[Karawang] [Nasional]:KETURUNAN ARAB DAN TERORISME: ADAKAH KAITANNYA ?
karawang@polarhome.com
karawang@polarhome.com
Fri Nov 22 01:36:03 2002
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.
---------------------------------------------------------------------
Edisi ini diterbitkan pada:
Rabu 20 November 2002 15:10 UTC
* KETURUNAN ARAB DAN TERORISME: ADAKAH KAITANNYA
Intro: Sementara Presiden Megawati berupaya melepaskan keterkaitan
Islam dengan terorisme, yang sebenarnya lebih menarik perhatian
belakangan adalah peran kalangan keturunan Arab. Mengapa mereka baru
menonjol belakangan saja? Koresponden Syahrir mengirim laporan
berikut dari Jakarta.
Pers Jakarta pekan ini mulai menyuarakan perasaan yang hidup di
sebagian anggota masyarakat. Orang akhir-akhir ini mulai
mempertanyakan peran kelompok-kelompok radikal dan warga negara
Indonesia keturunan Arab. Sejumlah pendiri laskar dikenal merupakan
keturunan Arab. Misalnya Ustadz Habib Rizieq Shihab pemimpin Front
Pembela Islam, Ustadz Ja'far Umar Thalib pendiri Laskar Jihad yang
baru-baru ini membubarkan diri, dan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir,
pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia yang juga dikenal sebagai Laskar
Mujahidin. Mereka adalah keturunan Arab.
Selain Abu Bakar Ba'asyir yang memang sudah aktif berpolitik sejak
akhir 1970an, Habib Rizieq dan Ja'far Umar Thalib sebelumnya tidak
pernah dikenal oleh publik Indonesia. Mereka baru tampil setelah
turunnya Soeharto dengan mendirikan laskar-laskar Islam, antara lain
Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Ahlul Sunnah wal Jamaa'h yang
setelah terjadi konflik di Ambon berubah menjadi Laskar Jihad Ahlul
Sunah Wal Jama'ah yang lebih dikenal sebagai Laskar Jihad.
Semasa pemerintahan Habibie, Laskar-laskar ini bersatu dalam wadah
Pam Swakarsa yang dibentuk oleh Menteri Pertahanan dan Panglima TNI
Wiranto. Waktu itu FPI sering bekerja sama dengan polisi dalam
melakukan penertiban tempat-tempat hiburan Jakarta. Tapi dengan
adanya pergantian pemerintahan, ruang gerak FPI makin sempit.
Semasa Habibie FPI dikenal dekat dengan Nugroho Jayusman yang saat
itu menjabat Kapolda Metro Jaya. Kini Nugroho tidak lagi menjabat
kekuasaan apa pun di kepolisian. Ia dipinggirkan dalam pemerintahan
Gus Dur mau pun Megawati. Maka FPI pun seperti anak ayam kehilangan
induk. Tindakan yang mereka lancarkan tidak mendapat dukungan polisi.
Misalnya ketika melakukan penertiban tempat hiburan di Mangga Besar,
polisi langsung menangkap Habib Rizieq dengan tuduhan melakukan
perusakan. Kini FPI kena batunya.
Perlu diingat pula bahwa sebelum meletus konflik Ambon, FPI dan
penduduk setempat terlibat dalam pembantaian preman-preman beragama
Kristen asal Ambon, dalam peristiwa Kerusuhan Ketapang, Jakarta
Pusat. Kerusuhan yang ditenggarai diotaki oleh Eggy Sujana (Pimpinan
Perhimpunan Pekerja Muslim Indonesia dan juga merupakan pendiri FPI)
itu mendapat dukungan dari Nugroho dan Djadja Suparman, yang kala itu
menjabat sebagai Pangdam Jaya.
Tiga bulan setelah peristiwa Ketapang ini meletuslah konflik agama di
Batu Merah, Ambon dan terus meluas hingga ke seluruh Maluku.
Kerusuhan-kerusuhan ini sesungguhnya didukung oleh pejabat militer
dan sipil di sekitar Habibie. Kemudian orang banyak bicara tentang
munculnya Habib Rizieq dan Jafar Umar Thalib. Ada elite politik
tertentu serta oknum militer yang sengaja memunculkannya. Selang
beberapa waktu kemudian Ja'far Umar Thalib mengumumkan berdirinya
Laskar Jihad.
Televisi Indonesia dengan leluasa menayangkan aktivitas Laskar Jihad,
termasuk saat melakukan latihan militer sebelum dikirim ke Ambon.
