[Marinir] Sekilas mengenal Kol. MAR Alfan Baharudin

Hong Gie marinir@polarhome.com
Sun, 27 Jul 2003 02:43:30 +0700


This is a multi-part message in MIME format.

------=_NextPart_000_02D1_01C353E8.DD5418A0
Content-Type: text/plain;
	charset="iso-8859-1"
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable



Keberadaan Kol MAR Alfan Baharudin di Aceh, sebagai Komandan Satuan
Tugas Muara Marinir TNI-AL, adalah salah satu bagian saja dari sekian =
banyak
penugasan operasi khusus dalam kariernya.
Dibawah ini ada beberapa artikel yang menarik untuk sedikit mengenal =
sosok
perajurit marinir, yang pernah menjabat sebagai Komandan Detasemen Jala
Mangkara (Hantu Laut) juga dikenal sebagai DENJAKA, satuan elite yang
kemampuan dan kwalifikasi personilnya paling tidak setara dengan Navy =
Seals
US. Marine.

Wassalam, yhg.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

>>Selasa, 3 Oktober 2000<<

KILAS NASIONAL

KELOMPOK BERTIKAI DIPERTEMUKAN -
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama T Ontowiryo dalam =
siaran
persnya, Senin (2/10), mengatakan, upaya menciptakan keamanan, =
kedamaian,
dan ketenteraman di wilayah Maluku Utara yang dilanda kerusuhan =
bernuansa
(suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA), telah memperlihatkan hasil =
yang
menggembirakan.
Titik terang tersebut ditandai beberapa hal, antara lain Komandan Sektor
Wilayah Utara Kolonel (Mar) Alfan Baharudin berhasil mempertemukan dua
kelompok yang sudah lama bertikai di Desa Jailolo, Kabupaten Maluku =
Utara,
Sabtu (30/9).
Pertemuan ini terjadi berkat pendekatan persuasif yang dilakukan oleh =
aparat
keamanan sektor Maluku Utara terhadap dua kelompok yang bertikai. (*/bdm

=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D


Kompas Cyber Media.

>>Kamis, 5 Oktober 2000<<

Ketegasan yang Membuahkan Hasil

 Kompas/bambang wisudo

HAJAT rujuk antara masyarakat Muslim dan Kristen di Kecamatan Jailolo
(Maluku Utara), Sabtu 30 Oktober 2000, memiliki arti yang khusus bagi
prajurit marinir Muhammad Alfan Baharudin (43). Sebulan bertugas sebagai
Komandan Sektor Pemulihan Keamanan Maluku Utara, Alfan berhasil merintis
jalan ke arah rujuk antarkelompok yang bertikai di empat kecamatan yang
terletak di Pulau Halmahera. Atas keberhasilan itu Alfan mendapatkan
kenaikan pangkat menjadi kolonel.

Pengumuman kenaikan pangkat itu disampaikan oleh Komandan Gugus Keamanan
Laut Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Djoko Sumaryono
di hadapan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat Muslim dan Kristen di =
Jailolo
yang hampir dua tahun ini terpisah dan saling bertikai. Pengumuman itu =
juga
disampaikan Djoko di hadapan masyarakat Kristen di Tobelo.

"Mulai besok, 1 Oktober, Letkol Alfan akan naik pangkat menjadi Kolonel.
Apakah Anda masih ragu-ragu terhadap aparat keamanan?
Bila ragu-ragu kenaikan pangkat Alfan akan saya tunda," kata Djoko.
Seolah-olah tidak peduli dengan gempuran yang dialamat-kan pada TNI, =
Alfan
memilih bersikap tegas dan tidak pandang bulu.
Ia mengatakan telah mengetahui aktor-aktor Jakarta yang ikut bermain =
dalam
konflik di Maluku Utara dan memiliki rekaman pembicaraan telepon antara
tokoh-tokoh tersebut dengan pemimpin-pemimpin lo-kal di Maluku Utara.
"Orang-orang Jakarta jangan memprovokasi masyarakat di Halmahera.
Mereka jangan ber-teriak-teriak memberikan dukungan. Tidak perlu =
dukungan
terhadap masyarakat yang sudah berdamai.
Tokoh-tokoh Muslim maupun Kristen tidak perlu memberikan dukungan =
seperti
itu.
Saya tidak takut berhadapan risiko Risiko apa pun akan saya hadapi," =
kata
Alfan dengan meledak-ledak.
Alfan memperkirakan rujuk antara masyarakat Muslim dan Kristen di =
Jailolo
akan membuat tidak senang kelompok-kelompok tertentu. Namun, ia =
menyatakan
akan bertindak tegas ke-pada siapa pun yang ingin mengganggu proses
perdamaian yang telah dimulai di Kecamat-an Jailolo, Sahu, Ibu, dan =
Loloda
di Halmahera. Apalagi Koman-dan Gugus Keamanan Laut Ar-mada Timur telah
menginstruksikan untuk menenggelamkan setiap kapal yang kedapatan =
membawa
senjata.
"Saya telah melakukan penyekatan-penyekatan supaya bantuan-bantuan dan
provokasi yang mau masuk Halmahera tidak terjadi. Saya tahu ada sumber =
dana
di Jakarta, ada yang mau masuk ke Halmahera. Ini perbuatan kurang ajar,"
kata Alfan.

