[pdiperjuangan] Fw: [cari] Babak Baru Konflik Aceh

Olga nebo Sylvie Gondokusumo pdiperjuangan@polarhome.com
Sun Sep 1 09:24:20 2002


----- Original Message -----
From: "Ambon" <sea@swipnet.se>
To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Wednesday, August 28, 2002 9:59 PM
Subject: [cari] Babak Baru Konflik Aceh


> Jawa pos
> Kamis, 29 Agt 2002
>
> Babak Baru Konflik Aceh
> Oleh Denny J. A
>
> Konflik di Aceh potensial memasuki babak baru dengan nuansa persoalan yang
baru pula. Hal itu bermula dari pernyataan Menko Polkam tentang Hasan Tiro.
Tokoh utama GAM (Gerakan Aceh Merdeka) itu, menurut Menko Polkam, bukan lagi
warga negara Indonesia, tetapi warga negara Swedia. Melalui jalurnya, Menko
Polkam memastikan bahwa fakta baru ini bukan bagian dari perang opini
publik, tapi kenyataan yang sebenarnya.
>
> Fakta baru ini niscaya dapat mengurangi legitimasi politik Hasan Tiro
secara signifikan di mata publik Aceh atau pun publik luas Indonesia.
Sekarang bola sepenuhnya berada di tangan Menko Polkam. Jika fakta baru ini
dapat dia kelola dengan baik, GAM akan lebih mudah dilumpuhkan. Penanganan
konflik Aceh akan menjadi kisah sukses pemerintahan Megawati sebelum Pemilu
2004.
>
> Campur Aduk
>
> Sebelum muncul fakta baru mengenai kewarganegaraan Hasan Tiro selaku tokoh
utama GAM, perasaan publik yang kritis di Aceh atau pun di Indonesia pada
umumnya bercampur aduk. Tak mudah kita bersikap atas konflik di Aceh. Tak
mudah pula bagi kita untuk merekomendasikan sebuah kebijakan yang adil bagi
semua.
>
> Di satu sisi, kita pahami bahwa gerakan separatisme Aceh bukan gerakan
protes biasa. Di alam demokrasi, gerakan protes memang dapat ditoleransi.
Namun, gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dengan induk negara
nasionalnya, bahkan di negara demokrasi sekalipun, tak dapat ditoleransi.
Apalagi jika gerakan itu sudah mulai menggunakan senjata dan kekerasan.
>
> Di Amerika Serikat, misalnya, ada gerakan kultus agama David Koresh pada
1990-an. Gerakan ini bahkan belum dalam tahap memisahkan diri dari negara
induk Amerika Serikat. Apa yang dilakukan gerakan ini hanyalah menumpuk
senjata untuk menghadapi sergapan polisi negara bagian atau pun federal.
>
> Hanya, dalam konteks penumpukan senjata secara ilegal, markas David Koresh
sudah diserbu pemerintah AS dengan menggunakan kekerasan. Markas itu
akhirnya terbakar dan David Koresh, bersama aktivis kultus lain, dinyatakan
mati terbakar pula. Publik di AS dapat menerima kasus penggerebekan dan
penumpasan polisional atau militeristik atas David Koresh.
>
> Lain di AS lain di Aceh. Terhadap gerakan separatisme di Aceh, publik di
Indonesia tetap sulit bersikap. Selama ini masih ada persepsi bahwa kasus
GAM di Aceh itu hanyalah persoalan internal di antara sesama anak bangsa
sendiri akibat kebijakan pemerintah RI pusat yang memang keterlaluan.
Sungguhpun kita tidak simpati atas gerakan separatisme, kita terharu atas
penderitaan yang mereka alami.
>
> Itulah sebabnya, mengapa GAM dapat bertahan lebih dari 25 tahun. Daya
tahan GAM hanya mungkin jika memang didukung oleh publiknya sendiri yang
secara pekat merasakan ketidakadilan pemerintah yang sama. Melalui perang
gerilya, polisi dan tentara Indonesia sulit memisahkan mana tentara GAM dan
mana penduduk yang mendukung GAM.
>
> Tak heran, banyak aparat keamanan yang frustrasi. Akibatnya, satu desa di
Aceh diluluhlantakan. Kemarahan penduduk atas pemerintah pusat semakin
tinggi. Sebaliknya, simpati atas GAM semakin tinggi pula. Akibatnya, publik
