[GMNI] Antara Mahasiswa-Pemuda, TNI, AS dan Para Elit
indri maryanto
gmni@polarhome.com
Mon Aug 4 15:48:02 2003
--0-379136627-1059748078=:50919
Content-Type: text/plain; charset=us-ascii
Antara Mahasiswa-Pemuda, TNI dan Para Elit.
HOS Cokroaminoto mendirikan Syarikat Islam ketika berusia 29 tahun. KH Mas Mansyur, mendirikan Tasfirul Afkar ketika berusia 18 tahun dan juga mendirikan Nahdatul Waton pada usia 20 tahun, kemudian masuk dan membina Muhammadiyah pada usia 26 tahun. Soekarno ketika mendirikan PNI masih berusia 27 tahun. Muh Hatta ketika bersama-sama dengan Ahmad Seobardjo serta Nasir Pamuntjak ketika mewakili delegasi Indonesia dalam Kongres Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Belgia rata-rata masih berusia 25 tahun.
Penggulingan Soeharto, Habibie maupun Gus Dur tidak bisa terlepas dari peran penting Mahasiswa-Pemuda di dalamnya. Mahasiswa-Pemuda turut terlibat secara aktif dan heroik. Namun peran penting ini hanyalah menjadi bagian kecil dari kepentingan besar yang memanfaatkan Mahasiswa-Pemuda tersebut. Melalui "gosokan" para elit (sipil-tentara) maka dimanfaatkanlah Mahasiswa-Pemuda. Mahasiswa-Pemuda yang "BESAR" ini hanya dipakai untuk mengganti person Kepala Negara saja, tidak lebih. Energi yang begitu besar dengan mengorbankan tenaga hingga nyawa tersebut hanyalah untuk mengganti 1 orang Presiden saja. Setelah itu Mahasiswa-Pemuda dikembalikan ke "kandang" masing-masing. Ia hanyalah alat yang dikeluarkan dari "kandang" jika dibutuhkan saja oleh elit. Dan efek perubahan yang dibawa oleh pengorbanan nyawa tersebut tidak signifikan hingga sekarang.
Saat ini pun usaha penggulingan Pemerintahan cukup santer terasa, dan giliran Megawati yang mendapat tempat. Mahasiswa pun berperan sekedar menjadi pembuka jalan saja. Hal ini seolah membuktikan bahwa mahasiswa-pemuda tidak mau belajar dari kegagalan kemarin.
Mahasiswa-Pemuda’2003 seharusnya mau belajar dari masa lalu sehingga tidak perlu mengulangi kembali kegagalan mahasiswa-pemuda’98 yang menyerahkan "tongkat estafet" reformasi kepada kaum elit-feodal. Kegagalan Mahasiswa-Pemuda’98 adalah ketika menyerahkan keputusan kepada para elit. Sedangkan Kegagalan Mahasiswa-Pemuda’66 adalah ketika mereka masuk ke dalam Pemerintahan, namun tidak mengganti Sistem Tata-Negara Indonesia. Mahasiswa-Pemuda tidak boleh lagi mengulangi kegagalan ’98 maupun’66 tersebut. Maka dari itu Mahasiswa-Pemuda’2003 haruslah ikut menentukan proses perubahan secara langsung. Mahasiswa-Pemuda’2003 harus mengambil-alih pemerintahan dan secepatnya merombak sistem Tata-Negara Indonesia.
Perlu juga ditambahkan bahwa saat ini legitimasi-kepercayaan rakyat kepada pemerintahan Mega-Hamzah sudahlah sangat rapuh. Hal ini terbukti di banyak kasus. Sehingga mahasiswa-pemuda sebaiknya tidak perlu menunggu datangnya pemilu 2004 karena kita semua sudah maklum bahwa pemilu sistem demokrasi ala-Barat tersebut tidak-lah memberikan perbaikan apa-apa.