Sikap netral dan tegas aparat keamanan merupakan sebuah modal bagi
penyelesaian masalah Maluku. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan
sejumlah aparat keamanan, baik kepolisian maupun satuan-satuan militer,
berpihak pada kelompok-kelompok yang bertikai di Maluku.
Di tengah masyarakat Maluku dan Maluku Utara, aparat kepolisian
diidentifikasikan dengan kelompok Merah dan satuan-satuan tertentu di =
tubuh
militer diindentifikasikan dengan kelompok Putih.
Banyak kejanggalan dalam penegakan hukum dan pengamanan di wilayah
Maluku yang memunculkan dugaan keterlibatan aparat keamanan dalam =
konflik
di wilayah itu.
Keberpihakan aparat kepolisian dan militer terhadap ke-lompok-kelompok =
yang
bertikai kadang-kadang bisa dijelaskan secara manusiawi. Karena konflik =
yang
berkepanjangan dan interaksi antar-aparat dengan masyarakat yang terlalu
lama menyebabkan mereka cende-rung berpihak pada kelompok tertentu.
Seorang prajurit Kostrad yang ditemui di Ternate menuturkan selama =
berbulan-
bulan ia harus menampung sembilan keluarga yang mengungsi dari Maluku
Tenggara.
Ia juga menyaksikan seorang kawannya bertugas dibunuh dan kepalanya
dikelupas.
"Namun saya tetap berusaha untuk tidak berpihak," ujar prajurit yang =
lahir
di Maluku itu.
Keberhasilan Alfan dalam sebulan memimpin aparat keamanan di wilayah =
Maluku
Utara masih akan diuji.
Paling tidak sikap netral dan ketegasan seperti itu layak ditiru oleh
prajurit lainnya.
(wis)

=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D


GUBERNUR MALUT: REKONSILIASI ATAS KESADARAN WARGA

>>Friday, May 04, 2001/1:12:12 AM<<

Kode: 15a

Ternate, 4/5 (ANTARA) - Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) yang juga
Gubernur Propinsi Maluku Utara (Malut), Brigjen (Purn) Muhyi Effendie
menyatakan, hingga saat ini tidak ada elit dan tokoh rekonsiliasi di
provinsi
itu yang memfasilitasi kedua kelompok yang pernah bertikai untuk =
berdamai.

"Kebersamaan yang dibangun kembali oleh mereka yang bertikai di Pulau
Halmahera, Morotai, Bacan, Obi dan sekitarnya itu adalah atas kesadaran =
dan
hati nurani mereka sendiri. Tidak ada yang mengklaim sebagai tokoh
rekonsiliasi, termasuk gubernur, bupati maupun pejabat teras lainnya,"
katanya kepada wartawan di Ternate, Rabu, menanggapi sejumlah tokoh di
Jakarta yang mengklaim dirinya sebagai tokoh rekonsiliasi.
Menurut dia, kondusifnya situasi dan kondisi keamanan di wilayah Malut,
bukan semata-mata karena pemberlakuan darurat sipil.
Namun, kebersamaan yang dibangun oleh kedua kelompok bertikai dimulai =
dari
orang per-orang, dalam lingkungan keluarga hingga ke desa sampai ke
kecamatan, tanpa unsur paksaan dari pemerintah dan aparat TNI.
"Kalau ada oknum atau elit yang mengaku jadi tokoh rekonsiliasi di =
Maluku
Utara sama sekali tidak benar. Peran TNI/Polri yang melaksanakan tugas
pemulihan keamanan di wilayah itu cukup besar dalam menyatukan kembali
kebersamaan kedua kelompok bertikai itu," katanya.
Ia mencontohkan kalau pasukan yang ditempatkan di daerah konflik =
lainnya,
seperti di Aceh, Ambon (Maluku) dan Palangkaraya-Kalimantan itu, siap =
siaga
bahkan moncong senjata selalu depan, sebaliknya di Malut, TNI/Polri =
menjadi
mediator sekaligus memfasilitasi kedua kelompok yang kini mulai hidup
berdampingan kembali itu.
Jadi bukan karena peran mereka yang mengaku sebagai tokoh rekonsiliasi,
termasuk gubernur dan bupati setempat. "Tidak semudah seperti yang
dibicarakan di acara persepsi TVRI dan Indonesia Menyapa yang
diselenggarakan oleh RRI Jakarta itu," kata Muhyi Effendie yang
disebut-sebut sebagai bakal calon Gubernur Malut itu.

