[pdiperjuangan] Fw: [Nasional] Waspada, Manuver Ekstrim Kanan!

Olga nebo Sylvie Gondokusumo pdiperjuangan@polarhome.com
Sun Aug 11 12:50:42 2002


----- Original Message -----
From: "akang" <garuda9876@yahoo.com>
To: "nasional" <national@mail2.factsoft.de

> From:  Andreas Limongan <andreas_li..@y...>
> Date:  Fri Aug 9, 2002  6:16 pm
> Subject:  Waspada, Manuver Ekstrim Kanan!
>
> WASPADA, MANUVER EKSTRIM KANAN!
   -------------------------------------------------------------------------
----------------------------
z
>
> Tumbangnya rezim Orba tidaklah berarti bahwa rezim Orba sudah habis.
> Seiring dengan wacana reformasi yang telah didengungkan sejak jatuhnya
> rezim Orba hingga sekarang tidaklah lantas memberikan hasil yang positif
> bagi rakyat banyak. Wacana reformasi kini cuma menjadi retorika semata dan
> lagu lama yang setiap hari dinyanyikan namun tidaklah jelas arah dan
tujuan
> yang dicapainya. Reformasi kini telah menemui jalan buntu.
> Para reformis kini mulai jenuh dengan kata reformasi.
> Keadaan Indonesia tidaklah menjadi lebih baik bahkan dari hari ke hari
> negara kita yang tercinta seolah mengalami musibah yang tidak ada
> habis-habisnya. Mulai dari angka pengangguran yang tinggi, larinya para
> investor asing, hutang yang kian menumpuk, hingga aksi terorisme yang
> sedang marak terjadi.
>
> Namun ada suatu fenomena unik yang lahir seiring dengan jatuhnya rezim
> Orba. Fenomena unik ini adalah peristiwa munculnya kekuatan ekstremis
agama
> yang kian hari mulai berani menunjukkan taringnya. Kekuatan ekstremis
agama
> mungkin lebih dikenal oleh publik sebagai kekuatan ekstrim kanan, gerakan
> fundamentalis, atau kelompok garis keras. Kekuatan ekstrim kanan yang
> dulunya berusaha ditekan dan ditumpas habis oleh rezim Orba kini telah
> menjelma menjadi kekuatan yang menakutkan, yang memunculkan trauma akan
> peristiwa kelam dalam sejarah seperti pemberontakan DI/TII yang bertekad
> menjadikan Indonesia sebagai negara Darul Islam. Bahaya laten sebenarnya
> yang ditudingkan terhadap wajah komunis oleh rezim Orba rupanya salah
> sasaran, kini kita melihat bahwa sebenarnya bahaya laten yang dihadapi
oleh
> bangsa kita adalah bahaya laten fundamentalis.
>
> Dahulu ditekan kini malah dirangkul, begitulah kira-kira ungkapan yang
> cocok untuk gerakan fundamentalis di Indonesia. Semasa Orba, gerakan
> fundamentalis diberi cap sebagai gerakan ekstrem kanan yang harus terus
> diwaspadai. Kelompok fundamentalis memang berhasil diredam oleh rezim Orde
> Baru pada tahun 80-an mulai dari kasus Tanjungpriok, peledakan BCA maupun
> peledakan Borobudur, dan kemudian dirangkul dengan mesra pada masa-masa
> akhir kekuasaan Orde Baru. Kekuatan Neo-Orba sebagai pengganti Orba yang
> telah tumbang kini menggunakan ekstrim kanan sebagai senjata
> pamungkasnya. Ini terlihat jelas jika kita mengamati bahwa akhir-akhir ini
> ketika kekuatan Golkar sebagai warisan Orba mulai "diserang", gerakan
> ekstrim kanan serta merta terus "bergerak" seolah hendak mengalihkan
publik
> dan pers dengan aksi-aksi mereka yang menghebohkan, mulai dari aksi
> sweeping warga asing, aksi boikot produk AS, aksi pemboman Gereja, dan
> segudang aksi teror lainnya yang berupaya menggoyang pemerintahan Megawati
> dengan harapan Megawati akan jatuh seperti Gus Dur. Indikasi bahwa
kekuatan
> Neo-Orba menggunakan ekstrim kanan sebagai "perisainya" semakin kental
> mengacu pada peristiwa pemukulan terhadap wartawan yang dilakukan oleh
> sekelompok pemuda dari GPK (Gerakan Pemuda Ka'bah) ketika Akbar Tanjung
> "diserbu" oleh para wartawan sehubungan dengan kasus Buloggate II yang
> sempat membuat publik gempar. Hal ini semakin membuktikan bahwa kekuatan
> Orba dengan ekstrim kanan adalah suatu "simbiosis mutualisme" yang saling
> menguntungkan kedua belah pihak.
