[Marinir] [KCM] Bentrok di Mamasa, Satu Tewas

YapHongGie ouwehoer at centrin.net.id
Mon Oct 18 18:52:19 CEST 2004


http://www.kompas.com/utama/news/0410/18/154301.htm

Updated: Senin, 18 Oktober 2004, 15:42 WIBNASIONAL
Bentrok di Mamasa, Satu Tewas
Polewali Mandar, Senin

Berita Terkait:
. Situasi di Mamasa Kembali Tegang
. Polisi Kejar 12 Provokator Konflik Mamasa

Satu orang warga bernama Suherman tewas di tempat dan satu lainnya bernama
Umar mengalami luka-luka. Keduanya dari kelompok warga kontra Kabupaten
Mamasa yang merupakan korban aksi baku parang dengan warga pro Kabupaten
Mamasa di Desa Uhaelanu, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat
(Sulbar), Senin (18/10) sekitar pukul 11.00 Wita.

Umar yang luka-luka itu bersama bersama dua orang warga pro Kabupaten Mamasa
yang sudah koma setelah bentrokan di desa Uhaelanu, Selatan Aralle, sekitar
67 kilometer dari Kota Polewali Mandar itu dilarikan ke rumah sakit untuk
mendapat pertolongan.
Keterangan yang dikumpulkan Antara dari Polewali Mandar menyebutkan,
kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba itu membuat masyarakat di desa
tersebut panik kemudian saling menyerang antara warga yang pro dan kontra
pemekaran Kabupaten Mamasa.
Akibatnya, korban berjatuhan pada kedua belah pihak sementara kaum wanita
dan anak-anak segera mengungsi dari lokasi konflik tersebut ke Kecamatan
Mambi yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Aralle. Hingga berita ini
diturunkan, belum diketahui pasti apakah kedua warga yang pro Mamasa itu
meninggal atau dapat diselamatkan nyawanya.

Sekertaris Forum Komunikasi Masyarakat Pitu Ulunna Salu (Fokmapus), Zakir
Akbar, mengatakan aparat kepolisian dari Polda Sulawesi Selatan dapat
mengatasi kerusuhan tersebut sekaligus mengamankan lokasi kejadian yang
secara mendadak bertikai itu.
Meski suasana sudah tampak aman setelah puluhan anggota Brimob Polda Sulsel
tiba di lokasi kejadian, namun masyarakat pro dan kontra di kecamatan itu
tetap berjaga-jaga di halaman rumah masing-masing. Sementara itu, ribuan
warga Aralle mengungsi ke Kecamatan Mambi.

Dengan jatuhnya korban meninggal tersebut maka hingga saat ini sudah
tercatat tiga orang tewas akibat konflik itu. Pada Jumat pekan lalu (15/10),
dua warga Aralle tewas yakni Muis (42) dan satu orang bayi berusia dua
bulan. "Yang meninggal pada kerusuhan Jumat lalu hanya dua orang, bukan
empat orang," kata Waka Polres Polewali Mandar, AKP Gazali.
Menurut Gazali,  Hasan dan Bahar, warga Aralle yang disebut-sebut tewas di
lokasi kejadian ternyata hanya pingsan dan kini sudah berkumpul dengan
keluarganya. Gazali juga mengatakan bahwa rumah warga yang terbakar adalah
19 buah bukan 47 buah seperti yang ramai diberitakan media massa.
Kapolwil Parepare, Kombes Pol HR. Nugroho dan Kapolres Polewali Mandar, AKBP
Dwi Riyanto saat ini berada di lokasi konflik di Aralle.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Saleh Saaf di Makassar, Senin siang membenarkan
kejadian itu, namun mengaku baru menerima laporan adanya dua orang yang
luka-luka. Peristiwa itu bermula ketika ratusan warga pro Mamasa tiba-tiba
menyerang sebuah dusun yang umumnya dihuni oleh warga yang kontra Mamasa.
Kapolda sudah memerintahkan pengiriman satu peleton Brimobda bersama 10 buah
sepeda motor untuk memperkuat pengamanan di Kecamatan Aralle, Tabulahan dan
Mambi (ATM) yang kini telah dijaga sekitar 260 personel Brimob dan perintis
serta jajara Polres Polewali Mandar.

Pemekaran
Konflik di Kabupaten Mamasa, Sulbar, khususnya di wilayah ATM muncul pasca
terbitnya Undang-Undang nomor 11 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten
Mamasa yang terpisah dari Kabupaten Polewali Mamasa (sekarang Polewali
Mandar), karena sebagian warga di ATM itu menolak bergabung dengan Kabupaten
Mamasa (kabupaten baru) sedangkan yang lainnya bersikukuh untuk bertahan di
Mamasa.
Eskalasi konflik memuncak saat masyarakat yang menolak bergabung dengan
Mamasa meminta penetapan batas wilayah yang baru sesuai Amanat UU Nomor 11
tahun 2002 yang menegaskan bahwa penentuan/penetapan batas antara Kabupaten
Polmas dan Kabupaten Mamasa (khususnya di ATM) akan ditetapkan oleh Mendagri
sesuai ketentuan pasal 6 ayat 4.

