[Marinir] {Spam?} RE: Thio KB: Sejarah Nasional Disusun Oleh Penguasa

Surya Kawilarang suryakawilarang at hotmail.com
Thu Jul 7 16:53:41 CEST 2005


Pak Thio yang terhormat,
Saluut kepada pak Thio, yang dengan berani melakukan introspeksi atas 
kesalahannya yang lampau yang diperalat oleh PKI untuk mengusir elemen2 PSI 
dan Masyumi dalam PPI Cabang Surabaya.
Sebagai generasi baru (usia saya baru 25 tahun), saya harus banyak belajar 
kepada generasi tua yang pernah jatuh, kejeblos, bangun lagi dan bisa 
menyimpulkan pengalamannya yang positif maupun negatif.
Saya sering membaca tulisan2 dari bekas orang2 PKI yang masih berkeliaran di 
Eropa, semuanya cuma memuji dirinya bagaimana hebat, bagaimana dipercaya 
oleh orla untuk terbang ke Afrika, Eropa, Kuba dan lain2. Dalam tulisan2 
mereka,  mereka itu adalah orang yang serba benar, paling konsekwen anti 
imperialis, paling konsekwen membela kepentingan rakyat. Tapi mereka tidak 
pernah mengaku pernah berbuat kesalahan apapun, betul2 aneh, mengapa rakyat 
IndonesiaTIDAK bangkit membela mereka ketika mereka mau ditangkap, ketika 
PKI dihancurkan?
Soalnya sebetulnya sangat sederhana, rakyat tidak merasa dibela oleh mereka, 
rakyat malahan merasa semakin dibela oleh PKI, perutnya tambah keroncongan.
Yang celaka, gara2 birokhusus PKI membunuh 7 perwira AD,  ketika AD 
melakukan serangan balas, PKI malahan melarang anggotanya berlawan, akhirnya 
satu persatu dibantai kaya hewan.  Sudah begitu kebisaannya cuma menuding 
oranglain melakukan pembantaian secara biadab.
Saya tidak membenarkan pembunuhan biadab di Jateng, Jatim dan Bali. Tapi, 
korban besar yang berjatuhan itu tak lepas dari kesalahan PKI yang memulai 
membantai 7 perwira AD.  Dan selama ber-tahun2 PKI selalu mengancam akan 
membasmi lawan politiknya yang dicap sebagai setan siluman,  cuma merekalah 
yang manusia. Karena ketakutan akan dibantai beneran oleh PKI, timbulah aksi 
bersama dari orang2 yang selama itu dikategorikan sebagai 3 setan kota dan 7 
setan desa, melakukan pembunuhan terhadap semua yang dicurigai sebagai 
anggota PKI. Ini yang kita kenal sebagai Tragedi Nasional 1965.
Kini, yang penting harus menyimpulkan pengalaman sejarah. Jangan coba2 
meniupkan api revolusi lagi,
revolusi a la Perancis, revolusi a la Amerika, revolusi a la Tiongkok, 
revolusi a la Russia, semuanya tidak cocok untuk Indonesia. Semuanya menjadi 
sumber saling bantai antara sesama bangsa Indonesia.Perbedaan paham politik 
harus diselesaikan secara damai, melalui pemilu yang demokratis, merebut 
kekuasaan dengan jalan damai (pemilu), dan marilah kita sama2 
menghancurleburkan teori komunisme : 'MEREBUT KEKUASAAN POLITIK DENGAN 
MEMBANGKITKAN MASSA DAN MENEMPUH JALAN REVOLUSI BERSENJATA" Tegakkan 
semangat gotongroyong, musyawarah yang sesuai dengan kepribadian nasional.
Wasalam,
Surya Kawilarang, Jakarta, 7 Juli 2005.

