[Nasional] Re: [GMNI] Golput tidak bercelana?
HINU E. SAYONO
gmni@polarhome.com
Tue Jan 13 12:00:03 2004
Menjadi GOLPUT, itu hak masing-masing individu.
Mengkampanyekan untuk penyebar-luasan GOLPUT itu
cerminan ketidak-berdayaan, bahkan menjurus ke arah
keputus-asaan, karena ketidak-mampuannya tampil
sebagai subyek dalam percaturan politik nasional.
Kondisi yang sedemikian dilandasi oleh pemahaman bahwa
demokrasi itu sekedar "berbeda pendapat" atau
demokrasi sama dengan "partai politik" atau demokrasi
sama dengan "setengah ditambah 1 suara". Dan berbeda
pendapat itu adalah HAM. Seyogyanya dimufakati
terlebih dahulu makna demokrasi yang menjadi landasan
diselenggarakannya pemilihan umum.
Apakah demokrasi yang difahami adalah demokrasi impor
dari luar negeri, sehingga pemahamannya adalah
demokrasi liberal? Ataukah demokrasi sekedar alat?
Sekiranya masih merasa menjadi anggota GMNI yang
berasaskan Marhaenisme, ajaran Bung Karno, pemikiran
tentang demokrasi akan sama.
Kerancuan dalam memaknai GOLPUT, demokrasi,
nilai-nilai dalam tatanan hidup berbangsa dan
bernegara hanyalah cerminan tingkat pemahaman
Marhaenisme.
Selama pemahaman tentang Marhaenisme, yang benar-benar
ajaran Bung Karno, tidak difahami dengan baik dan
benar, maka diskusi akan makin tidak karuan. Apalagi
kalau memahami ajaran Bung Karno dengan kacamata "Kiri
Baru" yang lagi nge-trend di kalangan anak muda, maka
makin ranculah diskusi ini.
LKSM akan meluncurkan hasil kajiannya dalam buku yang
berjudul "Perspektif Pemikiran Bung Karno" yang
membukti bahwa pemikiran Bung Karno memenuhi kaidah
keilmuan, baik secara ontologis, epistemologis, dan
axiologis. Dan pemikiran Bung Karno asli di gali dari
bumi Nusantara. Bukan sekedar comot sana dan comot
sini.
Dengan pemahaman yang baik dan benar, kita tidak akan
terombang-ambing oleh pemikiran Giddens, yang mungkin
belum lahir waktu Bung Karno telah melahirkan
Marhaneisme; atau oleh pemikiran Kiri-Baru yang
sejatinya merupakan reaksi terhadap maraknya
kapitalisme dan sekaligus kegagalannya.
Tanpa dilandasi oleh pemikiran yang sedemikian, maka
diskusi tentang GOLPUT hanya mempersoalkan persoalan,
yang seharusnya dicari akar permasalahannya, yang
berarti berfikir radikal.
Salam,
HES
=================
--- donny <dn_three@yahoo.com> wrote:
> saya pikir logika yang dikemukakan kawan-kawan
> dengan memberikan contoh "beli celana" atau "nonton
> bola" tidak bisa dijustifikasikan terhadap
> keberadaan GOLPUT ataupun kampanye GOLPUT.
>
> Alasan yang dikemukakan hendra (GmnI Balikpapan)
> tentang GOLPUT dengan analogi "sama saja dengan
> tidak bercelana" sulit dirasionalisasi . Karena
> celana kita bolong maka harus beli celana. Jika
> seperti itu saya pun bisa beranalogi, bagaimana jika
> celana yang dibeli itu menggigit kemaluan kita? bisa
> nggak punya kemaluan lagi kita nanti!
>
> Yang jelas, menurut pendapat saya, untuk saat ini
> kampanye GOLPUT sangat penting bagi pendidikan
> politik masyarakat. Kampanye GOLPUT akan memberikan
> sekian pencerdasan dan pengkritisan bagi masyarakat
> terhadap Parpol, Capres/Cawapres.
>
> Kampanye GOLPUT bagi saya adalah bagian dari
> demokrasi. Justru salah besar jika kemudian itu
> diartikan apolitis dan ademokrasi. Justru
> sebaliknya, kampanye GOLPUT (saat ini) adalah bagian
> penting dari proses demokrasi yang berlangsung
> sebagai kekuatan kontrol dan penyeimbang bagi
> kekuatan-kekuatan partai.
>
> Kampanye GOLPUT justru berupaya menyelamatkan
> kualitas Pemilu 2004. Dan kampanye GOLPUT ini justru
> lebih efektif daripada mendirikan Lembaga Pemantau
> Pemilu dengan meminta dana dari founding luar
> negeri.
>
> Lontaran mas Hinu yang menyuruh membuat partai
> politik sendiri yang tidak ikut Pemilu bagi saya
> tidak masalah jika masalahnya menyangkut ketidak
> percayaan kita terhadap Pemilu 2004 (dan menyangkut
> strategi kedepan). Tetapi masalahnya bukan itu, kita
> sepakat Pemilu 2004 adalah bagian dari proses
> demokrasi dan kedaulatan rakyat. Dan varian Pemilu
> seperti fenomena GOLPUT saat ini justru harus
> ditangkap dan diorganisir untuk menjadi media
> kontrol terhadap partai politik yang selalu
> memperalat konstituennya.
>
> Ini adalah salah satu cara, bukan strategi, karena
> hanya mengupas pentingnya GOLPUT terhadap Pemilu
> 2004. Bisa jadi nanti di masa pemilu bukan GOLPUT
> cara yang dipakai sebagai pendidikan politik, bisa
> cara lain... entahlah kawan2 pasti pikirkan itu.
>
> Jika harus mendirikan parpol sendiri yang nggak ikut
> Pemilu, saya sepakat aja (mas Hinu), tetapi ini
> harus bener2 dipikirkan karena menyangkut strategi.
> Toh, jika GmnI dilihat dari asas dan asas perjuangan
> sebenarnya kita nggak perlu mendirikan parpol
> sendiri.
>
>
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> Yahoo! Hotjobs: Enter the "Signing Bonus"
Sweepstakes
__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Hotjobs: Enter the "Signing Bonus" Sweepstakes
http://hotjobs.sweepstakes.yahoo.com/signingbonus