Sementara itu, Komandan Sektor Pemulihan Keamanan Wilayah II Maluku
Utara Kolonel (Mar) M Alfan menghimbau orang-orang di Jakarta agar =
jangan
lagi memprovokasi Halmahera.  "Tokoh-tokoh Islam dan Kristen jangan lagi
berteriak-teriak memberikan dukungan," kata Alfan yang mengaku memiliki
rekaman percakapan elit Jakarta dan lokal yang sifatnya hanya =
memperkeruh
keadaan.
Menurut dia, dalam usaha memulihkan keadan di Malut, pihaknya telah
melakukan penyekatan-penyekatan antarwilayah yang dikuasai dua kelompok.
Disamping itu, untuk mencegah warga terprovokasi, dirinya telah =
memberikan
jaminan bahwa pihak mana pun yang memulai akan berhadapan langsung =
dengan
aparat.
Salah seorang pengungsi di Tobelo yang berasal dari Ternate, Peter
Matahelumula,
mengakul bahwa pengaruh luar sangat besar terhadap meruncingnya situasi.
Jadi, katanya, walaupun sudah ada jaminan dari aparat, tetap saja ada
sekelompok warga yang terpancing melakukan pembalasan.
"Situasi itulah yang seharusnya diatasi aparat keamanan dengan sikap =
tegas
dan netral, termasuk dalam melakukan `sweeping` senjata, baik yang sudah =
di
tangan warga maupun yang tengah diusahakan untuk dipasok dengan memotong
jalur pengirimannya di laut. Dengan begitu, apa yang menjadi nurani =
warga
Maluku Utara, akan berlanjut pada penyelesaian utuh konflik yang telah
memakan ribuan nyawa manusia itu," katanya. (F.ABN-PK03/ABN-AD/SU04/B/
4/05/:1 00:52/ND08


=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D


Sabtu, 3 November 2001

Ombak dan Ubur-ubur Pembunuh Semangat

TENTU kita harus mengacungkan kedua jempol tangan kepada mereka yang
berani mengikuti lomba renang lintas Selat Sunda. Sebab, bagaimana pun
tantangan berenang di malam hari, lebih-lebih di tengah laut, tentu
mempunyai
faktor kesulitan yang jauh lebih berat. Karena selain ombak, angin dan =
arus
masih ada lagi berbagai jenis binatang laut yang bisa menjadi pembunuh
semangat setiap perenang.

"Walau belum pernah ada kasus hiu mengamuk untuk kemudian menyerang =
orang
di Selat Sunda, tetapi tetap saja di selat ini ada ikan hiu-nya", kata =
Ketua
Panitia Lomba Renang dan Dayung Lintas Selat Sunda VII-2001 Kolonel =
(Mar)
Alfan Baharuddin M yang sehari-hari sebagai Komandan Brigade Infanteri 1
Pasukan Marinir 1 Surabaya.
Jangankan hiu, ubur-ubur saja bisa menjadi pelumpuh mental perenang. =
"Masih
baik kalau ubur-ubur putih. Sebab, kalau kena ubur-ubur api yang =
warnanya
merah, pasti kita harus cepat-cepat naik perahu karet. Sebab, kalau
terlambat ditangani, kita bisa lewat...," kata Letnan Kolonel Laut (KH)
Anton Marsudi (49) yang mengaku baru sekali ini mengikuti lomba renang
tersebut.
Anton yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Sub-Dinas Kesejahteraan
Personel Diswat Persal Mabes TNI AL, belakangan memang harus mengakui
kekalahannya setelah diteror ubur-ubur putih yang sempat melilit =
lehernya.
"Sekitar jam 04.00 (setelah dilepas dari garis start pada pukul 22.15,
Senin, 29/10-Red) saya terpaksa naik perahu karet. Habis selain kena
ubur-ubur, dua perenang di sebelah kiri dan kanan saya mendadak =
menghilang.
Belakangan baru saya tahu kalau mereka sudah naik perahu. Makanya, saya =
juga
ikut-ikutan," kisahnya.

