[Nusantara] "Hudojo" : Mega Kembali Tuding Pers Tidak Objektif
Gigih Nusantara
gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Sep 17 03:49:20 2002
"Hudojo" : Mega Kembali Tuding Pers Tidak Objektif
Presiden Mega Mengatakan : (Kutipan dari Suara
Pembaruan Daily/Kutipan
lengkap terlampir dibawah posting ini)
Dalam perkara tersebut, lanjutnya, bangsa Indonesia
masih belum bisa
merasakan apa yang dialami mereka yang sudah
mengorbankan dirinya. "Ini
seperti putus. Makanya saya katakan kita sebagai
bangsa
setengah-setengah," tandasnya.
Pers Tidak Objektif (Kutipan selesai)
Komentar saya : Rakyat minta agar supaya para korban
27 Juli 1996
(peristiwa berdarah) yang telah ikut andil dalam
mengantar Mega
kesinggasanan RI 1 diperhatikan. Siapakah yang telah
mengabaikan jasa-jasa para
korban 27 Juli 1996 tersebut ? Mengapa Mega menyokong
Sutiyoso seorang
yang sudah menjadi tersangka dalam kasus 27 Juli yang
berdarah itu ?
Apakah ini yang dimaksud bahwa bangsa Indonesia masih
belum bisa
merasakan apa yang dialami mereka yang sudah
mengorbankan dirinya ? Mengapa
Sutiyoso yang dianggap sebagai pahlawan, sedangkan
rakyat yang telah
mengalirkan darahnya demi tegaknya PDI-P dan Mega
sekarang harus ditentang
mati-matian ?
Bung Karno adalah sebagai pahlawan Bangsa Indonesia
dan pendiri NKRI,
tapi mengapa pemerintah Mega sampai sekarang masih
belum mengembalikan
nama baik Bung Karno yang telah di nodai oleh rezim
Suharto dengan
mengatakan bahwa bung Karno telibat dalam G 30 S .
Mengapa sampai sekarang
belum dicabut Tap MPRS. No: XXXIII/1967 yang
menyangkut nama baik
pribadi Bung Karno ? Rakyat Indonesia sudah lama
menuntut untuk dicabutnya
Tab MPRS.tersebut . Mengapa pemerintah Mega belum
menanganni masalah ini
? Jadi siapakah yang dimaksud sebagai bangsa
setengah-setengah ?
KUTIPAN : "Kamu ini siapa dan dari mana? Mengapa
negeri sendiri
dijelek-jelekkan? Kalau kamu tidak senang jadi orang
Indonesia, baik-baik
saja. Kamu bisa cari Tanah Air baru, tetapi jangan
cari makan dan bertempat
tinggal di Indonesia," tegasnya. "Kita sudah menjadi
bangsa setengah.
Rasa kebanggaan diri tidak ada lagi, dan tidak merasa
mendapat rahmat
dari Allah SWT bahwa kita menjadi bangsa yang bisa
menyebut dirinya di
antara bangsa-bangsa lain di dunia," sambungnya
Komentar saya : Siapakah yang telah membuat Indonesia
ini menjadi
amburadul : KKN bukannya diberantas malah meraja lela
dan lebih
canggih..Rakyat menuntut supaya Golkar dibubarkan
Golkar, diadilinya Suharto dan
kroni-kroninya yang selama 32 telah mencelakakan
bangsa dan Rakyat
Indonesia sehingha kemiskinan merajalela, tidak ada
demokrasi, tidah ada
supermasi hukum, pelanggaran HAM dll., sehingga nama
Indonesia menjadi
jelek di mata dunia Internasional. Abar Tanjung yang
korup dan sudah
divonis 3 tahun karena tindakan kriminal malah
memimpin delegasi Parlemen
keluar negeri.dsb.dsb. Siapakah yang bersalah dalam
masalah ini ?
Mengapa rakyat yang harus diusir dari Indonesia ?.
Siapakah yang memiliki
NKRI ini sebenarnya ? Apakah NKRI ini milik AS
atau.....?
Salam.
Hudojo.
SUARA PEMBARUAN DAILY
Mega Kembali Tuding Pers Tidak Objektif
KAIRO - Rasa kebangsaan rakyat Indonesia dinilai masih
setengah-setengah. Hal itu antara lain terlihat dari
penghargaan terhadap pahlawan.
Berkaitan dengan hal itu, pemberitaan pers juga
dianggap ambil bagian
dalam menyudutkan bangsa Indonesia sendiri.
Penilaian itu dikemukakan Presiden Megawati
Soekarnoputri di hadapan
ratusan warga Indonesia yang bermukim di Mesir, di
Wisma Duta Kairo,
Kamis (12/9) malam. Dalam dialog tersebut, Megawati
didampingi Menteri
Perhubungan, Agum Gumelar, Menteri Pertanian, Bungaran
Saragih, dan
penasihat ekonomi Presiden, Frans Seda.