>
> Fundamentalisme Islam di Indonesia memiliki ciri khas yang sangat jauh
> berbeda dengan fundamentalisme Islam di negara lain seperti di Pakistan,
> Mesir, Turki dan negara-negara mayoritas Islam lainnya, antara lain
> dekatnya hubungan mereka dengan kalangan pemerintahan maupun militer.
> Faktor inilah yang menjadi sebab utama bahwa adalah sangat sulit untuk
> memberantas kelompok ekstrim kanan. Di Mesir, beberapa waktu yang lalu
> pemerintah secara tegas menindak keras kedelapanpuluh orang anggota
> kelompok garis keras Jamaah Al Jihad dengan menyeret mereka ke Mahkamah
> Militer. Tindakan keras dari pemerintah Mesir ini mungkin sangat sulit
> dilakukan oleh pemerintah kita misalnya terhadap FPI  (Front Pembela
Islam)
> dan laskar jihad yang memang berstatus sebagai "motor" kekuatan ekstrim
> kanan di Indonesia, karena alasan dekatnya kekuatan ekstrim kanan dengan
> beberapa pihak tertentu dari militer. Alasan ini menjadi jelas jika
mengacu
> bahwa memang sebenarnya FPI hanyalah adalah ormas agama binaan militer
yang
> semasa Panglima TNI dijabat oleh Jenderal Wiranto. Jadi di Indonesia,
> gerakan ekstrim kanan memang sudah menjadi kendaraan politik dan militer
> yang "sah" dengan maksud mempertahankan hegemoni dari rezim Orba.
>
> Pemerintah Indonesiapun mengalami kesulitan jika harus mencontoh apa yang
> dilakukan oleh pemerintah Malaysia dalam upayanya menghadapi gerakan
> ekstrim kanan. Di Malaysia, gerakan ini ditekan habis oleh pemerintahan
> Mahatir Mohamad dengan alasan bahwa kemunculan gerakan ini akan
> membahayakan stabilitas nasional. Perdana Menteri Malaysia Mahathir
Mohamad
> sendiri dengan berani mengatakan adanya kelompok militan yang berniat
> mendirikan negara agama di Malaysia setelah menjatuhkan pemerintah
> Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Pemerintah Malaysia menyebut kelompok
> ini berniat menyingkirkan Mahathir dan mendirikan negara Islam di
Malaysia.
> Pemerintah Malaysia juga menuduh kelompok ini mempunyai hubungan dengan
> kelompok Al-Qaeda milik Osama bin Laden, yang dituduh terlibat kasus
> penyerangan di New York dan Washington pada 11 September. Apa yang
> dilakukan oleh pemerintah Malaysia dapat saja dilakukan di negeri Malaysia
> dengan melakukan "karantina" terhadap ekstrim kanan namun belum tentu akan
> semudah itu jika dilakukan di Indonesia. Di Indonesia, walaupun jumlah
> mereka kecil, namun kelompok ini sempat menancapkan kukunya di dalam tubuh
> pemerintah Indonesia bahkan di tengah-tengah masyarakat. Merekapun
memiliki
> akses dana yang cukup kuat untuk mengorganisir kelompok mereka. Salah satu
> bukti yakni kemunculan secara tiba-tiba Yayasan Raudhatul Jannah, yayasan
> yang akhir-akhir ini secara santer terdengar karena terlibat dalam kasus
> penyelewengan dana non bujeter Bulog.
> Disinyalir yayasan ini sebenarnya cuma kedok dari suatu gerakan yang ingin
> mendirikan Negara Islam Indonesia (DI/TII). Yayasan ini bermarkas di
Pondok
> Pesantren Mahad Al-Zaytun di Indramayu.