***

BEGITU juga dengan ombak dan gelombang yang tidak mau kalah dari =
binatang
laut untuk terus menteror para perenang.  Ombaknya tinggi sampai satu
setengah meter, sejak pukul 02.00 sampai menjelang finish, tapi karena =
saya
tahu tekniknya, jadi saya tetap berenang," tutur Riyanto Pane yang =
keluar
sebagai juara pertama lomba tahunan ini.
Untuk mereka yang tidak kuat diombang-ambing ombak pasti sudah muntah-
muntah. Jangankan peserta umum seperti kakak beradik Fania (16) dan
Cindy (13) yang masih tercatat sebagai siswa SMU Xaverius dan SMP =
Fransiscus
Lampung. Mereka yang berasal dari kalangan TNI AL pun ada yang
muntah-muntah. Dan, dengan lapang dada harus mengakui kegagalannya untuk
kemudian naik ke perahu penolong.
Walau ada cukup banyak peserta renang yang tidak berhasil mencapai garis
finish, toh dalam catatan panitia pelaksana lomba dari 89 peserta ada 67
persen atau sebanyak 57 perenang yang mampu mencapai garis finish.
"Padahal, menurut perkiraan kami hanya sekitar sepuluh persen saja yang =
akan
menyelesaikan secara penuh," kata Alfan.
Dan, memang hingga usai upacara penutupan masih ada dua perenang yang
masih belum dapat dipastikan apa sudah sampai finis atau belum.
Makanya, selesai makan siang hal tersebut kembali dicek Komandan Korps
Marinir.  Nyatanya sudah genap. Jadi, tegasnya, seluruh peserta selamat =
tiba
di finish. (nic)






------=_NextPart_000_02D1_01C353E8.DD5418A0
Content-Type: text/html;
	charset="iso-8859-1"
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<HTML><HEAD>
<META http-equiv=3DContent-Type content=3D"text/html; =
charset=3Diso-8859-1">
<META content=3D"MSHTML 5.50.4134.100" name=3DGENERATOR>
<STYLE></STYLE>
</HEAD>
<BODY bgColor=3D#ffffff>
<DIV><FONT face=3D"Book Antiqua" size=3D2></FONT>&nbsp;</DIV>
<DIV><BR>Keberadaan Kol MAR Alfan Baharudin di Aceh, sebagai Komandan=20
Satuan<BR>Tugas Muara Marinir TNI-AL, adalah salah satu bagian saja dari =
sekian=20
banyak<BR>penugasan operasi khusus dalam kariernya.<BR>Dibawah ini ada =
beberapa=20
artikel yang menarik untuk sedikit mengenal sosok<BR>perajurit marinir, =
yang=20
pernah menjabat sebagai Komandan Detasemen Jala<BR>Mangkara (Hantu Laut) =
juga=20
dikenal sebagai DENJAKA, satuan elite yang<BR>kemampuan dan kwalifikasi=20
personilnya paling tidak setara dengan Navy Seals<BR>US.=20
Marine.<BR><BR>Wassalam,=20
yhg.<BR><BR>~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<BR><BR>=
&gt;&gt;Selasa,=20
3 Oktober 2000&lt;&lt;<BR><BR>KILAS NASIONAL<BR><BR>KELOMPOK BERTIKAI=20
DIPERTEMUKAN -<BR>Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama T =
Ontowiryo=20
dalam siaran<BR>persnya, Senin (2/10), mengatakan, upaya menciptakan =
keamanan,=20
kedamaian,<BR>dan ketenteraman di wilayah Maluku Utara yang dilanda =
kerusuhan=20
bernuansa<BR>(suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA), telah =
memperlihatkan=20
hasil yang<BR>menggembirakan.<BR>Titik terang tersebut ditandai beberapa =
hal,=20
antara lain Komandan Sektor<BR>Wilayah Utara Kolonel (Mar) Alfan =
Baharudin=20
berhasil mempertemukan dua<BR>kelompok yang sudah lama bertikai di Desa =
Jailolo,=20
Kabupaten Maluku Utara,<BR>Sabtu (30/9).<BR>Pertemuan ini terjadi berkat =