selalu menolak diterapkannya darurat militer atau darurat sipil yang akan
lebih membuat Aceh menderita.
>
> Fakta Baru
>
> Namun, fakta baru mengenai Hasan Tiro dan GAM dapat mengubah banyak hal.
Publik luas yang selama ini hanya menjadi silent majority, yang tak bersikap
atas konflik Aceh, dapat menjadi kelompok anti-GAM dan anti-Hasan Tiro yang
efektif. Persoalan GAM tidak akan lagi dilihat sebagai konflik sesama anak
bangsa karena ketidakadilan pemerintahan pusat. Karena Hasan Tiro sudah
menjadi warga asing, GAM akan dilihat sebagai campur tangan asing atas
kedaulatan Indonesia.
>
> Kerja selanjutnya dari Menko Polkam dan pemerintahan Megawati adalah
membangun citra baru atas konflik Aceh. Harus terus-menerus dikampanyekan
bahwa Hasan Tiro bukan warga Indonesia lagi. GAM dengan sendirinya menjadi
mesin kekuatan asing yang telah menyebabkan ratusan ribu rakyat Aceh
menderita. Separatisme di Aceh telah dimasuki unsur asing.
>
> Publik di Indonesia, sebagaimana dengan publik di Amerika Serikat dan di
Jerman, dikenal sangat kental warna kebangsaan dan patriotismenya. Sekali
publik menangkap adanya kekuatan asing atau warga asing yang secara sengaja
ingin ikut mengobok-obok kedaulatan RI, mereka akan menyatukan barisan untuk
mendukung pemerintah RI menghadapi serangan itu.
>
> Dua gerakan dapat dikoordinasi Menko Polkam sekaligus. Pertama,
memunculkan sentimen anti-GAM dan anti-Hasan Tiro di kalangan rakyat Aceh
sendiri. Para tokoh informal Aceh, mulai ulama, para cerdik cendikia,
pengusaha, hingga LSM Aceh, terus-menerus diajak terlibat mengatasi GAM.
Jika GAM ditolak publik Aceh, itu lonceng kematian bagi GAM. Ibarat ikan,
GAM akan kehilangan air tempatnya hidup. Kewarganegaraan Hasan Tiro selaku
warga negara asing punya potensi untuk menimbulkan antipati publik Aceh
atasnya.
>
> Kedua, Menko Polkam harus pula menyiapkan tindakan kepolisian dan militer
yang keras dan cepat untuk menghentikan sayap militer GAM. Aparat keamanan
Indonesia yang ditugaskan di Aceh harus menjadi mesin aksi polisional atau
militerisitik yang profesional dengan sasaran yang tepilih, terukur, dan
mematikan. Dengan begitu, serangan bersenjata atas sayap militer GAM dapat
berlangsung secepat mungkin dengan korban sesedikit mungkin.
>
> Namun, di sisi lain, pemerintah harus juga menawarkan amnesti atau
pengampunan masal kepada anggota GAM yang ingin kembali ke pangkuan
Indonesia. Hal yang sama dilakukan pemerintah RI ketika menghadapi PRRI pada
1950-an. Tawaran amnesti itu dapat menjadi pancing bagi aktivis GAM yang
ragu-ragu dan masih cinta kepada NKRI.
>
> Jika kasus Aceh ini dapat diatasi, niscaya Menko Polkam beserta jajarannya
dan pemerintahan Megawati sendiri akan mempunyai kisah sukses. Di bawah
administrasinya, GAM yang sudah berakar 25 tahun dapat dicabut dari tanah
dan hati publik Aceh. Selesai atau tidaknya kasus Aceh, niscaya penting
bukan saja untuk publik Aceh dan Indonesia, tapi juga karir politik Megawati
dan Susilo Bambang Yudhoyono, khususnya dalam menghadapi pemilihan presiden
langsung pada 2004.***
> Denny J.A., direktur eksekutif Yayasan Universitas dan Akademi Jayabaya
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
> 4 DVDs Free +s&p Join Now
> http://us.click.yahoo.com/pt6YBB/NXiEAA/MVfIAA/IYOolB/TM
> ---------------------------------------------------------------------~->
>
> Untuk masuk ke list: Kirim E-mail kosong ke
> cari-subscribe@egroups.com
>
> Untuk keluar dari list: Kirim E-mail kosong ke
> cari-unsubscribe@egroups.com
>
>
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>
>