[Marinir] [republika] Panggung Gedung Putih untuk SBY

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Tue Jun 7 19:59:53 CEST 2005


http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=200466&kat_id=3

Selasa, 07 Juni 2005
Dari Kunjungan Presiden ke AS, Vietnam, Jepang (1)
Panggung Gedung Putih untuk SBY


Hujan turun di Andrews Air Force Base, Maryland, Selasa (24/5) malam.
Tidak ada pemeriksaan, seperti biasa memasuki Amerika Serikat sejak 11 
September 2001. Dari pesawat kepresidenan, rombongan langsung memasuki 
kendaraan dan meluncur ke Hotel Willard, Pennsylvania, Washington DC --hanya 
beberapa blok dari Gedung Putih.

Washington telah tenggelam dalam malam. AS sepertinya tidak menakutkan, tapi
setumpuk pekerjaan telah menanti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
keesokannya. Sembilan pertemuan yang harus ia hadiri selama 15 jam, sejak
pukul 07.00 hingga 21.40.

Sepanjang hari, Rabu, Presiden bertemu dengan pimpinan Caterpillar, Altria
Corporation, Merrill Lynch, dan Paiton Energy untuk membahas komitmen
investasi mereka di Indonesia. SBY pun bertemu mantan menlu, Henry
Kissinger, dilanjutkan ke House of Representative di Capitol Hill, dan
jamuan santap siang bersama Wakil Presiden, Richard B Cheney; dan Menlu,
Condoleezza Rice.

Puncak acara, pertemuan dengan Presiden AS, George W Bush, di Gedung Putih.
Selain menjelaskan iklim investasi yang membaik dan perubahan di Indonesia
--pemberantasan korupsi, demokratisasi, penegakan hak asasi manusia, 
penegakan hukum, dan pengejaran terhadap pembalak liar--  sisi paling 
menonjol adalah perbaikan hubungan militer.

Bush memberikan dukungan kuat terhadap reformasi militer dan percaya pada
upaya Yudhoyono. ''Masuk akal untuk meningkatkan hubungan militer dengan
Indonesia,'' ujar Bush usai pertemuan di Ruang Oval.
Program International Military Education and Training (IMET) pun kembali
lancar setelah Indonesia --berdasarkan investigasi TNI dan FBI-- menemukan
fakta pelaku pembunuhan terhadap dua warga AS, Rick Spears dan Ted Burton,
di Timika, bukan TNI, melainkan Antonius Wewang (anggota OPM Papua).

Namun, soal embargo militer tetap mengganjal. Kongres AS tetap mempersoalkan
pelanggaran HAM di Timor Timur. Indonesia telah berupaya menyelesaikan
persoalan ini melalui mekanisme bilateral dengan Pemerintah Timor Leste,
dengan membentuk Commission of Truth and Friendship (CTF). Pemerintah AS dan
sebagian anggota Kongres menginginkan pembentukan Commision of Experts (CoE)
yang digagas PBB dan ditolak Indonesia.

Pada 20 November 2004, Senat AS mengesahkan UU Apropriasi, termasuk mengenai
bantuan kepada Indonesia tahun fiskal 2005. Dalam Foreign Military Financing
Program  --yang di dalamnya menyangkut bantuan lisensi ekspor lethal defence
articles--  AS siap memberikan bantuan apabila Presiden AS memberikan
sertifikasi bahwa TNI tak lagi melanggar HAM; Menhan RI harus mengadili 
anggota TNI pelanggar HAM berat atau mereka yang membantu milisi dalam 
kerusuhan Timtim; kemudian TNI bekerja sama dengan jaksa penuntut sipil dan 
lembaga peradilan Indonesia serta United Nations-East Timor Serious Crime 
Unit (SCU); dan Menhan RI harus menjalankan transparansi publik atas audit 
penerimaan dan pembelanjaan TNI.

Dukungan Bush pada reformasi militer merupakan sinyal positif pencairan
embargo. Tetapi, kewenangan ada pada Kongres AS yang tetap memberlakukan
Leavy Amandement, yang mensyaratkan Indonesia mengadili para pelaku
pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.