>From: "Yap Hong Gie" <ouwehoer at centrin.net.id>
>To: "Post MAR Polarhome" <marinir at polarhome.com>,        "Post IndoMildiLN" 
><IndoUsaMil at yahoogroups.com>,        "Post Tionghoa-Net" 
><tionghoa-net at yahoogroups.com>
>Subject: Thio KB: Sejarah Nasional Disusun Oleh Penguasa
>Date: Wed, 6 Jul 2005 16:16:09 +0700
>
>----- Original Message ----- From: kengbouw thio
>To: HKSIS at yahoogroups.com
>Sent: Wednesday, July 06, 2005 3:24 PM
>Subject: [HKSIS] Asvi Warman Adam: Kurikulum 2004 Lebih Demokratis
>
>SEJARAH NASIONAL DISUSUN OLEH PENGUASA
>
>Di negara manapun di dunia, sejarah nasional yang diajarkan di sekolah2
>selalu disusun oleh penguasa.
>Ini sesuai dengan kepentingan penguasa untuk memperkuat kekuasaannya.
>Apakah sejarah nasional itu betul2 objektif, betul2 sesuai dengan keadaan
>sebenarnya,  ini aalah soal yang selalu diperdebatkan tak habis2nya.
>
>Saya berpendapat, tidak satu sejarah nasional di dunia ini yang 100% jujur
>dan lurus. Pasti ada bagian2 tertentu yang digelapkan, diputarbalikkan,
>dipalsukan dlsb. Semua nya sesuai dengan kepentingan golongan berkuasa pada
>waktu itu.
>
>Jika PKI yang berkuasa, pasti akan disusun sejarah nasional, yang 
>mengatakan
>G30S didalangi oleh Suharto dan CIA. Ini yang sering kita baca dalam
>artikel2 yang jumlahnya ratusan (mungkin ribuan) dari mantan anggota PKI
>yang masih hidup di dalam maupun diluar negeri.
>Belakangan ini banyak disebut-sebut, pak Asvi, pakar sejarah Indonesia yang
>jujur, yang ingin meluruskan sejarah nasional yang tidak lurus yang
>diajarkan di sekolah Indonesia pada jaman orba hingga detik ini.
>
>Sayapun mengharapkan, negara kita pada akhirnya bisa tampil seorang pakar
>sejarah yang jujur dan tidak berfihak.
>Tapi harapan ini selalu terbentur oleh SIAPA YANG BERKUASA di Indonesia.
>Mencari penguasa yang netral dan tidak berfihak, sukarnya sama dengan
>mencari sebatang jarum di samudera Pasifik.
>Maka nasib sejarah nasional Indonesia yang diajarkan di sekolah2 tidakakan
>berubah untuk se-lama2nya.
>Dan disamping buku sejarah nasional yang diresmikan oleh Pemerintah
>(Penguasa), pasti beredar dalam masyarakat baik secara terang2an maupun
>secara sembunyi2 buku sejarah yang ditulis oleh manusia2 yang mewakili
>golongannya sendiri.
>
>Kita tidak usah khawatir kepada generasi muda masa kini dan masa mendatang.
>Mereka semua memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi ketimbang angkatan
>tuabangka seperti kita2 ini, meskipun di sekolah diajarkan sejarah yang
>tidak lurus, setelah terjun ke dalam masyarakat, mereka akan pelan pelan,
>menggunakan otaknya untuk berfikir, mampu membedakan mana yang benar dan
>mana yang salah, mana yang lurus dan mana yang bengkok.
>
>
>Ambil contoh diri saya, dan banyak teman2 sekolah saya di Sin Hoa dan Pa
>Tsung Jakarta.
>Sejak usia 11 tahun, saya sudah dijejali oleh propaganda Komunis, hal ini
>berlangsung sampai saya berusia 17 tahun. Karena diluar kemauan saya,
>sekolah saya itu ternyata dikelola oleh orang2 Komunis illegal, sehingga
>dalam otak saya boleh dibilangi sudah diracuni oleh ajaran Komunis ortodox
>yang ektrim, yang terkenal dalam soal pemalsuan sejarah dan penggelapan
>fakta2 objektif yang terjadi di RRT dan Uni Sovyet.
