[Karawang] RI: Dua Aspek Reformasi
Olga nebo Sylvie Gondokusumo
karawang@polarhome.com
Thu Aug 1 01:36:02 2002
DUA ASPEK REFORMASI DI N K R I
oleh Bismo DG
Karena situasi, kondisi obyektif maupun subyektif serta jalannya Perjoangan
rakyat Indonesia yg diujungtombaki oleh mahasiswa pada thn 1998 sehingga
tertumbangkan orba, yang terjadi bukanlah sebuah REVOLUSI, bgmnpun
didambakan oleh banyak fihak. Revolusi tidak harus beratribut sama persis
dengan Revolusi Borjuis Prancis atau Revolusi Proletar Rusia, yang penuh
kekerasaan dan lalu segera "memakan anak-anaknya sendiri". Tak juga harus
spt Revolusi Kuba yg lewat perang gerilya dbp sekelompok intelektual muda
idealis romantik.
Revolusi dengan artian perubahan mendasar, substansial dalam tata sospolek,
yg lalu diikuti di bidang-bidang lain, dapat juga berjalan tanpa
kekerasaan, sbg "Velvet Revolution" di Cekoslowakia 1989 pasca 42 thn
pemerintah komunistis. Tak ada 1 ml darah tertumpah, tak ada satu peluru
ditembakkan, hanya sedikit kememaran oleh beberapa penthungan polisi anti
huruhara.
Selain tidak termobilisasi dan tergerakkan secara luas kekuatan-kekuatan
pontensial revolusioner, inipun dikarenakan oleh kekuatan besar fihak
status quo reaksioner yang piawai memainkan bidak-bidak caturnya, dan
mungkin juga oleh sifat bangsa kita yg terkadang meledakkan AMOK, namun
biasanya sumeh mesam mesem sesuai dengan adat istiadat leluhur yg
mementingkan keseimbangan yang rukun.
Muncullah istilah "reformasi" yg secara umum diartikan sbg perubahan tata
politik kenegaraan, ttp, bedanya dgn revolusi, menurut literatur "tidak
menyentuh substansinya". Nah! Untuk menghindarkan diskusi njelimet ttg
istilah maupun hakekat faktanya, kita pakai saja ini sbg "fait accompli
istilah", untuk melancarkan silang pendapat.
Reformasi di NKRI kini jelas mempunyai dua aspek. Yakni aspek perjoangan
kekuatan-kekuatan yang berupaya memenangkannya, yaitu pembangunan negeri
dan negara yg demokratis, modern, plural, adil dan makmur serta beradab
humanis ditengah bangsa-bangsa sejagad. Sebutlah in sbg aspek pro-reform.
Aspek kedua ialah upaya dari segudang fihak yang emoh semua yg didambakan
oleh aspek pertama itu. Lalu berusaha untuk menjegal, menggagalkan, atau
paling tidak mengerem dengan melepaskan segala ranjau. Inilah aspek
anti-reform, yang mengadakan reaksi negatif melawan aspek pertama, jadi
reaksioner.
Didalam situasi dan kondisi (sikon) yang tidak revolusioner, maka yang
Dapat diperbuat oleh kekuatan-kekuatan pro-reform ialah "hanya"
mengembangkan, mempercepat, menggalakan aspek pro-reformasi itu. Jalannya
sangat berragam, intra- atau extra-parlementer, secara politis maupun dlm
jalur hukum. Namun, krn yg didambakan adalah demokrasi, maka jelas modus
operandi itu harus terus berada dijalur demokrasi pula.
Inilah yg dapat "menyebalkan", terutama bagi mereka yg tidak sabaran.
Tetapi bisa sangat dimengerti, kalau ini ada pada rakyat pekerja marhaen
yang papa sandang pangan. Lain perkaranya kalau ada kaum terpelajar yg
beragitasi revolusioner, dan dapat mendatangkan mala petaka sebagai amukan
semata. Sangat aneh kalau ini dijalankan justru oleh sebagian intelektual
yg dlm exilenya, sbg akibat rezim orba, dinegeri-negeri dgn tradisi
demokratis, namun berupaya mengobarkan situasi yg dapat berujung anarki.
People Power, sbg pergelaran besar-besaran upaya demonstrasi, bahkan
revolt, sbg dulu di Philippines, namun juga spt Student Revolt di USA dan
Eropa Barat di thn 60an kala Perang Vietnam, adalah syah demokratis kalau
yg berkuasa kekuatan yg jelas reaksioner.
Pengembangan aspek pro-refrom dan pelemahan serta eliminasi aspek
anti-refrom memang dapat berjalan lama, entah berapa tahun, ttp dengan
machtvorming, penyusunan kekuatan, yg terus menerus dibenturkan dlm
persilatan politik pada kekuatan reaksioner, dengan memakai pemilu sbg
upaya besar untuk merebut secara demokratis kekuasaan legislatif, dan dgn
demikian juga eksekutif dan yudisial, pastilah aspek pro-reform akan
menang, tanpa bangsa harus bermandi-mandi darahnya sendiri.
Sangatlah menarik untuk bahan diskusi kekuatan yg mana saja yg termasuk dlm
kedua aspek itu. Juga cara-cara perjoangan apa yang harus dipakai dalam
pertarungan kompetitif dijalur demokrasi itu!
Menyatakan si Dadap atau si Waru adalah pengkhianat, atau menggelar agenda
"menduduki Istana Negara" oleh beberapa lusin anak muda, adalah sebuah
TRAGIKOMEDI, yang pasti membuat para biangkerok anti-reform
mengulum-ngulum senyum..........
Praha, Rep. Ceko, 31.O7.02