Kepartaian sebagai salah satu sistem pendukung Pemilu adalah alat untuk kembali menegakkan sentralisasi bagi kekuasaan, khususnya kekuasaan Pusat (Jakarta). Coba bandingkan jumlah orang yang berpartai dengan jumlah orang yang tidak berpartai! Jelas jawabannya adalah lebih banyak jumlah orang yang tidak berpartai. Lalu mengapa pula harus partai menentukan segalanya?? Yang sedikit menentukan yang banyak! Bagaimana yang sedikit (partai) ini mampu untuk memahami yang banyak (non-partai)? Bagaimana pula yang sedikit (partai) ini mampu untuk memperjuangkan kepentingan yang banyak (non-partai), sedangkan dia tidak memahami kehendak yang banyak. Bodoh sekali kita jika masih mengikuti logika demokrasi Barat yang seperti ini. Kita harus ganti sistem-nya!
Saat ini adalah saat yang tepat untuk bergerak. Revolusi Sistem adalah jalannya. Penggulingan Mega-Hamzah adalah pintu masuknya. Problem-nya adalah :
1. Mahasiswa-Pemuda’2003 harus mengambil peran apa pada Pasca-Mega?
2. Mahasiswa-Pemuda’2003 akan bergandengan dengan siapa pada pasca-Mega tersebut? dan,
3. Bagaimana Mahasiswa-Pemuda’2003 bisa melakukan lobby dan diterima sampai kepada tingkat Internasional (Amerika, PBB, ASEAN dll)? Hal ini semua harus jelas.
Beberapa hal layak untuk dipertimbangkan antara lain :
(1) Seandainya tanpa mahasiswa-pemuda’2003 bisakah para elit (sipil) itu menggusur Mega-Hamzah?
- jika mereka bisa : jalan sajalah sendiri;
- mahasiswa-pemuda’2003 akan jalan sendiri tanpa mereka.
(2) Seandainya mahasiswa-pemuda’2003 tidak turut dalam usaha menggusur Mega ini : apakah tentara/TNI mampu menggulingkan Mega?
- jawabannya : MAMPU
- pertanyaannya : mengapa tidak mereka lakukan?
- Jawabannya adalah : TNI takut "dijewer" oleh si Amerika. Sebab jika TNI melakukan kudeta, maka bagi Amerika itu bisa dianggap fasis-militeristis-otoriter; Maka, untuk "melunakkan" agar berpura-pura tidak fasis dipakailah label mahasiswa-pemuda. Bukan elit.
- Begitu kan?!
(3) Seandainya tentara tidak turut : bisakah mahasiswa-pemuda’2003 dan elit, atau salah satu dari mereka, menggusur Mega?
- jawabannya : tidak bisa!;
- jujur sajalah.
(4) Seandainya tentara/TNI bersama elit saja yang menggusur Mega: bisakah?
- jawabannya : bisa, tapi dengan syarat TNI mau,
- mengapa TNI tidak mau? Tentu ada jawabannya! (lihat butir 2 di atas)
(5) Seandainya tentara/TNI bersama MAHASISWA-PEMUDA’2003 saja bisakah menggusur Mega?
- jawabannya : BISA
- apakah tentara OK dengan "style" ini ?
- jawabannya : 60 % ok
- karena apa?; karena "label" mahasiswa itu dibutuhkan. Itu penting di mata Amerika. Terus terang sajalah! Dengan kata lain AMERIKA-pun menginginkan peran mahasiswa-pemuda untuk ikut serta.
(6) Seandainya Mega telah tergusur nantinya : siapa yang akan mengambil alih pemerintahan? (i) tentara-kah?; (ii) mahasiswa-kah?; (iii) elit (sipil)-kah?; (iv) Presidium sipil-militer (versi militer) tanpa mahasiswa-kah?; (v) Presidium Mahasiswa-Pemuda’2003 -Elit (Sipil)-Tentara (versi Mahasiswa-Pemuda) -kah?
(7) Mengapa mahasiswa-pemuda lebih LAYAK daripada elit?
- jawabannya : karena mahasiswa masih "lugu" dari KKN, sedangkan elit pada dasarnya sudah 75% terkontaminasi dengan rezim-KKN; sudah "mengenyam nikmat"-nya duit. Singkatnya, mahasiswa jauh lebih ber-MORAL. Selain itu masih ada segelintir kaum teknokrat pintar negeri ini yang tidak doyan duit yang akan bekerjasama dengan Mahasiswa-Pemuda.
