oleh guru-guru SD. Yaaa di situlah anakku
belajar moralitas dan etika Jepang. Baik melalui mata pelajaran
Shakai, maupun dalam bermain sportivitas dan berkesenian...
Dan ketika dia kembali lagi ke Indonesia... betapa kagoknya
dia belajar di SD...)

Nah, pikirkanlah sekarang kepada siapa kita menyerahkan
anak-anak kita mengarungi hidupnya setelah lepas BALITA.
Atau, bahkan sejak Balita kita sendiri telah tidak banyak
mengurusnya? Kecuali sebatas mencarikan sekolah-sekolah
FAVORIT? Orang-orang yang disekeliling anak-anak itulah
yang 'sebagian besar' mengarahkan kehidupannya, kelak.

KDP
-------


_________________________________________________________________
Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com