[Karawang] [Nasional] Ditemukan Magasin M-16 dan AK-47

karawang@polarhome.com karawang@polarhome.com
Mon Nov 25 01:24:01 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
KCM
Senin, 25 November 2002

 Rumah Kontrakan Kelompok Imam Samudra Digerebek
Ditemukan Magasin M-16 dan AK-47

Sukoharjo, Kompas - Polisi hari Minggu (24/11) pagi pukul 08.00 menggerebek
tiga rumah yang pernah dikontrak Imam Samudra, Ali Imron (adik Amrozi), dan
Dulmatin alias Novel. Ketiga rumah yang letaknya berdekatan itu berada di
Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, sekitar
tiga kilometer arah barat daya Kota Solo.

Dari rumah yang pernah dihuni Ali Imron di Dukuh Mantung, Sanggrahan, polisi
menemukan delapan magasin senapan jenis M-16 dan empat magasin AK-47 yang
kosong peluru. Magasin itu disimpan di balik dinding tripleks di lantai dua.
Selain itu, juga ditemukan satu kilogram pupuk urea serta serbuk batu bata
untuk bahan pembuatan detonator.

Sementara di rumah yang dihuni Imam Samudra di Dukuh Sanggrahan RT 04 RW 03,
ditemukan sejumlah rekaman VCD yang berhubungan dengan Osama bin Laden
seperti wawancara jaringan televisi Al Jazeera dengan Osama bin Laden.
Selain itu, ditemukan juga VCD yang berjudul Wasiat Syuhada: New York dan
Washington, Lima Saksi Bisu Kebiadaban Teroris AS (Guantanamo).

Di rumah tersebut juga ditemukan sejumlah rekaman kaset yang berisi
ceramah/dakwah yang berisi tentang jihad, serta buku-buku tentang Al Qaeda
seperti Komando Al Qaeda atas Perang Salib. Polisi menemukan pula alat
komunikasi pager, handie talkie (HT), tape walkman, modem, dan printer.

Sedangkan rumah yang dihuni Dulmatin alias Novarianto alias Joko Pitono
berada di Dukuh Mantung RT 04 RW 05. Ketiga rumah itu satu sama lain hanya
berjarak sekitar 100 meter.

Penggerebekan itu dipimpin Kepala Direktorat Reserse Kepolisian Daerah
(Polda) Jawa Tengah Kombes Rusbagyo. Tim penggerebekan berasal dari Markas
Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) bekerja sama dengan Polda
Jawa Tengah, Kepolisian Resor (Polres) Sukoharjo, dan Kepolisian Resor Kota
(Polresta) Surakarta.

Warga sekitar menyatakan tidak pernah menduga bahwa rumah-rumah tersebut
dihuni oleh tersangka kasus peledakan bom di Bali. Ny Ani (40), tetangga
Imam Samudra, menuturkan, "Kami terkejut ketika anak saya berkomentar
sewaktu menyaksikan tayangan di televisi sekitar penangkapan Imam Samudra.
'Lho, itu kan bapaknya si Tasnim'. Tasnim itu salah seorang anak keluarga
tersebut karena anak saya bergaul dengan anak-anak mereka. Saat itu kami
baru tahu bahwa bapaknya bernama Imam Samudra."

Menurut warga, keluarga itu mulai tinggal di sana sejak Januari 2002 hingga
awal Oktober lalu. Keluarga Imam Samudra diketahui pergi dari rumah itu
tanggal 8 Oktober 2002, empat hari sebelum peledakan bom di Bali. Selama di
Sangrahan, ia hanya diketahui bekerja di bidang komputer, demikian
keterangan istrinya yang sempat dikutip Ny Ani. Ia pamit hendak menyusul ke
rumah keluarga istrinya di Bandar Lampung.

Ali Imron diketahui telah tinggal di Dukuh Mantung sejak 1997. Ia menyewa
rumah berlantai dua itu Rp 1 juta setahun. Di daerah itu, ia mengaku bernama
Abdul Gani alias Hassan. Tanggal 12 November 2002, ia mendadak pamit kepada
pemilik rumah, Sutrisno. Ia mengatakan akan ke Semarang karena mendapat
pekerjaan. Sedangkan Dulmatin meninggalkan rumah kontrakannya di Dukuh
Mantung, 9 November 2002.

Dua rumah

Di Serang, Banten, Tim Investigasi Kasus Peledakan Bom di Bali mengeledah
dua rumah. Sejumlah anggota tim forensik dari Polri, anggota Gegana, dan
Kepolisian Federal Australia (AFP) memeriksa sebuah rumah di Kampung Kubang,
Desa Cipare, Kabupaten Serang. Rumah ini pernah dikontrak Abdul Rauf,
pengikut Imam Samudra.

Menurut pemilik rumah Ny Eha Solehah, Rauf mengontrak rumah pada tanggal 20
Agustus 2002. Di dalam surat kontrak tertulis sebagai saksi bernama Abul
Aziz. "Waktu tanda tangan, saya tidak bertemu Abdul Aziz, Rauf meminta agar
tanda tangan saksi dilakukan di dalam kamar," kata Eha.

Ketika menandatangani surat kontrak, Rauf mencantumkan alamatnya di Jalan
Jamblang III No 83 Cibodassari, Tangerang. Rumah ini pernah dihuni oleh
Abdul Aziz, Abdul Rauf, dan Fauzi. Di rumah itu ditemukan dua botol kecil
yang belum diketahui isinya, deterjen, dan celana.