- Benar tidak?
(8) Bisakah elit "berkolaborasi" dengan tentara?
- jawabannya : BISA
- tapi bisakah tentara "mengandalkan" kolaborasi dengan elit itu saja lalu mengambilalih kekuasaan?
- jawabannya terlalu berbahaya bagi TNI; sebab : berapa persen elit yang "busuk" dan berapa persen elit yang "bersih" bisa dihitung! Permasalahan pelanggaran HAM dan pemberantasan KKN saja tidak bisa dituntaskan.
- Apa artinya itu?
- Tentara kurang percaya kepada elit-sipil itu!
(9) Bukan soal menjatuhkan dan menyusun pemerintahan-sementara pasca-Mega yang menjadi masalah bagi tentara. Hal itu sangatlah gampang bagi tentara yang bersenjata itu. Tapi "prosesnya" yang penting! Prosesnya harus "cantik". Kecantikan itu ada pada "nama" mahasiswa-pemuda. Tidak adalah sosok secantik mahasiswa-pemuda dan tidak adalah nama seharum nama mahasiswa-pemuda. Dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain, bukankah begitu?
(a) Adakah nama-nama seperti Jendral Wiranto (dan jendral-jendral lain) dan para elit-spil seperti GusDur, Nurcholish Madjid, Amin Rais dll itu lebih "harum" dari mahasiswa?
- tanpa mahasiswa semua akan menjadi ibarat sayur kurang garam;
- mahasiswa mestinya tahu betul hal itu.
(b) Bisakah elit menggerakkan "massa" petani-buruh-nelayan-preman-pemulung dsb?
- jawabannya : BISA
- tetapi akan "cukupkah" itu untuk suatu "legitimasi"?
- jawabannya : TIDAK
(c) Apakah tentara bersedia hanya "main" dengan mahasiswa Islam seperti KAMMI doang?
- jawabannya : TIDAK; sebab tentara juga "takut" dengan label dan "kekuatan" mayoritas Islam
(d) apakah elit mau hanya main dengan KAMMI thok?
- jawabannya : KAMMI belum tentu mau; sebab bagi mereka : apa sih kekuatan elit itu. Elit-sipil tidak terlalu dianggap oleh mereka.
- Apa buktinya?
- Buktinya: Soeripto "Bos-nya KAMMI" itu main-main dengan jendral-jendral TNI melulu; dengan Wiranto, Mukhdi, Hendropriono, dll. Kapan Soeripto serius main dengan elit politik? Tidak pernah !
(10) Apakah TNI mampu "melepaskan diri" dari Amerika?
- jawabannya : TIDAK.
- apakah TNI "berani" main-main dengan Islam?
- jawabannya : TIDAK.
- (lihat saja kasus Ba’asyir!; pesanan siapa itu?)
- Jawabannya : tentu Amerika!
- Apakah Amerika akan "senang" jika TNI "main" dengan mahasiswa "sekuler"?
- Jawabannya : SENANG!
- Terus bagaimana dengan TNI?
- Tentu TNI akan ikut kehendak Amerika...
(11) Apakah elit-sipil mampu "sendirian" menundukkan TNI?
- jawabannya : TIDAK!
(12) Bagaimana Amerika menilai elit-elit sipil Indonesia?
- jawabannya : tidak ada apa-apanya...
(13) Bagaimana Amerika melihat TNI?
- jawabannya : yang terkuat di Indonesia! (ini sudah segala-galanya; tidak usah diomongkan lagi)
(14) Jadi : dimana "posisi" MAHASISWA?
- jawabannya : DIBUTUHKAN, baik oleh TNI maupun elit.
(15) Dengan posisi tersebut : apakah bijaksana "meminorkan" peranan mahasiswa? Mengapa tidak justru "ditegakkan" di tengah agar kelompok-kelompok dapat berhimpun serta menyusun strategi?
- apa yang mesti ditegakkan lebih dulu?