>
> Salah satu hambatan yang ditemui oleh pemerintahan kita dalam rangka
> memberantas habis kelompok ekstrim kanan adalah karena mudahnya isyu agama
> diletupkan oleh gerakan fundamentalis. Jika mereka hendak diberantas, maka
> dengan mudahnya mereka akan menudingsiapa saja yang memusuhi mereka adalah
> sama saja dengan memusuhi Islam. Dan saya begitu yakin bahwa tidak ada
> seorangpun di Indonesia yang ingin disebut sebagai orang yang anti-Islam.
> Mereka dengan cerdik bersembunyi di belakang wajah Islam dan menggunakan
> Islam sebagai kuda tunggangan guna memuluskan kepentingan politik dari
> kelompok mereka. Kelompok ekstrim kanan akan berkoar bahwa gerakan
> anti-fundamentalis yang memusuhi mereka akan dibelokkan maknanya oleh
> mereka menjadi gerakan anti-Islam, padahal upaya menumpas kelompok
> fundamentalis tidak sama dengan menumpas umat Islam.
>
> Para fundamentalis cuma "serpihan kecil" dari umat Islam, karena pada
> faktanya mayoritas umat Muslim di Indonesia adalah Muslim yang moderat dan
> toleran. NU sendiri sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia bahkan di
> dunia adalah ormas agama yang mayoritas pengikutnya berasal dari kelompok
> Islam yang moderat, demokratis, dan anti kekerasan yang senantiasa
berupaya
> menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
> Ini berbeda sekali dengan ormas agama seperti laskar jihad, FPI, GPI,
> beserta elemen-elemen fundamentalis lainnya yang suka melakukan kekerasan
> dalam mewujudkan ambisi politik dari kelompoknya sehingga tidak perlu
heran
> bahwa aksi-aksi mereka sering menjurus ke arah aksi terorisme.
>
> Fundamentalisme pada mulanya adalah "serpihan kecil" dari komunitas umat
> Kristen. Gerakan ini adalah gerakan radikal dan militan yang menjaring
para
> penganut Kristen Protestan dan berkembang di Amerika Serikat di akhir abad
> 19. Inti gerakan ini adalah mengembalikan ajaran Kristen kepada
> asal-muasalnya atau dapat disebut juga
> sebagai suatu gerakan reaksioner dalam rangka menentang modernisasi dan
> sekulerisasi di AS. Sama halnya dengan Islam,  fundamentalisme dalam
> Kristen tidaklah mewakili umat Kristen secara keseluruhan. Mereka cuma
akan
> menjadi kelompok kecil yang selamanya dikucilkan oleh masyarakat banyak
> karena eksklusivisme yang ditonjolkan mereka, yang menampakkan sikap yang
> selalu anti sosial dan sangat arogan di mata masyarakat.
>
> Fundamentalisme dengan wajah agama manapun apakah itu dengan wajah Islam,
> Kristen, Katolik, Yahudi, Hindu, Budha, dan lainnya sama-sama memiliki
ciri
> yang identik. Mereka sama-sama menggunakan kekerasan dan aksi menghalalkan
> segala cara dalam rangka menjalankan "misi suci" yang mereka emban. Atau
> dengan kata lain aksi dari kelompok fundamentalis adalah dengan terorisme.
> Fundamentalisme Kristen melahirkan Gerakan Patriotik Kristen yang pernah
> melahirkan seorang Timothy McVeigh yang menjadi dalang aksi pemboman
gedung
> federal di Oklahoma. Gerakan rasis dan sektarian dari kelompok Ku Klux
Klan
> adalah merupakan produk dari fundamentalisme Kristen yang secara jelas
> telah menyelewengkan ajaran Kristen dan menebarkan teror rasis terhadap
> kelompok ras kulit hitam di AS.
> Fundamentalisme Katolik melahirkan kelompok IRA sebagai kelompok separatis
> di Irlandia yang sering menebarkan teror pemboman terhadap gedung-gedung
> sipil dan pemerintah, juga melahirkan kelompok front pembebasan Basque di
> Spanyol yang melegalkan pemboman dan pembunuhan. Fundamentalisme dari
agama
> Hindu menebarkan ancaman melalui gerakan Macan Tamil di India yang sering
> melakukan aksi bom bunuh diri.