Presiden Yudhoyono sedang berupaya keras. Bush pun terkesan sangat memberi
ruang hubungan, bahkan secara personal kedua pimpinan negara demokrasi itu
sangat hangat. Dalam acara Asian Pacific American Heritage di East Wing, di
hadapan lebih dari dua ratus orang undangan, Bush tidak hanya memperkenalkan
SBY sebagai pemimpin yang sukses menangani korban tsunami Aceh, tapi juga
mengumumkan rencana pernikahan putra SBY, Agus Harimurti.

Setelah menyatakan kebanggaan pada SBY, Bush mempersilakan SBY berpidato.
Ia memberi panggung kepada SBY. Dan, SBY  --dengan postur tubuh yang sama
tingginya dengan Bush dan bahasa Inggris yang baik--  mengambil kesempatan
itu. Ia membuat suasana menjadi haru ketika bercerita tentang surat-menyurat
anak AS, Maggie, dengan anak korban tsunami, Nadha Lutfiah.
''Saya sangat tersentuh membaca surat Anda, Maggie. Ayah, ibu, dan saudara
lelaki saya hilang karena tsunami. Saya tak punya siapa-siapa lagi, kecuali
saudara sepupu saya. Surat dan perhatian Anda serta teman-teman telah
membuat saya gembira,'' tulis Nadha, yang dibacakan SBY sambil menunjukkan
foto Nadha yang mengenakan jilbab. SBY terdiam sejenak, suaranya bergetar.
George W Bush, di samping kanannya, tertunduk. Menutup pidato, Yudhoyono
mengatakan betapa dunia menjadi indah apabila setiap orang dapat
berkomunikasi, seperti yang telah dilakukan Maggie dan Nadha.

Hadirin berdiri dan bertepuk tangan panjang. Yudhoyono telah membawa rasa
kemanusiaan di East Wing Gedung Putih.
SBY sadar betul, setiap peluang dalam kunjungan ke AS harus dimanfaatkan.
Stamina yang kuat memungkinkannya mempromosikan Indonesia dalam setiap
kesempatan.

Usai berjumpa Bush, SBY bertemu Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, 
kemudian berpidato dan berdiskusi dengan anggota United States-Indonesia 
Society (Usindo).
Di sela-sela joke-joke segar, SBY menjelaskan perubahan yang terus
dilakukan, termasuk pemberantasan korupsi, perbaikan iklim investasi, dan
penghargaan terhadap hak asasi manusia. Reaksi hadirin sangat positif. SBY
tampil layaknya salesman, penyampai yang baik mempromosikan Indonesia
sebagai negara yang tepat bagi investor.

Dalam kesibukan padat itu, SBY menerima pimpinan ExxonMobil, Conoco
Phillips, dan Freeport McMoran. Mereka setuju untuk melanjutkan investasi di
Indonesia dan mendorong Indonesia memperbaiki iklim investasi. Tidak hanya
itu. SBY menyempatkan diri mengunjungi Microsoft dan berdiskusi dengan Bill
Gates, setelah lebih dahulu bertemu sekitar 25 orang WNI yang bekerja di
Microsoft. Dengan Bill Gates, SBY mengajak Microsoft membangun pusat riset
dan bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Bill Gates --yang biasanya sulit ditemui, apalagi mengantarkan tamunya
hingga halaman-- menerima ajakan SBY serta segera mengirim tim ke Indonesia.
Dengan pakaian resmi, Gates mengantar SBY sampai pintu mobil.

Kunjungan SBY yang sangat padat --namun ia sempat membeli sejumlah judul 
buku, yang memaksa pengawal resmi AS sibuk--  cukup berhasil.
Ia tidak saja menerima komitmen investor, sambutan hangat Gedung Putih, 
perbaikan hubungan militer, tapi juga mendapatkan panggung untuk memainkan 
perannya dalam fora internasional.

Kini, SBY tinggal menentukan peran dan karakter yang akan dimainkan, di saat
secara bersamaan Kedutaan Besar AS di Jakarta ditutup karena disebut-sebut
ada ancaman bom.

( asro kamal rokan )

© 2005 Hak Cipta oleh Republika Online



More information about the Marinir mailing list