- Jawabannya : Presidium Mahasiswa dan Pemuda
- Terserah kepada TNI dan "sebagian" elit yang masih "berhubungan" dengan mahasiswa apakah mau mendukung atau tidak! Yang pasti Mahasiswa dan KAUM MUDA (baik yang "Islam" maupun yang "sekuler") akan JALAN TERUS!
Mahasiswa-Pemuda’2003 tidak perlu ragu dengan langkah ini. Sejarah bangsa ini telah mengajarkan kepada kita semua bahwa kaum muda mampu dan layak untuk diberi tanggung jawab besar. Beberapa contoh di atas seperti HOS Cokroaminoto, KH Mas Mansyur, Ir. Soekarno dan Muh Hatta telah membuktikannya. Tentulah pada jaman ini Indonesia masih memiliki Cokro-baru, Soekarno-baru, Hatta-baru, Mas Mansyur-baru atau malah melampaui mereka itu semua.
Beri Jalan kepada Kaum Muda Indonesia!!
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
--0-379136627-1059748078=:50919
Content-Type: text/html; charset=us-ascii
<DIV>
<DIR><U><FONT color=#0000ff size=4>
<P align=center>Antara <B>Mahasiswa-Pemuda</B>, TNI dan Para Elit</FONT><FONT size=4>.</P></U></FONT>
<DIR><I><FONT size=1>
<P align=right>HOS Cokroaminoto mendirikan Syarikat Islam ketika berusia 29 tahun. KH Mas Mansyur, mendirikan Tasfirul Afkar ketika berusia 18 tahun dan juga mendirikan Nahdatul Waton pada usia 20 tahun, kemudian masuk dan membina Muhammadiyah pada usia 26 tahun. Soekarno ketika mendirikan PNI masih berusia 27 tahun. Muh Hatta ketika bersama-sama dengan Ahmad Seobardjo serta Nasir Pamuntjak ketika mewakili delegasi Indonesia dalam Kongres Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Belgia rata-rata masih berusia 25 tahun</I></FONT><FONT size=3>.</FONT></P>
<P align=justify><FONT size=3></FONT></P>
<P align=justify><FONT size=3></FONT> </P></DIR>
<P align=justify>Penggulingan Soeharto, Habibie maupun Gus Dur tidak bisa terlepas dari peran penting Mahasiswa-Pemuda di dalamnya. Mahasiswa-Pemuda turut terlibat secara aktif dan heroik. Namun peran penting ini hanyalah menjadi bagian kecil dari kepentingan besar yang memanfaatkan Mahasiswa-Pemuda tersebut. Melalui "gosokan" para elit (sipil-tentara) maka dimanfaatkanlah Mahasiswa-Pemuda. Mahasiswa-Pemuda yang "BESAR" ini hanya dipakai untuk mengganti <I>person</I> Kepala Negara saja, tidak lebih. Energi yang begitu besar dengan mengorbankan tenaga hingga nyawa tersebut hanyalah untuk mengganti 1 orang Presiden saja. Setelah itu Mahasiswa-Pemuda dikembalikan ke "kandang" masing-masing. Ia hanyalah alat yang dikeluarkan dari "kandang" jika dibutuhkan saja oleh elit. Dan efek perubahan yang dibawa oleh pengorbanan nyawa tersebut tidak signifikan hingga sekarang.</P>
<P align=justify>Saat ini pun usaha penggulingan Pemerintahan cukup santer terasa, dan giliran Megawati yang mendapat tempat. Mahasiswa pun berperan sekedar menjadi pembuka jalan saja. Hal ini seolah membuktikan bahwa mahasiswa-pemuda tidak mau belajar dari kegagalan kemarin.</P><B>
<P align=justify>Mahasiswa-Pemuda’2003</B> seharusnya mau belajar dari masa lalu sehingga tidak perlu mengulangi kembali kegagalan mahasiswa-pemuda’98 yang menyerahkan "tongkat estafet" reformasi kepada kaum elit-feodal. Kegagalan Mahasiswa-Pemuda’98 adalah ketika menyerahkan keputusan kepada para elit. Sedangkan Kegagalan Mahasiswa-Pemuda’66 adalah ketika mereka masuk ke dalam Pemerintahan, namun tidak mengganti Sistem Tata-Negara Indonesia. Mahasiswa-Pemuda tidak boleh lagi mengulangi kegagalan ’98 maupun’66 tersebut. Maka dari itu <B>Mahasiswa-Pemuda’2003</B> haruslah ikut menentukan proses perubahan secara langsung. <B>Mahasiswa-Pemuda’2003</B> harus mengambil-alih pemerintahan dan secepatnya merombak sistem Tata-Negara Indonesia. </P>