Pro kontra terus meruncing hingga pada 30 September 2004 pecah kontak fisik
antara kedua kelompok yang menyebabkan tiga orang tewas dan ribuan warga
mengungsi ke Kabupaten Majene, Mamuju, dan Polewali Mandar.
Setelah sempat tenang selama hampir setahun terakhir, pekan lalu konflik
muncul kembali saat seorang camat dipukuli oleh warga yang kontra Mamasa.
Hal ini menimbulkan reaksi keras dari kubu yang pro sehingga kawasan ATM itu
menjadi tegang kembali selama hampir sepekan terakhir. Ratusan aparat
kepolisian sudah diturunkan ke ATM termasuk lima perwira menengah, dan
suasana keamanan di tempat kejadian dilaporkan sudah dapat dikuasai penuh
oleh aparat kepolisian. (Ant/Ima)

---------------------------------

http://www.kompas.com/utama/news/0410/17/151657.htm

Updated: Minggu, 17 Oktober 2004, 15:16 WIB
NASIONAL
Polisi Kejar 12 Provokator Konflik Mamasa
Makassar, Minggu

Polisi masih mengejar 12 orang yang diangap sebagai provokator terjadinya
konflik horizontal di Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa.

"Kami sudah mengetahui pelaku-pelaku yang memicu konflik tersebut dan hari
ini diupayakan mereka sudah tertangkap untuk selanjutnya dimintai
pertanggungjawaban," kata Kapolda Sulsel, Irjen Polisi Saleh Saaf di
Makassar, Minggu (17/10).

Menurutnya, ke-12 orang tersebut sudah diketahui identitasnya, diantaranya
adalah AJ sebagai dalang pemicu terjadinya konflik tersebut bersama Ya, Sa,
Da, Ba, Ir, Nu dan An.

Kapolda mengatakan, konflik yang terjadi antara massa yang pro dan kontra
pemekaran Kabupatan Mamasa dan Polewali tersebut pada tanggal 15-16 Oktober
2004 itu, diduga didanai oleh sesorang. "Kami sudah tahu tahu penyandang
dananya," terang Saleh.

Hingga saat ini, situasi keamanan di daerah konflik sudah terkendali.
Masyarakat yang bertikai tidak bisa lagi berhubungan karena Polri sudah
menempatkan 265 personil Brimob dan perintis pada titik-titik yang dianggap
rawan, dimana memungkinkan masing-masing kelompok saling menyerang dan
membalas dendam.

Selain itu, lanjut Saleh, pihaknya juga telah menurunkan lima perwira Polda
berpangkat komisaris besar untuk terjun langsung mengendalikan situasi,
yaitu Kepala Biro Operasi Kombes Badrun, Direktur Inteligen Kombes Hamrat,
Karo Bina Mitra Kombes Moh. Saleh, Kabid Humas Kombes Andi Nurman Thahir dan
Komandan Satuan Brimob Kombes Suherlan.

Berdasarkan data Polda Sulsel, akibat dari konflik Mamasa tersebut, sebanyak
25 buah rumah dan satu rumah ibadah (gereja) hangus terbakar dan sebuah pos
polisi dirusak massa. Rumah ibadah yang terbakar itu bukannya sengaja
dibakar tetapi akibat rentetan rumah-rumah yang terbakar di seklilingnya.

Sementara itu, sekitar 600 kk mengungsi dan diamankan di desa Nakula,
Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa.  "Kami terus memperkuat pengamanan dan
memobilisasi logistik untuk para pengungsi, sambil berupaya memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya kebersamaan dalam
menyelesaikan perbedaan," ujar Saleh.

Dua Tewas
Mengenai laporan adanya dua warga tewas dan dalam konflik itu, Kapolda
membantah mereka tewas akibat kontak fisik antara dua kelompok bertikai.

Menurutnya, seorang tewas karena kena tusukan tombak teman sendiri sedangkan
seorang anak lagi tewas karena terinjak-injak kelompoknya juga saat berupaya
menyelamatkan diri. Kapolda tidak merinci identitas kedua korban tersebut.

Ia menambahkan, konflik Mamasa itu tidak terkait dengan peresmian Provinsi
Sulawesi Barat pada hari Sabtu (16/10), namun dipicu dua hal, yakni
pemukulan terhadap salah seorang camat yang pro pemekaran Kabupaten Polmas
dan Mamasa oleh masyarakat yang kontra pada tengah malam tanggal 23
September 2004 di dusun Tahat yang diorganisir Adi.

Pemukulan tersebut terjadi karena camat yang dahulunya kontra dengan
pemekaran itu beralih menjadi pro, sehingga masyarakat menaggap bahwa camat
menghianati perjuangan mereka untuk tetap bertahan di kabupten induk
Polewali-Mamasa yang kini berubah nama menjadi Polewali-Mandar.

Pemicu kedua adalah adanya pemasangan spanduk yang dilakukan seorang warga
bernama Jalilu, dimana spanduk tersebut menyatakan bahwa Aralle, Tabulahan,
Mambi (ATM) masuk wilayah Kabupaten Mamasa.

Tulisan pada spanduk tersebut memancing emosi masyarakat, karena selama ini
sudah ada kesepakatan untuk tidak membicarakan persoalan wilayah tersebut,
namun tiba-tiba muncul oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memasang
spanduk yang memancing emosi itu.

Dua orang yang tewas tersebut akibat tusukan tombak temannya sendiri dan
salah seorang anak kecil yang tewas karena terinjak-injak saat masing-masing
masyarakat berusaha menyelamatkan diri.

Konflik tersebut tidak meluas ke daerah lain, hanya terjadi di Aralle Utara,
suatu dusun yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan kendaran roda dua
dan jalan kaki. (Ant/dna)




More information about the Marinir mailing list