[Karawang] Teroris Di Lipatan Ketiak

panca karawang@polarhome.com
Thu Sep 26 23:00:07 2002


Nusantara] Gigih Nusantara : Teroris Di Lipatan Ketiak 

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com 
Thu Sep 26 06:37:18 2002 

Teroris Di Lipatan Ketiak 

Tiap hari, kabar soal teroris, tak pernah tak ada
dalam pemberitaan media. Maklum, perbuatan teror para
teroris memang membuat kita tak nyenyak tidur, bahkan
bukan karena kita lawan sebenarnya dari para teroris
itu, hanya siapa tahu kejadianya pas di
sebelah-sebelah kita, lalu kita terpaksa ikut
'berangkat'. Apa nggak serem ?

Entah salah siapa, mula-mula, sehingga stereotyping
terhadap sosok seorang teroris selalu terkesan sebagai
kelompok Islam, yang rada-rada keras suaranya,
bercambang, lalu bertampang kearab-araban, setidaknya,
dari namanya. Mungkin distorsi ini diciptakan oleh
siapa, atau memang gara-gara terlalu sering begitu,
lalu dengan enteng disimpulkan demikian. Hanya yang
jadi pertanyaan, di mana mereka ini kira-kira adanya? 

Teror dari para teroris tak ubahnya barang dagangan
yang biasa dijajakan oleh pedagang. Produk inilah yang
dijadikan alat dalam posisi tawat terhadap lawan,
selain produk-produk lain, seperti negosiasi, barter,
tukar tambah, dan lain sebagainya. Contoh paling
gampang adalah bagaimana preman menawarkan jasa
pengamanan di sejumlah diskotik, pertokoan, atau
pasar.

Sebagai 'pengusaha' teror, maka posisi tawar harus
diupayakan sedemikian rupa, sehingga lawan terpaksa
menerima tawaran itu, demi keuntungan pihaknya. Karena
ancaman teror menyangkut nyawa yang hanya
satu-satunya, yang kalau 'berangkat' entah kemana cari
gantinya, maka tingkat kengerian kita kepada tawaran
para teroris ini jelas beda dengan tawaran salesman
obat nyamuk biasa.

Tentu saja, tak ubahnya sebuah produk yang
'didagangkan', maka produk tersebut harus mampu
memberikan kesan dramatis pada calon pembeli, atau
pihak-pihak di mana kepentingannya bentrok tersebut.
Semakin serem, semakin ngeri lawan, maka pihak
'penjual' akan dapat tertawa lebih lebar, tentu.
Semakin kecut yang diteror, maka harga berapa pun akan
dibeli, asal selamat.

Tak ubahnya dengan produk dagangan biasa, maka selalu
ada upaya untuk menyembunyikan tiap rencana yang
menyangkut produk tersebut. Membuat kompetitor
terkecoh, serta unsur-unsur pendadakan, adalah bagian
dari kegiatan 'pemasaran' tersebut. Ada unsur kejutan
yang tak pernah disangka-sangka.

Di era yang sudah tanpa sekat dewasa ini, baik
kepentingan maupun geografis, perseteruan bisa
dilakukan di banyak front, tak mesti di daerah
sengketa itu saja. Kepentingan AS, misalnya, tak hanya
terbatas di negerinya sendiri, tetapi sudah mendunia.
Ada kepentingan bisnis, ekonomi, politik, budaya,
kekuasaan, pengaruh, dan lain sebagainya. banyaknya
kepentingan membuka banyak peluang terjadi benturan.
Dan lokasinya bisa di mana saja, di sekujur tubuh bumi
kita ini. Eh, kadang bisa juga, lho, melalui angkasa
luar, kaya film-film 007 itu?

Oleh karena itu, teroris bisa merencanakan operasinya
di mana saja. Bisa melakukan gangguan di mana saja
mereka sukai. Dan pilihan mereka seperti halnya para
enterprenur, yaitu tempat-tempat yang berdasarkan
pertimbangan strategis akan cukup efektif, dan
efisien. Salah satunya adalah di negara-negara yang
culun, yang sudah tahu kemasukan teroris hanya sibuk
membantah, bukan sibuk mawas diri. Juga di
negara-negara yang memiliki situasi dan kondisi yang
memudahkan untuk berbaur, dan menyembunyikan diri.

Mereka akan sembunyi di negara-negara yang tiap hari
muncul demo dengan teriakan 'Ganyang AS', misalnya,
kalau musuh mereka adalah negara AS. Sebab, kalau
mereka kemudian melakukan pengganyangan betulan,
mereka punya alibi, 'lho, yang teriak-teriak ganyang
AS kan si A, si B, dst'. Juga mereka akan krasan
tinggal di negara-negara yang tidak memiliki kebiasaan
penerapan hukum yang tegas. Malah hukum terkesan
dipermainkan, atau diperdagangkan. Aparat lebih sibuk
berdagang hukum daripada berkeringat membongkar
jaringan teroris.

Jadi di mana ? Negeri kita ini memiliki semua syarat
yang membuat para teroris kemudian memutuskan untuk
tinggal. Kondisi seperti ini, tak hanya membahayakan
pihak yang menjadi lawan terornya tersebut, tetapi
juga tetangga-tetangga yang kebetulan dekat dengan
lokasi kekerasan itu nantinya. Kalau tiba-tiba ada bom
meledak di parkiran, lalu kebetulan kita tak jauh dari
situ, apa bom bisa membedakan, kita ini warga AS atau
bukan?

Mengingat bahwa medan perseteruan bisa terjadi di mana
saja, saya berkeyakinan, bahwa tak ada yang bisa
steril dari kemungkinan adanya teroris ini. Mereka toh
datang tidak dengan permisi, serta bilang-bilang,
'permisi, mau bikin gerakan teror, bang...'. Bisa saja
muncul bisul, dimulai dari gatal-gatal, dan itu persis
di lipatan ketiak kita. Daripada sibuk membantah,
lebih baik rajin membersihkan badan, daripada malu
kalau sampai ketahuan belang. Yang dilawan oleh
kelompok teroris tersebut memang jelas, tetapi kalau
'mak... jleger !!!', di dekat kita, apa nggak
'berangkat' ?(gn)