<P align=justify>Perlu juga ditambahkan bahwa saat ini legitimasi-kepercayaan rakyat kepada pemerintahan Mega-Hamzah sudahlah sangat rapuh. Hal ini terbukti di banyak kasus. Sehingga mahasiswa-pemuda sebaiknya tidak perlu menunggu datangnya pemilu 2004 karena kita semua sudah maklum bahwa pemilu sistem demokrasi ala-Barat tersebut tidak-lah memberikan perbaikan apa-apa.</P>
<P align=justify>Kepartaian sebagai salah satu sistem pendukung Pemilu adalah alat untuk kembali menegakkan sentralisasi bagi kekuasaan, khususnya kekuasaan Pusat (Jakarta). Coba bandingkan jumlah orang yang berpartai dengan jumlah orang yang tidak berpartai! Jelas jawabannya adalah lebih banyak jumlah orang yang tidak berpartai. Lalu mengapa pula harus partai menentukan segalanya?? Yang sedikit menentukan yang banyak! Bagaimana yang sedikit (partai) ini mampu untuk memahami yang banyak (non-partai)? Bagaimana pula yang sedikit (partai) ini mampu untuk memperjuangkan kepentingan yang banyak (non-partai), sedangkan dia tidak memahami kehendak yang banyak. Bodoh sekali kita jika masih mengikuti logika demokrasi Barat yang seperti ini. Kita harus ganti sistem-nya!</P>
<P align=justify>Saat ini adalah saat yang tepat untuk bergerak. Revolusi Sistem adalah jalannya. Penggulingan Mega-Hamzah adalah pintu masuknya. Problem-nya adalah : </P>
<DIR>
<DIR><B>
<P align=justify>1. Mahasiswa-Pemuda’2003 harus mengambil peran apa pada Pasca-Mega?</P>
<P align=justify>2. Mahasiswa-Pemuda’2003 akan bergandengan dengan siapa pada pasca-Mega</B> tersebut? dan, </P><B>
<P align=justify>3. Bagaimana Mahasiswa-Pemuda’2003 bisa melakukan lobby dan diterima sampai kepada tingkat Internasional</B> (Amerika, PBB, ASEAN dll)? Hal ini semua harus jelas.</P>
<P align=justify></P></DIR></DIR>
<P align=justify>Beberapa hal layak untuk dipertimbangkan antara lain :</P>
<DIR><B>
<P>(1) Seandainy<I>a</B> tanpa mahasiswa-pemuda’2003 bisakah para elit (sipil) itu menggusur Mega-Hamzah?</P></DIR></I>
<P>- jika mereka bisa : jalan sajalah sendiri; </P>
<P>- mahasiswa-pemuda’2003 akan jalan sendiri tanpa mereka.</P>
<DIR><B>
<P>(2) Seandainya</B> mahasiswa-pemuda’2003 tidak turut dalam usaha menggusur Mega ini : <I>apakah tentara/TNI mampu menggulingkan Mega?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : MAMPU</P>
<P>- <I>pertanyaannya : mengapa tidak mereka lakukan? </P></I>
<P>- Jawabannya adalah : TNI takut "dijewer" oleh si Amerika. Sebab jika TNI melakukan kudeta, maka bagi Amerika itu bisa dianggap fasis-militeristis-otoriter; Maka, untuk "melunakkan" agar berpura-pura tidak fasis dipakailah label mahasiswa-pemuda. Bukan elit.</P>
<P>- Begitu kan?!</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><B>
<P>(3) Seandainya</B> tentara tidak turut : <I>bisakah mahasiswa-pemuda’2003 dan elit, atau salah satu dari mereka, menggusur Mega?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : tidak bisa!; </P>
<P>- jujur sajalah.</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><B>
<P>(4) Seandainya</B> tentara/TNI bersama elit saja yang menggusur Mega: <I>bisakah?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : bisa, tapi dengan syarat TNI mau, </P>