pendekatan persuasif yang dilakukan oleh aparat<BR>keamanan sektor =
Maluku Utara=20
terhadap dua kelompok yang bertikai.=20
(*/bdm<BR><BR>=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D<BR><BR><BR>Kompas=20
Cyber Media.<BR><BR>&gt;&gt;Kamis, 5 Oktober =
2000&lt;&lt;<BR><BR>Ketegasan yang=20
Membuahkan Hasil<BR><BR>&nbsp;Kompas/bambang wisudo<BR><BR>HAJAT rujuk =
antara=20
masyarakat Muslim dan Kristen di Kecamatan Jailolo<BR>(Maluku Utara), =
Sabtu 30=20
Oktober 2000, memiliki arti yang khusus bagi<BR>prajurit marinir =
Muhammad Alfan=20
Baharudin (43). Sebulan bertugas sebagai<BR>Komandan Sektor Pemulihan =
Keamanan=20
Maluku Utara, Alfan berhasil merintis<BR>jalan ke arah rujuk =
antarkelompok yang=20
bertikai di empat kecamatan yang<BR>terletak di Pulau Halmahera. Atas=20
keberhasilan itu Alfan mendapatkan<BR>kenaikan pangkat menjadi=20
kolonel.<BR><BR>Pengumuman kenaikan pangkat itu disampaikan oleh =
Komandan Gugus=20
Keamanan<BR>Laut Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Djoko =

Sumaryono<BR>di hadapan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat Muslim dan =
Kristen di=20
Jailolo<BR>yang hampir dua tahun ini terpisah dan saling bertikai. =
Pengumuman=20
itu juga<BR>disampaikan Djoko di hadapan masyarakat Kristen di=20
Tobelo.<BR><BR>"Mulai besok, 1 Oktober, Letkol Alfan akan naik pangkat =
menjadi=20
Kolonel.<BR>Apakah Anda masih ragu-ragu terhadap aparat =
keamanan?<BR>Bila=20
ragu-ragu kenaikan pangkat Alfan akan saya tunda," kata =
Djoko.<BR>Seolah-olah=20
tidak peduli dengan gempuran yang dialamat-kan pada TNI, =
Alfan<BR>memilih=20
bersikap tegas dan tidak pandang bulu.<BR>Ia mengatakan telah mengetahui =

aktor-aktor Jakarta yang ikut bermain dalam<BR>konflik di Maluku Utara =
dan=20
memiliki rekaman pembicaraan telepon antara<BR>tokoh-tokoh tersebut =
dengan=20
pemimpin-pemimpin lo-kal di Maluku Utara.<BR>"Orang-orang Jakarta jangan =

memprovokasi masyarakat di Halmahera.<BR>Mereka jangan ber-teriak-teriak =

memberikan dukungan. Tidak perlu dukungan<BR>terhadap masyarakat yang =
sudah=20
berdamai.<BR>Tokoh-tokoh Muslim maupun Kristen tidak perlu memberikan =
dukungan=20
seperti<BR>itu.<BR>Saya tidak takut berhadapan risiko Risiko apa pun =
akan saya=20
hadapi," kata<BR>Alfan dengan meledak-ledak.<BR>Alfan memperkirakan =
rujuk antara=20
masyarakat Muslim dan Kristen di Jailolo<BR>akan membuat tidak senang=20
kelompok-kelompok tertentu. Namun, ia menyatakan<BR>akan bertindak tegas =
ke-pada=20
siapa pun yang ingin mengganggu proses<BR>perdamaian yang telah dimulai =
di=20
Kecamat-an Jailolo, Sahu, Ibu, dan Loloda<BR>di Halmahera. Apalagi =
Koman-dan=20
Gugus Keamanan Laut Ar-mada Timur telah<BR>menginstruksikan untuk =
menenggelamkan=20
setiap kapal yang kedapatan membawa<BR>senjata.<BR>"Saya telah melakukan =