Saat jamuan makan malam sebelum dialog, Presiden
mengungkapkan, Menhub
Agum Gumelar meminta izin untuk dapat membawa semua
jenazah prajurit
yang gugur di Timor Timur, ke Indonesia. "Kalau soal
ini spontan saya
tidak segera izinkan. Karena kita masih menjadi bangsa
yang
setengah-setengah, dan sering tidak konsekuen dengan
apa yang dilakukan," kata
Megawati seperti dilaporkan Wartawan Pembaruan, Aditya
L Djono dari Kairo.
Dia menambahkan, dalam setiap kunjungan ke luar
negeri, dirinya selalu
tergetar saat berkesempatan mengunjungi taman makam
pahlawan (TMP).
"Saya senang sekaligus iri, bahwa negara sahabat kita
membangun TMP itu
dengan niat, sehingga dalam bentuk fisik pasti bagus,
dan bisa memberi
getaran," ungkapnya.
Sementara di Indonesia, Presiden menilai perjuangan
merupakan hal yang
diharuskan oleh para pahlawan di masa lampau. "Makanya
saya katakan ke
Pak Agum hati-hati, karena nanti harus berdebat di
DPR. Kalau
pemerintah minta anggaran pemindahan itu, pasti ada
suara-suara (yang
menanyakan) mengapa menganggarkan untuk yang namanya
pahlawan, toh masih perlu
untuk kebutuhan yang lain," katanya.
Dalam perkara tersebut, lanjutnya, bangsa Indonesia
masih belum bisa
merasakan apa yang dialami mereka yang sudah
mengorbankan dirinya. "Ini
seperti putus. Makanya saya katakan kita sebagai
bangsa
setengah-setengah," tandasnya.
Pers Tidak Objektif
Pada kesempatan tersebut, Megawati kembali mengulang
kritikannya
terhadap media massa nasional, yang menurutnya tidak
berimbang, dan terkadang
masih membesar-besarkan sebuah isu. "Masih perlu
mematangkan diri dalam
kedewasaan, kalau ingin membangun secara baik,"
ujarnya.
Pemberitaan dari media massa nasional, menurut
Megawati, terkadang
melahirkan penilaian yang negatif dari kalangan luar.
"Begitu telak kita
dikatakan sebagai bangsa Barbar, hanya karena
pemberitaan. Ibaratnya
kamera TV yang hanya bisa fokus pada satu bidang,
pemberitaan itu juga
bergantung ke mana orangnya mengarahkan kameranya,"
tandasnya.
Munculnya penilaian negatif tersebut, merupakan akibat
dari kebebasan
mengemukakan pendapat. "Salah atau benar tetap bangsa
saya. Jangan lagi
semua di-jembreng-jembreng (dibuka lebar-lebar, bahasa
Jawa),"
pintanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Presiden juga menyoroti
banyak kalangan
yang sering menyuarakan hal-hal yang negatif mengenai
Indonesia di luar
negeri.
"Kamu ini siapa dan dari mana? Mengapa negeri sendiri
dijelek-jelekkan?
Kalau kamu tidak senang jadi orang Indonesia,
baik-baik saja. Kamu bisa
cari Tanah Air baru, tetapi jangan cari makan dan
bertempat tinggal di
Indonesia," tegasnya. "Kita sudah menjadi bangsa
setengah. Rasa
kebanggaan diri tidak ada lagi, dan tidak merasa
mendapat rahmat dari Allah
SWT bahwa kita menjadi bangsa yang bisa menyebut
dirinya di antara
bangsa-bangsa lain di dunia," sambungnya.
Merasakan kondisi tersebut, Megawati mengakui, dirinya
terkadang
bertanya dalam hati, apakah perlu mengemukakan hal
itu. "Sepertinya kok
melempar ludah di padang pasir, yang sekejap menjadi
kering," ujarnya.
Pada kesempatan dialog tersebut, salah seorang warga
Indonesia yang ada
di Mesir, Habibie, mengingatkan Presiden Megawati
terhadap komitmennya
untuk mendasarkan pada kepentingan rakyat. "Saya
rasakan komitmen
kayaknya pudar," tandasnya.
Menanggapi hal tersebut, Megawati mengatakan, masalah
komitmen dirinya
tidak bisa dinilai oleh orang per orang. "Soal
komitmen, saya ini bukan
baju yang bisa luntur. Tetapi komitmen tidak bisa
dinilai orang lain,
yang bisa menilai hanya diri saya. Bisa saja saya
menjawab hanya sekadar
basa-basi, tetapi saya tidak mau lakukan itu,"
jawabnya.
Presiden Megawati tiba di Kairo pada Kamis siang,
setelah menempuh
peerbangan selama tiga jam dari Kroasia. Setiba di
Kairo, Presiden langsung
menuju Istana Kepresidenan, untuk bertemu dengan
Presiden Mesir Hosni
Mobarak. Beberapa hal yang menjadi topik pembicaraan
dengan Pemerintah
Mesir adalah masalah perdagangan. Mesir berniat untuk
membeli minyak
kelapa sawit dan kayu dari Indonesia. Sebaliknya Mesir
menawarkan kapas
dan pupuk kepada Indone- sia. u
=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! News - Today's headlines
http://news.yahoo.com