[Karawang] [Nasional] Setahun Pemerintahan Megawati

admin karawang@polarhome.com
Fri Aug 2 01:12:01 2002


------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
------------------------------------------------------------------
Posting yang kami rubah kedalam format Text/Plain.
Dengan harapan untuk selanjutnya yang bersangkutan
mengikuti aturan dimilis Nasional.
----------------------------------------------
Datum: Thu, 1 Aug 2002 23:23:38 +0200
Von:  "a.supardi" <a.supardi@chello.nl>
---------------------------------------------

Rekan-rekan yang budiman, Artikel (yang menurut pendapat saya pribadi,
isinya) kritis di bawah ini,sungguh baik kiranya kita cermati, sebagai
bahan referensi. 

Salam damai,
A.Supardi 
-----


Setahun Pemerintahan MegawatiNAIKNYA Megawati Soekarnoputri sebagai
Presiden RI tidak terlepas dari proses dan langkah penggusuran Presiden
Abdurrahman Wahid oleh MPR.
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinilai gagal dalam mengemban misi
reformasi dan tugas dari MPR, karena itu perlu diturunkan dan digantikan
oleh orang yang dinilai lebih mampu. Sebagai Wapres, sejak awal Megawati
telah menunjukkan kesediaannya menggantikan Gus Dur walaupun orang yang dia
wakili dan dia bantu masih berada di kursi jabatannya.

Bisa dimengerti apabila kemudian muncul reaksi rakyat yang bukan saja
bersifat antusiastis tetapi juga sedikit ambisius. Megawati merupakan
pilihan terbaik MPR untuk menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid yang
telah dinilai gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Negara maupun
Kepala Pemerintahan. Antusiasme rakyat terhadap keberhasilan pemerintahan
Megawati juga dipicu oleh janji Megawati sendiri yang mengatakan bahwa
semuanya akan beres sejak 17 Agustus tahun lalu.

Bangsa dan negara kita saat ini tengah menghadapi sejumlah persoalan serius
semacam krisis ekonomi yang berkepanjangan, krisis keamanan, krisis
kesatuan (disintegrasi), krisis kepercayaan, dan lain-lain. Bisa dimengerti
apabila kenaikan Mega ke kursi kepresidenan disambut dengan harapan besar
bahwa krisis-krisis tersebut bakal bisa diatasi dalam tempo relatif cepat.
Kondisi perekonomian akan segera pulih, keamanan segera beres, praktik KKN
bisa ditekan, keadilan ditegakkan, dan last but not least tingkat
kesejahteraan rakyat dinaikkan.

Tetapi harapan tersebut tampaknya masih tetap jauh panggang dari api.
Krisis ekonomi masih terus berlanjut, keamanan tetap rawan, tindak
kekerasan dan kejahatan tetap marak di mana-mana, sedangkan kehidupan
rakyat kecil makin susah saja. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga
BBM dan tarif listrik terasa sebagai pukulan berat bagi rakyat kecil.
Menjadi makin berat ketika pada saat yang nyaris bersamaan pemerintah
memutuskan untuk memperpanjang kesabaran kepada konglomerat nakal.

Pemerintahan Megawati pada hakikatnya tidak bisa diharapkan berbuat terlalu
banyak. Terdapat sejumlah handicap baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Pemerintahan ini lahir dari proses permainan politik tingkat
atas yang dikenal sebagai praktik dagang sapi. Munculnya Megawati sebagai
presiden terkait erat dengan skenario kelompok politik yang menyingkirkan
Presiden Abdurrahman Wahid dari kedudukannya. Kemunculan Megawati yang
lebih wajar semestinya terjadi pada awal Sidang Umum MPR di tahun 1999.

Akibat dari kondisi tersebut, pemerintahan Megawati, seperti halnya
pemerintahan Gus Dur, merupakan kabinet gado-gado yang harus bisa mewadahi
aspirasi maupun kepentingan politik parpol-parpol lain. Namanya memang
Kabinet Gotong Royong, tetapi isinya adalah kabinet kepentingan
bermacam-macam kelompok. Bisa dimengerti apabila sejak awal pun kabinet ini
sangat rentan dalam hal keutuhan maupun kepaduan.

Di samping itu, permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintahan Mega
sudah terlalu besar dan kompleks. Salah satu masalah paling serius adalah
hilangnya kepercayaan rakyat terhadap baik manka politik, perilaku politik,
maupun lembaga politik. Karena itulah, sampai saat ini pun keberadaan Mega
sebagai Kepala Negara tetap dilihat sebagai hasil dari proses politik yang
bersifat tidak jujur dan tidak aspiratif. Dengan kata lain, hal itu tak
lebih merupakan hasil dari kepentingan politik ketimbang proses pengelolaan
negara.

Dari pihak Megawati sendiri, beban yang harus ditanggungnya juga cukup
berat. Parpol yang dipimpinnya bukanlah parpol yang sudah mapan, melainkan
justru sebuah kelompok yang masih belum jelas bentuk maupun tujuannya. Hal
itu bisa dilihat dari kenyataan bahwa parpol ini masih selalu disibukkan
dengan perpecahan, pertentangan kepentingan, dan perdebatan konseptual.
Salah satu persoalan yang sampai hari ini menggamang adalah model
kepemimpinan yang dianutnya, yaitu model karismatik atau kultus individu
yang jelas-jelas berlawanan dengan prinsip demokrasi itu sendiri.

Sebagai Ketua Umum PDI-P Megawati kelewat sibuk dengan persoalan keutuhan
parpol, sementara dalam pemerintahan dia harus menghadapi konflik
kepentingan antarparpol yang bermuara pada ketidakjelasan kinerja dan
kebijakan kabinet. Dalam pemerintahan, Mega juga mewarisi apa yang dia
lakukan sendiri saat mewarisi Presiden Abdurrahman Wahid. Ketidakserasian
antara dirinya dengan orang yang dia wakili kini mengejawantah dalam
hubungannya dengan Wapres Hamzah Haz. Ketidakharmonisan dalam kabinet dan
kepemimpinan pemerintahan jelas cukup serius dalam pelaksanaan kerja
pemerintah.

Mengharapkan perubahan positif dalam tempo dekat tampaknya sungguh tidak
realistis. Bangsa kita belum berhasil melepaskan diri dari mental feodal
yang antara lain tidak memiliki sense of crisis. Di tengah krisis yang
sudah bersifat total dan fundamental para pemimpin kita masih lebih senang
berebut harta dan tahta, ketimbang memperbaiki keadaan. Pemerintahan
Megawati memang gagal memenuhi harapan rakyat, sebagian disebabkan oleh
ambisi dan kepentingan sendiri, sebagian akibat dari buruknya keadaan yang
dia hadapi.