[Karawang] [Nasional] Akbar, Pahlawan Golkar

karawang@polarhome.com karawang@polarhome.com
Thu Sep 5 00:00:35 2002


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
STOP Exodus TKI !!  STOP Exodus bangsa kita  !!   STOP Exodus TKI !!
-----------------------------------------------------------------------
Suara Karya

Akbar, Pahlawan Golkar
Oleh Bambang Sadono

Kamis, 5 September 2002
Vonis pidana tiga tahun dalam kasus dana non-budgeter Bulog semakin
mengukuhkan bahwa Akbar Tandjung adalah pahlawan bagi Partai Golkar. Dalam
kultur kecenderungan menghindari hukum dengan berbagai modus, Akbar justru
menghadapinya dengan gagah. Seolah dia siap menjadi tumbal dan simbol
penegakan supremasi hukum.

Lepas dari pro-kontra, baik secara sosial politis maupun teknis yuridis,
penampilan Akbar selama proses peradilan menyiratkan ketabahan yang luar
biasa. Bahkan demi untuk membela diri pun, dia terlihat berupaya menghindari
menyerang atau merugikan fihak lain. Dia hanya berupaya mengatakan bahwa
dirinya tidak bersalah. Namun juga dia tidak melempar beban itu dengan
menyalahkan orang lain.

Padahal jika tak bisa menahan diri, Akbar bisa saja mengatakan telah
diperlakukan tidak adil, apalagi sampai dipidana. Sementara banyak pihak
lain yang pasti juga tidak bersih dari dana non-budgeter Bulog atau
non-budgeter yang lain, jangankan dipidana, jadi tersangka saja tidak.
Bahkan ada yang tidak menjadi saksi, atau tak tersentuh proses hukum sama
sekali. Kerelaan Akbar mengikuti proses hukum dengan segala risiko
stigmanya, sulit dicari bandingan. Lebih dari itu, di tengah gelombang
serangan yang diarahkan pada Partai Golkar, dengan segala kepentingan yang
melatarbelakanginya, Akbar menjadi benteng yang tangguh. Akbar dengan tegas
memutus kemungkinan bahwa partai terlibat dalam kasus ini. Risiko dipidana,
atau bahkan mungkin sampai dipenjara, hancurnya nama dan kredibilitasnya,
benar-benar dia pertaruhkan untuk partai. Pertanyaannya, adakah pengorbanan
kader atau pemimpin Golkar lain sebesar Akbar?

Hanya pengorbanan dan kepahlawanan Akbar ini tenggelam oleh kekhawatiran
bahwa partai akan terimbas oleh jatuhnya vonis pidana pada ketua umumnya
ini. Terlebih jika dikaitkan dengan peluangnya mendulang suara dalam Pemilu
2004. Juga kalau dikaitkan kemungkinan Partai Golkar bisa menempatkan
kadernya sebagai presiden dalam pemilihan langsung nanti. Seolah ada
kebutuhan untuk memutuskan partai dari stigma yang akan disandang Akbar.
Alasan kepentingan partai di masa depan dan tantangan politik yang akan
sangat berat, memang masuk akal. Tetapi sekaligus juga tidak tepat kalau
solusinya harus menohok Akbar dalam posisinya seperti sekarang ini. Alangkah
tidak etis jika posisi yang diderita Akbar, justru karena dia membela
partai, digunakan sebagai kelemahan untuk menyingkirkannya. Ini jika
dikaitkan dengan posisinya baik sebagai ketua umum partai maupun sebagai
Ketua DPR-RI.

Memang alasan untuk membangun partai yang lebih kredibel dan bisa dijual
adalah kebutuhan yang tak bisa diremehkan. Ini harus menjadi komitmen semua
kader, tanpa menggantungkan pada orang perorang. Semua kader pasti
mempersiapkan diri, suatu saat akan siap jika partai memanggil. Tetapi
organisasi akan terluka jika cara-cara yang digunakan tidak mengindahkan
etika. Bahkan jika salah mengelolanya, itu akan menjadi sindrom Empu
Gandring: sesama kader akan saling bunuh demi mengejar ambisi masing-masing.
Maka, mungkin yang dibutuhkan partai sekarang adalah mencari terobosan
kreatif, cerdas, sekaligus etis. Apa pun pilihannya, harus menyelamatkan
kepentingan partai ke depan, tetapi juga tidak melukai kadernya yang telah
berjuang habis-habisan. Artinya, apa pun yang akan diputuskan harus
menenggang kepentingan Akbar. Memang untuk menemukan formula yang elegan
semacam ini pasti tidak mudah, dan mungkin juga belum terpikirkan.
Karena itu, mengendapkan masalah ini sambil mencari pilihan-pilihan yang
paling tepat adalah sikap terbaik. Mungkin butuh waktu. Tetapi yang jelas,
jika dalam situasi seperti ini ada yang menusuk dari belakang, mencari
kesempatan dalam kesempitan, yang pasti akan merusak soliditas organisasi.
Jika ini terjadi, sangat mahal harga yang harus dibayar di kemudian hari.***
Bambang Sadono adalah wartawan Harian Suara Karya.

-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-f:http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
------------------Mailing List Nasional----------------------