[Karawang] [Nasional] Indonesia Kini Bagai Arena Matador : Juara Konflik Etnis dan Konflik Agama

karawang@polarhome.com karawang@polarhome.com
Thu Dec 5 05:12:08 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
SIB
Ceramah Ilmiah Antropolog DR Kartinis Syahrir di Univ SM Raja XII Medan :

Indonesia Kini Bagai Arena Matador : Juara Konflik Etnis dan Konflik Agama



Medan (SIB)

Negara Indonesia sejak era reformasi hingga saat ini dinilai identik dengan
satu arena matador, yaitu negara yang penuh dengan pertikaian politik baik
di kalangan sesama pejabat dan politisi yang adu kepentingan (conflict of
interest) sehingga negeri ini belakangan dikenal sebagai bangsa juara
konflik etnis dan juara konflik agama.

Pakar antropologi terkemuka DR Kartini Syahrir Br Panjaitan, menyatakan
terjadinya krisis ekonomi yang berantai dengan krisis hukum dan krisis
politik di negeri ini tak terlepas dari krisis moral dan budaya pada setiap
individu para pemimpin atau petinggi politik akibat maraknya pertentangan
kepentingan melalui barisan partai politik atau kelompok dan golongan
tertentu yang sesumbar mengatasnamakan reformasi dan era keterbukaan.

"Sekarang, negeri ini tak ubahnya seperti arena matador dengan parade
‘perkelahian’ seru antara sesama menteri atau sesama legislatif. Presiden
bersama rakyat dan pejabat lainnya akhirnya tampil sebagai penonton. Secara
kultur, kerusuhan antar etnis dan agama di sejumlah daerah dari Sabang
sampai Merauke telah membuat Indonesia rajanya konflik etnis dan konflik
agama," ungkap Kartini Syahrir di Medan Selasa (3/12).

Sejak reformasi, katanya, kebebasan dan keterbukaan yang tak terkendali
ternyata telah menghilangkan budaya malu pada diri sejumlah pemimpin atau
wakil-wakil rakyat. Misalnya aksi anggota DPR saling baku hantam atau saling
gugat di parlemen pada saat ataupun seusai sidang, pejabat di kabinet perang
pendapat dan saling provokasi melalui media. Aksi bakar gereja atau bakar
mesjid seolah menjadi trend untuk memecah belah kesatuan warga yang sejak
dulu rukun direkat budaya Bhinneka Tunggal Ika.

Kartini memaparkan hal itu pada acara ceramah ilmiah antropologi umum
tentang Integrasi dan Masyarakat Multikultural di Kampus Universitas
Sisingamangaraja XII Medan, yang dihadiri 300-an peserta dari kalangan dosen
US XII dan dosen dari Kopertis Wilayah I, para mahasiswa dan segenap civitas
akademika US XII Medan, US XII Tapanuli (Unita) Silangit, dan STMIK SM Raja
Medan.

Dipandu moderator Ir MPL Tobing yang juga Rektor US XII sendiri, Kartini
yang isteri pakar ekonomi nasional DR Syahrir itu mengupas sejumlah kasus
yang berkaitan dengan faktor antropologi sosial budaya di negeri ini.
Misalnya soal situasi kontras antara warga Amerika dengan warga Indonesia
akibat peristiwa atau bencana yang serupa, sehingga menunjukkan indikasi
hilangnya nilai-nilai budaya bahkan nilai kemanusiaan. Dia mencontohkan,
tragedi bom yang menghancurkan gedung kembar WTC dan menewaskan 4.000-an
orang di New York 11 September lalu, tanpa diduga telah mempersatukan warga
Amerika dalam solodaritas memerangi terorisme. Sedangkan di Indonesia,
katanya tragedi bom di Bali dengan korban 187 tewas, justru membuat
Indonesia terpecah-pecah dengan masing-masing sikap yang adu pendapat dan
argumen tanpa mencari solusi cepat.

Contoh lain, katanya, maraknya aksi korupsi di kalangan pejabat dengan
pergeseran budaya dari aksi yang semata-mata KKN menjadi aksi yang lebih
logis disebut merampok, merampas, bahkan mencuri hak-hak orang lain baik
berupa matrial maupun moral. Pada zaman Orde Baru, ujar Kartini, praktek KKN
atau korupsi pada berbagai proyek pemerintah atau proyek bantuan asing acap
terjadi karena memang ada ‘jatah’ proyek yang di ‘bagi-bagi’ melalui praktek
pembengkakan biaya (mark up) atau pemotongan anggaran.

Tapi sekarang ini, aksi itu semata-mata korupsi, melainkan aksi rampok dan
rampas karena jatah proyek-proyek itu sudah hampir tak ada. Artinya, korupsi
yang berkembang jadi rampok-rampas ini menunjukkan kemerosotan moral dan
budaya yang justru menodai reformasi itu sendiri," katanya prihatin sembari
menambahkan pihaknya sepakat krisis multi dimensi di negeri ini dipulihkan
denan instrumen budaya.

Soalnya, upaya pemulihan ekonomi dengan instrumen hukum melalui pola
supremasi hukum, atau instrumen politik dengan pola otonomi dan reformasi
total, bahkan dengan instrumen Hankam dengan pola garansi keamanan, ternyata
sama sekali belum mampu merealisir pemulihan situasi di negeri yang
berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini. Sehingga, lanjut dia, perang
kepentingan pejabat terus berlangsung, para investor hengkang, volume
pengangguran melonjak, aksi korupsi terus marak, kerusuhan berulang di
berbagai tempat dengan korban harta dan jiwa. Sampai-sampai, propinsi Timtim
pun akhirnya lepas dari kedaulatan NKRI dan bom meledak di Bali.

Ceramah ilmiah itu berlangsung dua jam dengan respon para peserta dan
undangan yang sangat antusias. Sejumlah dosen tampil sebagai penanya dan
penanggap. Misalnya Dekan Fak Sastra US XII Drs Himpun Panggabean MBA yang
mempertanyakan pemberdayaan antropolog di Indonesia akibat terjadinya
semacam pengekangan peluang sejak Orde Baru. Akibatnya, secara komunikatif
di Indonesia saat ini hanya 10 persen warga yang bisa ber Bahasa Indonesia
dan hanya 2,5 persen yang bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Penanya dan penanggap lain adalah Pieter Sirait dari Kopertis Wil I tentang
upaya budaya konkrit membasmi korupsi, M Sibarani Rektor Unita Silangit
tentang pemberdayaan antropologi di kalangan generasi muda, Ir Aleksander
Manurung tentang budaya baru ber Bahasa Mandarin di Indonesia seperti yang
diterapkan salah satu siaran media TV di Indonesia, dan respon relevan lain
dari para mahasiswa seperti Yos Lase, Ridwan Purba dll.

Acara yang juga diselingi promisi Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB)
itu diakhiri dengan saling tukar cendera mata, yaitu berupa piagam dan
sehelai kain ulos dari Rektor US XII Ir MPL Tobing kepada DR Kartini Syahrir
yang diteruskan kepada ibunya Ompu Paulina Br Naiborhu (ibu kandung Luhut
Panjaitan), dan buku "Membangun Indonesia Baru" terbitan Partai PIB oleh
Kartini kepada rektor US XII. Sedangkan Halomoan Tobing yang mendampingi
Kartini juga memperoleh sehelai jeket almamater US XII.(A14/A9/m)




-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------