[Marinir] [Republika Online] Arsitek Intelijen itu Telah 'Pergi'

Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Mon Aug 30 18:40:35 CEST 2004


Selamat Jalan Pak Benny; Patriot "24 Karat"


http://www.republika.co.id/ASP/koran_detail.asp?id=170952&kat_id=3

Koran  » Berita Utama
Senin, 30 Agustus 2004
Arsitek Intelijen itu Telah 'Pergi'
Laporan : uba

Mantan menteri pertahanan dan panglima Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (Menpangab), Jenderal TNI (Purn) LB Moerdani meninggal dunia. Ia
sempat beberapa waktu terbaring sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto.

Benny Moerdani meninggal Ahad dini hari kemarin. Jasadnya dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara kebesaran militer yang dipimpin
langsung Panglima TNI Jendral Endriartono Sutarto. Mendiang meninggalkan
seorang istri, seorang puteri, dan lima orang cucu. ''Kami menghormati
segala jasa beliau yang sebagai mantan Panglima ABRI. Kami merasa sangat
berduka ditinggalkannya,'' kata Endriartono Sutarto ketika menyampaikan
kesannya tentang sosok LB Moerdani yang lahir di Cepu, Jawa Tengah 2 Oktober
1932.

Bila melihat segala sepak terjang karier kemiliterannya, Moerdani di kenal
sebagai prajurit yang tangguh. Berbagai operasi tempur telah dijalani.
Berbagai pendidikan khusus militer, seperti Pendidikan Perwira Komando di
Fort Benning, Amerika Serikat, telah dikenyamnya.

Dalam buku biografi Benny Murdani, Profil Prajurit Negarawan, terbitan
Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, tahun 1999, tokoh NU Abburahman
Wahid (Gus Dur) menulis kesan tentangnya dengan sangat menarik. Menurutnya,
raut mukanya keras dan pembawaannya yang tenang memberikan kesan menakutkan
bagi orang lain terhadap LB Moerdani. Apalagi karena ia memang sedikit
berbicara, seperlunya saja.

Kesan Gus Dur yang seperti itu, pada buku Apa Siapa Orang Indoneisa
1985-1986 dijawab Moerdani dengan santai. ''Saya ini lahir di bawah tanda
Barat, Libra. Orang Libra itu diam, tidak menunjukkan emosi. Kalau menangis
tidak berteriak, Cuma keluar air mata. Kalau marah tidak berteriak, tapi di
dalam hati. Maka, banyak sekali orang Libra yang menderita,'' kata Moerdani.

Jabatan Moerdani, apalagi ketika memegang komando Pangkokamtib, bagi banyak
orang --termasuk elemen massa organisasi berbasis Islam-- memang banyak
membuat orang menderita. Pengawasan yang begitu ketat melalui jaringan
intelijen sebagai bagian utama manajemen pemerintahan Orde Baru (Orba)
membuat banyak orang terluka hatinya. Waktu itu Moerdani memang berdiri
sebagai tokoh paling depan dalam pemaksaan kebijakan pelaksanaan asas
tunggal Pancasila.

''Sebagai seorang muslim, saya ikut ucapkan duka cita atas meninggalnya Pak
Benny Moerdani. Namun demikian, sosok dia memang tidak bisa lepas dari
catatan sejarah. Benny itu arsitek intelijen politik rezim Orde Baru. Dia
menimbulkan banyak atau jurang antara militer, Orde Baru, dan umat Islam.
Selain itu dia juga salah satu penanggung jawab dari munculnya tragedi
Tanjung Priok,'' kata Wakil Ketua DPR, AM Fatwa.

Fatwa mengatakan selaku salah satu korban Priok dia juga melihat betapa
tragedi itu dirancang dengan cara-cara operasi intelijen. Kasus itu sengaja
diledakkan dan kemudian dipakai sebagai alat untuk mendeskreditkan umat
Islam agar nantinya kekuatan ini tidak muncul dalam arus politik kenegaraan.

"Saya dijadikan korban karena dianggap sebagai perekat hubungan antara
jenderal-jenderal yang tidak suka kepada Pak Harto dengan tokoh-tokoh Islam.
Soal ini kami dapat atas informasi dari para petinggi keamanan yang saat ini
menangani kasus Priok. Jadi itu catatan sejarahnya,'' tegas Fatwa.

Benny Moerdani dibesarkan di Solo, Jawa Tengah. Anak pegawai jawatan kereta
api RG Moerdani Sosrodirdjo ini memulai karier militernya di usia sangat
muda, 13 tahun, yakni ketika bergabung dalam Peleton I Seksi III Kompi II
Detasemen II Brigade 17, Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Ia
terlibat dalam aksi penumpasan DI/TII, PRRI, dan Permesta.

Seusai jatuhnya Sukarno dari tampuk kekuasaan, Moerdani adalah perwira
termuda yang berpangkat letnan jenderal. Sebelum menjabat sebagai panglima
ABRI, ia sempat berkarier sebagai konsul, misalnya di Kuala Lumpur dan
Seoul.

Mengomentari sosok Moerdani, capres Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dia
telah banyak mengembangkan ABRI (sekarang TNI), seperti sistem persenjataan
yang lebih modern, kerja sama antarnegara, dan sistem pelatihan yang lebih
baik. ''Bagi kami generasi yang lebih muda, ia adalah salah satu peletak
modernisasi ABRI,'' kata Yudhoyono.

Begitu pentingnya sosok Moerdani dalam percaturan politik rezim Soeharto,
juga digambarkan dalam buku Kivlan Zen. Pensiunan perwira TNI ini masih
menyebut-nyebut peran Moerdani menjelang surutnya kekuasaan Orde Baru, yakni
pada Sidang Umum MPR 1988. Kivlan menyebutkan Moerdani pernah berambisi
untuk menduduki jabatan wakil presiden. Tapi keinginan itu gagal karena dia
keburu diberhentikan dari jabatannya sebagai panglima ABRI.

Akhirnya, biar sejarah sajalah yang menilai sosok LB Moerdani ini. Yang
pasti pengabdiannya bagi negara sudah begitu panjang. Ibarat pepatah: Gajah
mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang. Selamat jalan Pak
Benny!








More information about the Marinir mailing list