<P>- <I>mengapa TNI tidak mau?</I> Tentu ada jawabannya! (lihat butir 2 di atas)</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><B>
<P>(5) Seandainya</B> <B><U>tentara/TNI bersama MAHASISWA-PEMUDA’2003 saja</B></U> <I>bisakah menggusur Mega?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : BISA</P>
<P>- <I>apakah tentara OK dengan "style" ini ?</P></I>
<P>- jawabannya : 60 % ok</P>
<P>- <I>karena apa?;</I> karena "label" mahasiswa itu dibutuhkan. Itu penting di mata Amerika. Terus terang sajalah! Dengan kata lain AMERIKA-pun menginginkan peran mahasiswa-pemuda untuk ikut serta.</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><B>
<P>(6) Seandainya</B> Mega telah tergusur nantinya : <I>siapa yang akan mengambil alih pemerintahan?</I> (i) tentara-kah?; (ii) mahasiswa-kah?; (iii) elit (sipil)-kah?; (iv) Presidium sipil-militer (versi militer) tanpa mahasiswa-kah?; (v) Presidium <B>Mahasiswa-Pemuda’2003 -Elit (Sipil)-Tentara (versi Mahasiswa-Pemuda) -kah</B>?</P><I>
<P>(7) Mengapa mahasiswa-pemuda lebih LAYAK daripada elit?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : karena mahasiswa masih "lugu" dari KKN, sedangkan elit pada dasarnya sudah 75% terkontaminasi dengan rezim-KKN; sudah "mengenyam nikmat"-nya duit. Singkatnya, mahasiswa jauh lebih ber-MORAL. Selain itu masih ada segelintir kaum teknokrat pintar negeri ini yang tidak doyan duit yang akan bekerjasama dengan Mahasiswa-Pemuda.</P>
<P>- <I>Benar tidak?</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR>
<P>(8) Bisakah elit "berkolaborasi" dengan tentara?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : BISA</P>
<P>- tapi <I>bisakah tentara "mengandalkan" kolaborasi dengan elit itu saja lalu mengambilalih kekuasaan?</P></I>
<P>- jawabannya terlalu berbahaya bagi TNI; sebab : berapa persen elit yang "busuk" dan berapa persen elit yang "bersih" bisa dihitung! Permasalahan pelanggaran HAM dan pemberantasan KKN saja tidak bisa dituntaskan.</P>
<DIR>
<P>- <I>Apa artinya itu?</P></I>
<P>- Tentara kurang percaya kepada elit-sipil itu!</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR>
<P align=justify>(9) Bukan soal menjatuhkan dan menyusun pemerintahan-sementara pasca-Mega yang menjadi masalah bagi tentara. Hal itu sangatlah gampang bagi tentara yang bersenjata itu. Tapi "prosesnya" yang penting! <B>Prosesnya harus "cantik".</B> Kecantikan itu ada pada <B>"nama" mahasiswa-pemuda</B>. Tidak adalah sosok secantik mahasiswa-pemuda dan tidak adalah nama seharum nama mahasiswa-pemuda. Dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain, bukankah begitu?</P>
<DIR>
<DIR><I>
<P>(a) Adakah nama-nama seperti Jendral Wiranto (dan jendral-jendral lain) dan para elit-spil seperti GusDur, Nurcholish Madjid, Amin Rais dll itu lebih "harum" dari </I><B>mahasiswa</B>?</P>
<DIR>
<DIR>
<P>- tanpa mahasiswa semua akan menjadi ibarat sayur kurang garam;</P>
<DIR>
<P>- mahasiswa mestinya tahu betul hal itu.</P></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(b) Bisakah elit menggerakkan "massa" petani-buruh-nelayan-preman-pemulung dsb?</P>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : BISA</P>
<DIR>
<P>- tetapi akan "cukupkah" itu untuk suatu "legitimasi"?</P>
<P>- jawabannya : TIDAK</P></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(c) Apakah tentara bersedia hanya "main" dengan mahasiswa Islam seperti KAMMI doang?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : TIDAK; sebab tentara juga "takut" dengan label dan "kekuatan" mayoritas Islam</P></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(d) apakah elit mau hanya main dengan KAMMI thok</I>?</P>