>
>Setelah saya meninggalkan sekolah Pa Tsung, masuk Pemuda Baperki (ini 
>sangat
>wajar, karena sejak di Pa Tsung, pak Siauw Giok Tjhan sudah menjadi idola
>kami, sebagai tokoh WNI keturunan Tionghoa). Apalagi 2 puteri Siauw juga
>bersekolah di Pa Tsung.
>Dalam Baperki, saya berkenalan dengan banyak orang Kristen dan Katholik 
>yang
>anti Komunis.
>Dan sayapun selalu diajarkan agar bagaimana menyingkirkan orang2 anti
>Komunis dari Pemuda Baperki.  Dan hal ini pernah saya lakukan pada 1958 di
>Surabaya, merebut kekuasaan Pimpinan Cabang PPI Surabaya dari tangan orang2
>PSI dan Masyumi, dan menyerahkan ke tangan orang2 Pemuda Rakyat dan PKI.
>Semua saya lakukan atas hasutan dari Tokoh Sobsi PKI yang duduk sebagai
>sekeretaris I Baperki Jawa Timur.
>
>Ketika itu, karena masih boca ingusan dalam bidang politik, semua saya
>lakukan dengan sadar dan bangga. Karena saya sudah diindoktrinasi, bahwa
>Komunis itu mewakili kekuatan yang revolusioner, revolusioner berarti suatu
>hal yang suci, yang luhur cita2nya, yang akan membawa rakyat ke masyarakat
>adil dan makmur, yang tanpa penghisapan manusia atas manusia.
>Teman saya yang sekolah Kristen dan Katholik mengkritik perbuatan saya, 
>saya
>dicap telah diperalat oleh PKI.
>Teguran keras dari teman2 saya sangat berguna kelak ketika saya 
>menyimpulkan
>sejarah PPI, yang positif dan yang negatif.
>
>Disamping PPI, saya masuk PPK (Perkumpulan Pemuda Kristen) yang dulu 
>bernama
>Tiong Hoa Ki Tok Kauw Tjeng Lian Hwee, yang memiliki gedung perkumpulan di
>Jalan Krekot 28 Jakarta.  Tempat ini juga merupakan tempat dimana PPI 
>Cabang
>Jakarta dilahirkan.
>Saya masih ingat, ketika tahun 1955 dan 1956, mayoritas mutlak anggota PPI
>Jakarta terdiri dari para pelajar SMA Kristen, kemudian anak sekolah Pa Hwa
>yang non Komunis, yang berasal dari sekolah Komunis cuma saya seorang diri.
>
>Hidup dalam lingkungan yang demikian itu, lambat laun membikin racun2
>Komunis yang saya terima dari Pa Tsung dan Sin Hoa menjadi luntur.
>Ini yang membikin pada 1958 saya masuk ke Universitas Katholik Parahiyangan
>jurusan Hukum di Bandung, dan masuk menjadi anggota GMKI (Gerakan Mahasiswa
>Kristen Indonesia), di mana banyak teman2 PPI dan PPK menjadi anggotanya.
>Selama 1958-1962, racun2 Komunis tambah luntur.
>Namun akhirnya kemasukan lagi, karena ketika itu semuanya harus belajar
>TUBAPI, alias 7 BahanPokok Indoktrinasi, yang diharuskan oleh Pemerintah
>Indonesia kepada semua pimpinan ormas revolusioner.
>
>Sebagai angggota pimpinan PPI (Pemuda Baperki), saya mengikuti kursus kader
>revolusi yang gurunya antaranya adalah Ruslan Abdulfgani, Ali 
>Sastroamijoyo,
>K.H. Dahlan, DN Aidit, Asmara Hadi, K Sirajuddin Abas, Sudibio dll. Kursus
>Kader Revolusi ini isinya banyakpersamaan dengan apa yang saya te! rima
>disekolah Komunis Pa Tsung.