> Pendek kata, wajah fundamentalisme seperti mata uang yang memiliki dua
> sisi, di satu sisi mereka memiliki maksud yang seolah-olah kelihatan baik
> karena hendak memurnikan ajaran agama mereka, namun di sisi lain wajah
> fundamentalisme adalah kekerasan, pembunuhan, pemboman, dan segudang aksi
> teror lainnya guna memuluskan perjuangan mereka. Tentu saja sisi baik dari
> gerakan fundamentalis adalah semu semata, karena pada kenyataannya gerakan
> fundamentalis tidak pernah memberikan satupun keuntungan bagi masyarakat
> banyak selain aksi terorismenya yang meresahkan dan menakutkan.
>
> Fundamentalisme dalam Islam kini mengalami penyempitan makna yakni sebagai
> simbol gerakan perlawanan thd kekuatan Barat dan agama Nasrani, bukan lagi
> simbol gerakan anti kemajuan dan anti perubahan sebagaimana terjadi pada
> mulanya. Ada tiga kelompok atau aliran utama fundamentalis Islam di
> Indonesia, yang pertama adalah kelompok Tarbiyah yang berorientasi pada
> aliran Ikhwanul Muslimin Mesir, yang kedua adalah kelompok Wahaby yang
juga
> menamakan dirinya Salafy dan merupakan sebuah gerakan Islam beraliran
ultra
> ortodoks dan radikal yang kemudian juga melahirkan kelompok laskar jihad,
> dan yang ketiga adalah kelompok Hizbut Tahrir yang juga radikal dan
> senantiasa berupaya untuk mendirikan negara Islam dan juga mengharamkan
> konsep demokrasi. Pada prakteknya, ketiga kelompok tersebut sering
bertikai
> dalam merebut simpati dari para pengikutnya. Walaupun demikian, ketiganya
> memiliki agenda yang sama yakni menginginkan terbentuknya negara Islam
> dengan sistim khilafah yang tentu menurut versi mereka masing-masing
> termasuk cara mencapai tujuannya. Agenda mereka yang bertekad menjadikan
> negara Indonesia menjadi negara agama adalah merupakan suatu langkah
bodoh,
> langkah mundur, dan langkah yang salah kaprah. Pada kenyataanya, menjadi
> negara agama akan menghasilkan lebih banyak mudarat ketimbang manfaat.
Jika
> mau bukti, cobalah kita lihat Iran. Revolusi Islam yang dipimpin oleh
> Ayatollah Khomeini yang dilakukan pada tahun 1979 toh tidak bisa membawa
> Iran menjadi negara yang maju dan modern. Revolusi Islam justru malah
> menyebabkan kemunduran dalam bidang ekonomi dan sosial. Dan lagi karena
> revolusi ini, Iran menjadi negara yang terisolasi karena sikapnya yang
> begitu anti terhadap barat dan anti kemajuan.
>
> Ketegangan-ketegangan sosial yang sangat ekstrim sering terjadi akibat
> aturan-aturan Islam kolot yang begitu ketat diterapkan. Kita juga dapat
> melihat kegagalan Taliban dalam mengatur negaranya.
>
> Afghanistan yang dikelola Taliban cuma menghasilkan sebuah produk negara
> gagal di mana HAM dilecehkan, hak-hak wanita dirampas, hukuman yang tidak
> manusiawi, dan  pemberangusan terhadap konsep demokrasi. Di bawah Taliban,
> Afghanistan tidak berhasi membangun negerinya menjadi negara yang makmur,
> bahkan sebaliknya Afghanistan cuma dikenal dunia karena negeri ini
> menghasilkan 75% dari produk opium di dunia, dikenal karena negeri ini
> merupakan "eksportir" pengungsi terbesar di dunia, dan dikenal karena
> negeri ini berkoalisi dengan jaringan teroris Al Qaeda di bawah pimpinan
> Mullah Omar dan Osama bin Laden. Pertanyaan yang harus dilontarkan adalah
> mengapa manusia tidak pernah belajar dari sejarah? Sejarah tidak pernah
> berbohong dan telah nyata-nyata membuktikan bahwa negara sekuler jauh
lebih
> baik daripada konsep negara agama yang sudah usang, yang cuma cocok
> diterapkan di "zaman batu".
>
> -------------------------------------------------------------
> Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> Nasional-A: http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-a
> Nasional-f:http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
> ------------------Mailing List Nasional----------------------
>