[Karawang] Mau ke mana PRD?

a.supardi karawang@polarhome.com
Thu Aug 1 15:48:01 2002


(Berita Merdeka, Kamis 1 Agustus 2002)

Mau ke mana PRD?

Saudara-saudara sebangsa dan se tanah air,

(1) MENANGGAPI demonstrasi yang dilakukan oleh Partai Rakyat Demokratik
(PRD) yang justru menyerang PDI Perjuangan dan Megawati sungguh
memprihatinkan. Hari ini kita melihat bagaimana demostrasi kira-kira 200
orang ke Istana yang dipimpinan oleh PRD dengan tuntutan : "TURUNKAN
PEMERINTAH MEGA-HAMZAH, GANTI DENGAN PEMERINTAHAN RAKYAT MISKIN", dengan
berbagai semboyan yang menghujat Megawati dan PDI Perjuangan.

Hal ini sama saja berputar-putar tanpa disadari mengikuti tongkat
komando Orba yang sangat memusuhi PDI Perjuangan (karena hanya partai
inilah yang sedang bertarung dari pusat sampai ke daerah dengan Golkar
dan militer dilembaga-lembaga tinggi negara - apa yang dikatakan mesin
negara) dan Megawati (sebagai satu satunya tokoh Indonesia saat ini yang
masih mendapat dukungan, sehingga Megawati dianggap oleh kekuatan
status-quo sebagai saingan berat mereka dalam Pemilu langsung tahun
2004). Oleh karena itulah kekuatan status-quo berusaha dengan sangat
licik mengarahkan opini untuk memojokkan PDIP dan Megawati serta
mengusahakan agar PDIP pecah berkeping-keping. Dengan demikian kekuatan
status-quo dapat menyembunyikan perbuatan mereka yang telah
menghancurkan Indonesia, dan kembali menipu rakyat dalam pemilu tahun
2004.

Sebenarnya, dengan berbuat demikian,  PRD sudah kehilangan arah yang
rasional. Kalau Pemerintahan Mega-Hamzah digulingkan, siapa yang akan
menggantikannya ? Jelas sekali tidak mungkin digantikan oleh apa yang
disebut Pemerintahan Rakyat Miskin, yang tak akan dapat mengatasi krisis
multi dimensi saat ini. Harap disadari bahwa dibawah pimpinan Megawati
dan PDI Perjuangan, pemerintah justru sedang mengarah kepada pembentukan
sistem pemerintah nasional yang demokratis dan berwibawa agar dapat
mengajak semua kekuatan bangsa bersama-sama mengatasi krisis, sehingga
penderitaan rakyat kita berangsur-angsur teratasi.

(2) Bahaya disintegrasi bangsa Indonesia saat ini sangat gawat. Oleh
karena itu, PDI Perjuangan dan Megawati tidak bisa tidak harus
berhati-hati membawa gerakan reformasi agar jangan sampai berakibat
menghancurkan Republik Indonesia sebagaimana yang dialami Uni Sovyet dan
Yugoslavia. Uni Sovyet saja yang superpower bisa berantakan, apalagi
Indonesia yang saat ini dilanda krisis multidimensi.

Bila PDI Perjuangan dan Megawati bisa tetap mempertahankan keutuhan
Republik Indonesia, menjaga keamanan dan ketentraman, krisis ekonomi
Indonesia pasti sedikit demi sedikit dapat diatasi. Situasi gawat bahaya
disintegrasi bangsa ini kelihatannya kurang/tidak menjadi pertimbangan
bagi kaum kiri. Bagi kami tetap eksisnya Republik Indonesia yang ada
sekarang ini sangat penting, sebab bila sampai pecah, maka perpecahan
ini akan berlanjut berpuluh-puluh tahun dikemudian hari, kekuatan asing
maupun lokal yang dominan akan selalu menggunakan politik 'devide et
empera', sehingga bangsa Indonesia tidak mempunyai waktu yang tenang
membangun negerinya, dan akan tetap tergantung kepada "kemurahan hati"
kekuatan kapitalisme finansial global, sehingga peringatan pahit yang
telah dilansir oleh Bung Karno "Indonesia akan menjadi bangsa kuli"
jangan-jangan betul menjadi kenyataan.

(3) Kwik Kian Gie sebagai Ketua Litbang PDI Perjuangan hari ini (30/7)
mengadakan jumpa pers membantah berita-berita fitnah terhadap PDI
Perjuangan dan Megawati. Kami kira ini suatu awal baru dimana Balitbang
PDI Perjuangan mulai aktif menghadapi hujatan yang salah sasaran ini.

Satu ironi dalam gerakan kaum nasionalis: tidak menggalang persatuan,
tapi malah saling berhantam sendiri. Bahkan di kalangan keluarga Bung
Karno sendiri. Sesungguhnyalah, suatu ironi yang sangat memprihatinkan
dan menyedihkan. Mereka (nasionalis anti PDI Perjuangan/Mega) mendirikan
partai-partai baru. Mereka ini akan menyedot pendukung-pendukung PDI
Perjuangan/Mega yang sudah kena pengaruh.

Praktis tindakan mendirikan sekian banyak partai nasionalis tidak bisa
lain hanya berakibat akan memecah belah kekuatan kita. Dari sini sebagai
titik simpul kita bertanya: Siapa yang diuntungkan? Bukankah itu hanya
akan menguntungkan kaum status-quo ? Tetapi walaupun demikian, kita
tetap mengharapkan agar menghadapi pertarungan sengit antara kekuatan
nasionalis yang dimotori oleh PDI Perjuangan melawan kaum status-quo,
berbagai partai nasionalis tersebut dapat bergabung sehingga menjadi
kekuatan besar reformasi di Indonesia.

(4) Soal Mega bersamalan dengan Gus Dur, Sekjen DPP PKB Saifulah Yusuf
menjelaskan: "Ketika presiden Megawati menjelang tiba di Pondok Gede,
Alwi Shihab mengusulkan kepada Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi agar di
upayakan Megawati bisa bersalaman dengan Abdurrahman Wahid. Saya
dipanggil dan diberi tugas mengawal Mbak Mega. Karena tahu Gus Dur duduk
disisi kanan, saya membelokkan Mbak Mega ketempat duduk Gus Dur, dan
terjadilah salaman itu." Ketua PB NU malah mengatakan bahwa Gus Dur itu
mana laku dijual Rp 3 milyar. Ya, begitulah fitnah!

Bendera telah Mbak Mega kibarkan!

Teruskan perjuangan!

MERDEKA!

Korwil PDI Perjuangan di Negeri Belanda.

Kamis, 01 Agustus 2002