[Marinir] [RepublikaOnline] Roeslan Abdulgani: Jangan Tinggalkan Pancasila

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Thu Jun 2 16:42:43 CEST 2005


Kamis, 02 Juni 2005
Roeslan Abdulgani: Jangan Tinggalkan Pancasila

JAKARTA -- Tokoh nasional Roeslan Abdulgani menegaskan Pancasila sebagai
ruh dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai saat ini
masih sangat relevan dan dibutuhkan untuk membangun bangsa yang bermartabat
dan punya harga diri di mata dunia.

''Bangsa ini akan mengalami kesulitan besar kalau ideologi Pancasila 
ditinggalkan.
Itu sudah diingatkan Bung Karno pada akhir pemerintahannya,'' kata Roeslan, 
di Jakarta, Rabu (1/6).

Momentum peringatan hari lahir Pancasila ke-60 yang jatuh kemarin juga
dimanfaatkan oleh sejumlah tokoh politik nasional untuk bertemu di kediaman
mantan wakil presiden Try Soetrisno, Jl Purwakarta No 6, Menteng, Jakarta
Pusat. Pertemuan kemarin dihadiri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati
Soekarnoputri, Akbar Tandjung, Wiranto, Moeslim Abdurrahman, Soerjadi
Soedirdja, Taufik, Max Moein, dan aktivis Indemo Hariman Siregar.
BJ Habibie dan Amien Rais tidak hadir. Menurut Try, Habibie dan Amien tidak 
sedang berada di Jakarta.

Gus Dur yang meninggalkan pertemuan lebih awal mengatakan pertemuan tersebut
hanya berbicara soal Pancasila. ''Kepentingan pertemuan hanya peringatan
[hari lahir] Pancasila. Kita tukar pikiran, karena Pancasila memerlukan
interpretasi terus menerus. Jadi harus dilihat dan ditinjau. Pertemuan tidak
untuk menyikapi apa-apa,'' katanya. Usai pertemuan, para tokoh langsung
bergegas meninggalkan kediaman Try. Try mengatakan, pertemuan ini dalam
rangka 1 Juni sebagai tonggak refleksi dan koreksi diri. ''Sudah ada
indikasi rel perjalanan bangsa ini membelok,'' ujarnya. Menurut dia, dasar 
negara masih resmi, tapi sudah jarang ditampilkan dalam praktik.
''Contohnya dalam berdemokrasi, kita tidak perlu pakai demokrasi sosialis 
dan liberal.
Kita harus pakai demokrasi khas Indonesia. Tadi kita sudah sepakat agar 
tidak munafik.''

Dia menolak anggapan bahwa pertemuan tersebut akan menjadi semacam kaukus
politik untuk mengoreksi pemerintah dan jalannya reformasi. ''Tidak akan
jadi kaukus. Ini forum silaturahim biasa yang tidak mengikat. Kami hanya 
ingin
mengingatkan semua pihak, baik di eksekutif, legislatif, dan masyarakat.
Kalau ada yang lemah diingatkan.'' Pertemuan kali ini, kata Try Soetrisno, 
masih
membahas masalah-masalah dasar. Bila sudah sama, kata dia, pada pertemuan
berikutnya para tokoh itu akan membahas kasus per kasus secara fokus.
''Pertemuan ini akan rutin, tapi tidak terikat harus digelar sebulan 
sekali,'' katanya.
(run )

© 2005 Hak Cipta oleh Republika Online



More information about the Marinir mailing list