Nampaknya pers sangat dipengaruhi keinginan militer. Pangdam
Brawijaya kala itu, Sudi Silalahi disebut-sebut sebagai pendukung
keberangkatan Laskar Jihad ke Ambon. Sudi Silahlahi merupakan kawan
baik Prabowo. Padahal MABES TNI dengan tegas telah melarang
pengiriman Laskar Jihad ke Ambon. Aparat TNI dan Polri hanya secara
basa basi saja dalam melarang aktivitas Laskar Jihad. Perlu diketahui
Jafar Umar Thalib dan Habib Rizieq tidak pernah terdengar suaranya
ketika gerakan-gerakan Islam menentang Soeharto pada tahun
1970an-1980an. Kelompok keturunan Arab yang ditahan ketika itu hanya
Habib Husein Al Habsyi, Abu Bakar Ba'asyir. Abdullah Sungkar, dan
Lutfi Ali.
Fenomena-fenomena di atas yang kini digunakan sejumlah jenderal dan
tokoh-tokoh nasionalis untuk menimbulkan prasangka di sebagian
masyarakat Indonesia bahwa warga keturunan Arab telah melakukan
serangkaian tindakan yang mengacaukan keamanan di Indonesia.
Prasangka ini semakin bertambah setelah isu terorisme. Amerika
menyebut-nyebut Ustadz Abu Bakar Ba'asyir sebagai dalang terorisme
berdasarkan pengakuan Al Farouq yang terlebih dahulu ditangkap oleh
polisi Indonesia yang selanjutnya diserahkan ke Amerika.
Terlepas benar tidaknya tuduhan ini, yang jelas beberapa dari enam
wajah teroris yang diumumkan polisi karena diduga terlibat dalam
pemboman di Bali, diindikasikan keturunan Arab. Berdasarkan data ini
muncul berbagai spekulasi di antara elite politik Indonesia. Apa
gerangan yang terjadi dengan warga Indonesia keturunan Arab?
Kalangan pucuk pimpinan PDI Perjuangan mengungkapkan, bahwa
radikalisasi keturunan Arab ini dipicu oleh semakin hilangnya peranan
keturunan Arab dalam sumber daya ekonomi. Kalau pada zaman penjajahan
Belanda mereka menguasai bisnis bioskop dan pompa bensin, sekarang,
meminjam istilah seorang tokoh penting PDI Perjuangan, keturunanan
Arab ini ibarat paria di bidang bisnis.
Bisnis tanah, sehubungan dengan macetnya sektor properti dalam krisis
ekonomi, tidak lagi jalan. Bahkan untuk menjadi juru dakwah pun
mereka sudah mendapat saingan dari kyai-kyai pribumi tamatan Kairo,
Suriah dan Iran. Masyarakat tidak lagi cium tangan bila melihat
habib. Satu-satunya cara agar tetap bertahan adalah dengan
mengumpulkan orang-orang yang bisa dipengaruhi untuk mendirikan
laskar dengan alasan ajaran agama.
Kata seorang anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan, "Keturunan
Arab ini selalu mengklaim sebagai pemilik ajaran Islam yang benar.
Bahkan kelompok-kelompok Islam, seperti NU dan Muhammadiyah acapkali
dianggap sebagai Islam yang tidak benar. Di antara mereka ada yang
merupakan penganut wahabi."
Benarkah tokoh-tokoh Islam keturunan Arab ini berdiri sebagai dalang
terorisme di Indonesia? Ketua Dewan Pengurus YLBHI Munarman yang juga
salah satu penasehat hukum Ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengatakan.
Munarman: Walaupun secara formal perang terhadap terorisme ini tidak
diarahkan ke kelompok tertentu atau ke agama tertentu, tetapi dalam
praktek atau dalam pembentukan opininya justru diarahkan seakan-akan
dibalik agenda terorisme ini mengarah kepada kelompok-kelompok
tertentu. Misalnya resolusi PBB baru-baru ini memasukan Jamaah
Islamiyah sebagai organisasi teroris. Tentu ini mengundang pertanyaan
sebetulnya dari kelompok-kelompok atau bangsa yang dekat dengan
kelompok yang disebutkan ini. Misalnya bangsa-bangsa yang menggunakan
bahasa Arab, berbangsa Arab, kebetulan beragama Islam, maupun
kelompok-kelompok non Arab tapi beragama Isalm seperti Indonesia.
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------