<DIR>
<DIR>
<P>- jawabannya : KAMMI belum tentu mau; sebab bagi mereka : apa sih kekuatan elit itu. Elit-sipil tidak terlalu dianggap oleh mereka.</P>
<DIR>
<P>- <I>Apa buktinya?</P></I>
<P>- Buktinya: <B>Soeripto "Bos-nya KAMMI</B>" itu main-main dengan jendral-jendral TNI melulu; dengan Wiranto, Mukhdi, Hendropriono, dll. Kapan Soeripto serius main dengan elit politik? Tidak pernah !</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(10) Apakah TNI mampu "melepaskan diri" dari Amerika?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : TIDAK.</P>
<DIR>
<P>- <I>apakah TNI "berani" main-main dengan Islam?</P></I>
<P>- jawabannya : TIDAK. </P>
<P>- (lihat saja kasus Ba’asyir!; <I>pesanan siapa itu?</I>)</P>
<P>- Jawabannya : tentu Amerika!</P></DIR>
<P>- <I>Apakah Amerika akan "senang" jika TNI "main" dengan mahasiswa "sekuler"?</P>
<DIR></I>
<P>- Jawabannya : SENANG!</P>
<P>- <I>Terus bagaimana dengan TNI?</P></I>
<P>- Tentu TNI akan ikut kehendak Amerika...</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(11) Apakah elit-sipil mampu "sendirian" menundukkan TNI?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : TIDAK!</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(12) Bagaimana Amerika menilai elit-elit sipil Indonesia?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : tidak ada apa-apanya...</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(13) Bagaimana Amerika melihat TNI?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : <B>yang terkuat di Indonesia</B>! (ini sudah segala-galanya; tidak usah diomongkan lagi)</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR><I>
<P>(14) Jadi : dimana "posisi" MAHASISWA?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR></I>
<P>- jawabannya : DIBUTUHKAN, baik oleh TNI maupun elit.</P></DIR></DIR></DIR></DIR></DIR>
<P>(15) Dengan posisi tersebut : apakah bijaksana "meminorkan" peranan mahasiswa? Mengapa tidak justru "ditegakkan" di tengah agar kelompok-kelompok dapat berhimpun serta menyusun strategi?</P>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<DIR>
<P>- <I>apa yang mesti ditegakkan lebih dulu?</P>
<DIR></I>
<P>- Jawabannya : <B><FONT size=4>Presidium Mahasiswa dan Pemuda</P></DIR></B></FONT>
<P>- Terserah kepada TNI dan "sebagian" elit yang masih "berhubungan" dengan mahasiswa apakah mau mendukung atau tidak! Yang pasti Mahasiswa dan KAUM MUDA (baik yang "Islam" maupun yang "sekuler") akan JALAN TERUS!</P></DIR></DIR></DIR></DIR><B>
<P align=justify>Mahasiswa-Pemuda’2003</B> tidak perlu ragu dengan langkah ini. Sejarah bangsa ini telah mengajarkan kepada kita semua bahwa <B>kaum muda</B> mampu dan layak untuk diberi tanggung jawab besar. Beberapa contoh di atas seperti HOS Cokroaminoto, KH Mas Mansyur, Ir. Soekarno dan Muh Hatta telah membuktikannya. Tentulah pada jaman ini Indonesia masih memiliki Cokro-baru, Soekarno-baru, Hatta-baru, Mas Mansyur-baru atau malah melampaui mereka itu semua. </P><B><FONT color=#0000ff>
<P align=justify>Beri Jalan kepada Kaum Muda Indonesia!!</P></DIR></DIR></B></FONT></DIV><p><hr SIZE=1>
Do you Yahoo!?<br>
<a href="http://us.rd.yahoo.com/evt=10469/*http://sitebuilder.yahoo.com">Yahoo! SiteBuilder</a> - Free, easy-to-use web site design software
--0-379136627-1059748078=:50919--