penyekatan-penyekatan supaya bantuan-bantuan dan<BR>provokasi yang mau =
masuk=20
Halmahera tidak terjadi. Saya tahu ada sumber dana<BR>di Jakarta, ada =
yang mau=20
masuk ke Halmahera. Ini perbuatan kurang ajar,"<BR>kata =
Alfan.<BR><BR>Sikap=20
netral dan tegas aparat keamanan merupakan sebuah modal =
bagi<BR>penyelesaian=20
masalah Maluku. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan<BR>sejumlah =
aparat=20
keamanan, baik kepolisian maupun satuan-satuan militer,<BR>berpihak pada =

kelompok-kelompok yang bertikai di Maluku.<BR>Di tengah masyarakat =
Maluku dan=20
Maluku Utara, aparat kepolisian<BR>diidentifikasikan dengan kelompok =
Merah dan=20
satuan-satuan tertentu di tubuh<BR>militer diindentifikasikan dengan =
kelompok=20
Putih.<BR>Banyak kejanggalan dalam penegakan hukum dan pengamanan di=20
wilayah<BR>Maluku yang memunculkan dugaan keterlibatan aparat keamanan =
dalam=20
konflik<BR>di wilayah itu.<BR>Keberpihakan aparat kepolisian dan militer =

terhadap ke-lompok-kelompok yang<BR>bertikai kadang-kadang bisa =
dijelaskan=20
secara manusiawi. Karena konflik yang<BR>berkepanjangan dan interaksi=20
antar-aparat dengan masyarakat yang terlalu<BR>lama menyebabkan mereka=20
cende-rung berpihak pada kelompok tertentu.<BR>Seorang prajurit Kostrad =
yang=20
ditemui di Ternate menuturkan selama berbulan-<BR>bulan ia harus =
menampung=20
sembilan keluarga yang mengungsi dari Maluku<BR>Tenggara.<BR>Ia juga =
menyaksikan=20
seorang kawannya bertugas dibunuh dan kepalanya<BR>dikelupas.<BR>"Namun =
saya=20
tetap berusaha untuk tidak berpihak," ujar prajurit yang lahir<BR>di =
Maluku=20
itu.<BR>Keberhasilan Alfan dalam sebulan memimpin aparat keamanan di =
wilayah=20
Maluku<BR>Utara masih akan diuji.<BR>Paling tidak sikap netral dan =
ketegasan=20
seperti itu layak ditiru oleh<BR>prajurit=20
lainnya.<BR>(wis)<BR><BR>=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D<BR><BR><BR>GUBE=
RNUR=20
MALUT: REKONSILIASI ATAS KESADARAN WARGA<BR><BR>&gt;&gt;Friday, May 04,=20
2001/1:12:12 AM&lt;&lt;<BR><BR>Kode: 15a<BR><BR>Ternate, 4/5 (ANTARA) - =
Penguasa=20
Darurat Sipil Daerah (PDSD) yang juga<BR>Gubernur Propinsi Maluku Utara =
(Malut),=20
Brigjen (Purn) Muhyi Effendie<BR>menyatakan, hingga saat ini tidak ada =
elit dan=20
tokoh rekonsiliasi di<BR>provinsi<BR>itu yang memfasilitasi kedua =
kelompok yang=20
pernah bertikai untuk berdamai.<BR><BR>"Kebersamaan yang dibangun =
kembali oleh=20
mereka yang bertikai di Pulau<BR>Halmahera, Morotai, Bacan, Obi dan =
sekitarnya=20
itu adalah atas kesadaran dan<BR>hati nurani mereka sendiri. Tidak ada =
yang=20
mengklaim sebagai tokoh<BR>rekonsiliasi, termasuk gubernur, bupati =
maupun=20
pejabat teras lainnya,"<BR>katanya kepada wartawan di Ternate, Rabu, =
menanggapi=20
sejumlah tokoh di<BR>Jakarta yang mengklaim dirinya sebagai tokoh=20
rekonsiliasi.<BR>Menurut dia, kondusifnya situasi dan kondisi keamanan =
di=20
wilayah Malut,<BR>bukan semata-mata karena pemberlakuan darurat =
sipil.<BR>Namun,=20
kebersamaan yang dibangun oleh kedua kelompok bertikai dimulai =
dari<BR>orang=20
per-orang, dalam lingkungan keluarga hingga ke desa sampai =
ke<BR>kecamatan,=20
tanpa unsur paksaan dari pemerintah dan aparat TNI.<BR>"Kalau ada oknum =
atau=20
elit yang mengaku jadi tokoh rekonsiliasi di Maluku<BR>Utara sama sekali =
tidak=20
benar. Peran TNI/Polri yang melaksanakan tugas<BR>pemulihan keamanan di =
wilayah=20
itu cukup besar dalam menyatukan kembali<BR>kebersamaan kedua kelompok =
bertikai=20
itu," katanya.<BR>Ia mencontohkan kalau pasukan yang ditempatkan di =
daerah=20
konflik lainnya,<BR>seperti di Aceh, Ambon (Maluku) dan =
Palangkaraya-Kalimantan=20
itu, siap siaga<BR>bahkan moncong senjata selalu depan, sebaliknya di =
Malut,=20
TNI/Polri menjadi<BR>mediator sekaligus memfasilitasi kedua kelompok =
yang kini=20
mulai hidup<BR>berdampingan kembali itu.<BR>Jadi bukan karena peran =
mereka yang=20
mengaku sebagai tokoh rekonsiliasi,<BR>termasuk gubernur dan bupati =
setempat.=20
"Tidak semudah seperti yang<BR>dibicarakan di acara persepsi TVRI dan =
Indonesia=20
Menyapa yang<BR>diselenggarakan oleh RRI Jakarta itu," kata Muhyi =
Effendie=20
yang<BR>disebut-sebut sebagai bakal calon Gubernur Malut =
itu.<BR><BR>Sementara=20
itu, Komandan Sektor Pemulihan Keamanan Wilayah II Maluku<BR>Utara =
Kolonel (Mar)=20
M Alfan menghimbau orang-orang di Jakarta agar jangan<BR>lagi =
memprovokasi=20
Halmahera.&nbsp; "Tokoh-tokoh Islam dan Kristen jangan =
lagi<BR>berteriak-teriak=20
memberikan dukungan," kata Alfan yang mengaku memiliki<BR>rekaman =
percakapan=20
elit Jakarta dan lokal yang sifatnya hanya =
memperkeruh<BR>keadaan.<BR>Menurut=20
dia, dalam usaha memulihkan keadan di Malut, pihaknya telah<BR>melakukan =