Rumah lainnya terletak di Desa Citeureup, Ciruas. Bangunan yang berupa rumah
petak itu dikontrak oleh seseorang yang bernama Usep. Rumah ini diduga
digunakan untuk merencanakan perampokan Toko Emas Elita di Serang. Hasil
perampokan ini yang digunakan oleh mereka untuk biaya menuju Denpasar, Bali.

Kelompok Asem

Selain menggeledah dua rumah, Tim Investigasi juga memburu Kolompok Asem.
Disebut Kelompok Asem karena mereka sering bertemu di bawah pohon asem di
Alun-alun Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten. Kelompok yang
terdiri dari 13 orang ini, di antaranya adalah Iqbal, Abdul Rauf, Andri
Oktavia, Yudi, Amin, dan seorang lagi belum diketahui namanya. Mereka adalah
kelompok yang direkrut Imam Samudra di wilayah Banten.

Anggota Kelompok Asem lainnya adalah Jabir yang meninggal dalam kasus
meledaknya bom yang sebenarnya direncanakan akan diledakkan di sebuah gereja
di Bandung pada malam Natal 24 Desember 2000. Enam anggota Kelompok Asem
lainnya masih dalam pengejaran. Ketika ditemui Kompas di rumahnya yang
terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, orangtua Andri Oktavia,
Ook Oktavia (43), mengatakan, Andri meninggalkan rumah sejak hari Rabu lalu.
Andri adalah anak pertama dari lima bersaudara.

"Sampai sekarang saya tidak tahu dia di mana. Saya coba ke polisi, tetapi
mereka tidak tahu," katanya. Ia membenarkan bahwa anaknya lulusan Pesantren
Ngruki, Solo, ketika menempuh pendidikan setingkat SLTP di tempat itu.

Belum yakin

Sementara itu, Ketua Tim Investigasi Peledakan Bom di Kuta Inspektur
Jenderal (Irjen) I Made Mangku Pastika mengatakan, polisi masih belum dapat
membuktikan, ledakan bom yang terjadi di diskotek Paddy's Cafe adalah bom
bunuh diri Iqbal seperti yang dikatakan Abdul Azis alias Imam Samudra.
(Kompas, 23/11)

Pastika hari Minggu di Mabes Polri, Jakarta, mengatakan, ada dua kemungkinan
penyebab ledakan bom di Paddy's Cafe. Pertama, bisa saja itu bom bunuh diri
seperti yang dikatakan Imam. Kedua, terjadi "kecelakaan". Artinya, sebelum
Iqbal menyelamatkan diri, bom tersebut sudah lebih dulu meledak.

Menurut Pastika, polisi menemukan potongan tubuh yang di dalamnya terdapat
material bahan-bahan kain. "Kami perkirakan kain itu masuk ke tubuh,"
katanya.

Akan tetapi, material bahan-bahan kain yang sama juga ditemukan di salah
satu ruangan Paddy's Cafe. Diduga kain yang ditemukan itu bukan berasal dari
pakaian sehingga polisi menduga kain tersebut berasal dari tas yang
digunakan untuk menggendong bom.

"Yang pasti bom tersebut tidak diletakkan di permukaan tanah karena
lantainya tidak hancur. Kemungkinan bom diletakkan di kursi, dipegang, atau
digendong seseorang," katanya.

Ditambahkan, potongan tubuh yang ditemukan di Paddy's Cafe itu tidak
lengkap, hanya dari perut sampai kepala. Tubuh bagian bawah diperkirakan
hilang akibat terkena ledakan bom. Untuk itu, diperlukan tes DNA untuk
memastikan bahwa potongan tubuh itu benar-benar milik Iqbal dan ledakan bom
di Paddy's Cafe bom bunuh diri.

Polisi akan mencocokkan DNA Iqbal dengan DNA orangtuanya agar polisi dapat
memastikan apakah bom tersebut bom bunuh diri. "Kalau dari pemeriksaan DNA
itu cocok, ya benar berarti orang itu Iqbal," katanya.

Pekan lalu, saat Tim Investigasi menggeledah rumah yang dihuni Iqbal, mereka
menemukan sepucuk surat yang ditujukan kepada orangtua dan kawan-kawannya.
Dalam surat itu, Iqbal minta maaf atas pilihannya karena memilih mati sahid.

Merasa ditinggalkan

Di Denpasar, kemarin, M Sya'af, salah satu dari dua penasihat hukum Amrozi
dari Tim Pembela Muslim (TPM) Jawa Timur, ketika dihubungi per telepon
mengatakan, Amrozi merasa ditinggalkan Imam Samudra. Karena itu, Amrozi
ingin segera bertemu dengan Imam Samudra agar perkara peledakan bom ini
menjadi semakin jelas.

"Soal perakitan bom, Amrozi sempat bertanya kepada Imam, bagaimana merakit
bom itu, namun dijawab, kamu diam saja, itu (bom) sudah ada yang mengurus,"
kata Sya'af.

Sya'af membenarkan, Amrozi pernah bertemu Imam Samudra bersama Ali Imron,
Idris, dan dua rekannya saat mereka di Bali. Amrozi datang ke Bali bersama
Idris dengan mengendarai mobil Vitara hijau, sementara Dulmatin dan Ali
Imron menggunakan mobil L300 dan tiba di Bali pada 6 Oktober.

Di Canberra, Australia, menurut kantor berita Antara, Perdana Menteri
Australia John Howard menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah Indonesia,
terutama Presiden Megawati Soekarnoputri, menyusul ditangkapnya Imam
Samudra. (B05/B10/B11/B13/B14/COK/MAR/LOM/ISW/ASA)



-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------