>Maka racun Komunis mulai tumbuh lagi, dan setiap saat bertempur dengan
>pelajaran2 yang pernahsaya terima di Universitas Parahiyangan..
>
>Antara 1965-1977, saya menerima suaka politik di RRT, karena tidak bisa
>kembali ke Indonesia.  Di RRT, sedang berkecamuk Revolusi Besar Kebudayaan
>Proletariat (RBKP). Yang berkuasa di RRT adalah Mao Tjetung dan Gang Of
>Four, yang menguasai mass media dan penerbitan, perfilman, seni budaya
>sampai olahraga. Racun Komunisme mulai menyerang otak saya lagi, anak muda
>yang gila musik dan banyak menghabiskan waktu untuk latihan piano, paling
>gampang diserang oleh racun Komunisme ini.
>
>Setiba di Hong Kong, kota internasional yang bebas untuk membaca buku apa
>saja, dari yang Komunis sampai yang anti Komunis.
>Pelan2 otak saya diputar, diperas, menyimpulkan apa yang lurus dan apa yang
>bengkok, akhirnya saya dicap antek orba anjing Suharto, agen CIA oleh 
>mantan
>PKI yang bercokol di Amsterdam.
>Ketika saya bilang PKI itu kalah karena Hukum Karma, saya dimaki religius
>dan tahayul. Minta ampuuuuuuun.
>
>Padahal sangat sederhana toh, PKI membunuh 7 perwira AD, kemudian datang
>pembalasan yang datang dari sahabat2 7 perwira itu, anggota2 PKI dilarang
>berlawan dengan alasan jangan terprovokasi, maka jatuhlah korban jutaan 
>itu.
>Ini namanya hukum karma.
>Memang mereka sering marah2, mestinya yang dibantai 7 perwira, yang dibunuh
>cuma 7 anggota Polit Biro PKI saja.
>Tapi mereka lupa, yang setiap hari mengobarkan semangat revolusi adalah 
>PKI.
>
>Apa revolusi itu? Revolusi adalah perebutan kekuasan dengan kekerasan
>bersenjatan, revolusi mengandung arti membunuh, merampok dan membakar 
>lawan2
>politiknya. Siapa yang mulai mencetuskan revolusi (Dewan Revolusi), mereka
>harus menerima akibatnya, dibunuh oleh lawan2nya.
>Jika KI Berkuasa, siapa yang berani menjamin PKI tidak akan membunuh
>lawannya secara kejam, seperti yang dilakukan oleh Pol Pot di Kamboja, yang
>mmenbantai sepertiga rakyat Kamboja tak berdosa?
>
>Jadi tidak usah khwatir akan nasib generasi muda di Indonesia sekarang,
>,meskipun mereka membaca sejarah Indonesia yang katanya bengkok, setelah
>terjun ke dalam masyaralat, melalu perjuangan dan keuletannya sendiri,
>mereka akan bisa membedakan mana yang lurus dan mana yang bengkok.
>
>Thio Keng Bouw, 5 Juli 2005.
>
>
>
>HKSIS <SADAR at netvigator.com>
>http://www.sinarharapan.co.id/berita/0507/05/nas10.html
>
>Liputan Khusus
>Asvi Warman Adam: Kurikulum 2004 Lebih Demokratis
>
>JAKARTA - Heboh kurikulum 2004 yang tak menyebut-nyebut Partai Komunis
>Indonesia (PKI) dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dalam mata ajar
>sejarah meresahkan sejarawan Asvi Warman Adam. Peneliti dari Lembaga Ilmu
>Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dikenal intens bicara soal sejarah PKI 
>ini
>menyebut kehebohan itu sama sekali tak beralasan.
>---------------- c u t  -----------------
>

_________________________________________________________________
46 FREE English Classes, ACT Now! 
http://www.linguaphonegroup.com/BannerTrack.asp?EMSCode=MSN03-08ETFJ-0211E



More information about the Marinir mailing list