penyekatan-penyekatan antarwilayah yang dikuasai dua =
kelompok.<BR>Disamping itu,=20
untuk mencegah warga terprovokasi, dirinya telah memberikan<BR>jaminan =
bahwa=20
pihak mana pun yang memulai akan berhadapan langsung =
dengan<BR>aparat.<BR>Salah=20
seorang pengungsi di Tobelo yang berasal dari Ternate,=20
Peter<BR>Matahelumula,<BR>mengakul bahwa pengaruh luar sangat besar =
terhadap=20
meruncingnya situasi.<BR>Jadi, katanya, walaupun sudah ada jaminan dari =
aparat,=20
tetap saja ada<BR>sekelompok warga yang terpancing melakukan=20
pembalasan.<BR>"Situasi itulah yang seharusnya diatasi aparat keamanan =
dengan=20
sikap tegas<BR>dan netral, termasuk dalam melakukan `sweeping` senjata, =
baik=20
yang sudah di<BR>tangan warga maupun yang tengah diusahakan untuk =
dipasok dengan=20
memotong<BR>jalur pengirimannya di laut. Dengan begitu, apa yang menjadi =
nurani=20
warga<BR>Maluku Utara, akan berlanjut pada penyelesaian utuh konflik =
yang=20
telah<BR>memakan ribuan nyawa manusia itu," katanya.=20
(F.ABN-PK03/ABN-AD/SU04/B/<BR>4/05/:1=20
00:52/ND08<BR><BR><BR>=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=
=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D=3D<BR><BR><BR>Sabtu,=20
3 November 2001<BR><BR>Ombak dan Ubur-ubur Pembunuh =
Semangat<BR><BR>TENTU kita=20
harus mengacungkan kedua jempol tangan kepada mereka yang<BR>berani =
mengikuti=20
lomba renang lintas Selat Sunda. Sebab, bagaimana pun<BR>tantangan =
berenang di=20
malam hari, lebih-lebih di tengah laut, tentu<BR>mempunyai<BR>faktor =
kesulitan=20
yang jauh lebih berat. Karena selain ombak, angin dan arus<BR>masih ada =
lagi=20
berbagai jenis binatang laut yang bisa menjadi pembunuh<BR>semangat =
setiap=20
perenang.<BR><BR>"Walau belum pernah ada kasus hiu mengamuk untuk =
kemudian=20
menyerang orang<BR>di Selat Sunda, tetapi tetap saja di selat ini ada =
ikan=20
hiu-nya", kata Ketua<BR>Panitia Lomba Renang dan Dayung Lintas Selat =
Sunda=20
VII-2001 Kolonel (Mar)<BR>Alfan Baharuddin M yang sehari-hari sebagai =
Komandan=20
Brigade Infanteri 1<BR>Pasukan Marinir 1 Surabaya.<BR>Jangankan hiu, =
ubur-ubur=20
saja bisa menjadi pelumpuh mental perenang. "Masih<BR>baik kalau =
ubur-ubur=20
putih. Sebab, kalau kena ubur-ubur api yang warnanya<BR>merah, pasti =
kita harus=20
cepat-cepat naik perahu karet. Sebab, kalau<BR>terlambat ditangani, kita =
bisa=20
lewat...," kata Letnan Kolonel Laut (KH)<BR>Anton Marsudi (49) yang =
mengaku baru=20
sekali ini mengikuti lomba renang<BR>tersebut.<BR>Anton yang sehari-hari =

bertugas sebagai Kepala Sub-Dinas Kesejahteraan<BR>Personel Diswat =
Persal Mabes=20
TNI AL, belakangan memang harus mengakui<BR>kekalahannya setelah diteror =

ubur-ubur putih yang sempat melilit lehernya.<BR>"Sekitar jam 04.00 =
(setelah=20
dilepas dari garis start pada pukul 22.15,<BR>Senin, 29/10-Red) saya =
terpaksa=20
naik perahu karet. Habis selain kena<BR>ubur-ubur, dua perenang di =
sebelah kiri=20
dan kanan saya mendadak menghilang.<BR>Belakangan baru saya tahu kalau =
mereka=20
sudah naik perahu. Makanya, saya juga<BR>ikut-ikutan,"=20
kisahnya.<BR><BR>***<BR><BR>BEGITU juga dengan ombak dan gelombang yang =
tidak=20
mau kalah dari binatang<BR>laut untuk terus menteror para =
perenang.&nbsp;=20
Ombaknya tinggi sampai satu<BR>setengah meter, sejak pukul 02.00 sampai=20
menjelang finish, tapi karena saya<BR>tahu tekniknya, jadi saya tetap =
berenang,"=20
tutur Riyanto Pane yang keluar<BR>sebagai juara pertama lomba tahunan=20
ini.<BR>Untuk mereka yang tidak kuat diombang-ambing ombak pasti sudah=20
muntah-<BR>muntah. Jangankan peserta umum seperti kakak beradik Fania =
(16)=20
dan<BR>Cindy (13) yang masih tercatat sebagai siswa SMU Xaverius dan SMP =

Fransiscus<BR>Lampung. Mereka yang berasal dari kalangan TNI AL pun ada=20
yang<BR>muntah-muntah. Dan, dengan lapang dada harus mengakui =
kegagalannya=20
untuk<BR>kemudian naik ke perahu penolong.<BR>Walau ada cukup banyak =
peserta=20
renang yang tidak berhasil mencapai garis<BR>finish, toh dalam catatan =
panitia=20
pelaksana lomba dari 89 peserta ada 67<BR>persen atau sebanyak 57 =
perenang yang=20
mampu mencapai garis finish.<BR>"Padahal, menurut perkiraan kami hanya =
sekitar=20
sepuluh persen saja yang akan<BR>menyelesaikan secara penuh," kata=20
Alfan.<BR>Dan, memang hingga usai upacara penutupan masih ada dua =
perenang=20
yang<BR>masih belum dapat dipastikan apa sudah sampai finis atau=20
belum.<BR>Makanya, selesai makan siang hal tersebut kembali dicek =
Komandan=20
Korps<BR>Marinir.&nbsp; Nyatanya sudah genap. Jadi, tegasnya, seluruh =
peserta=20
selamat tiba<BR>di finish. (nic)<BR><BR><BR><BR><BR></DIV></BODY></HTML>

------=_NextPart_000_02D1_01C353E8.DD5418A0--