[Marinir] [SP] Provokator (16/6/05)

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Sat Jun 18 10:22:06 CEST 2005


http://www.suarapembaruan.com/News/2005/06/19/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY
         Provokator
Last modified: 16/6/05


HIDUP sebagai makhluk sosial yang bernama manusia, tentu saja membutuhkan
teman, sesama untuk saling menunjang dalam hidup. Mustahil seseorang
berkata, dia tidak membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup ini. Sejalan
dengan kehidupan itu sendiri, kita sering terjebak menjadi penilai orang
lain, menvonis dengan macam-macam sebutan dan predikat.
Kita lupa, untuk hidup sukses kuncinya adalah mengembangkan diri sendiri,
bukan menilai orang lain dalam hal apa pun..! Dan kunci hidup sukses
berdampingan adalah kerja sama serta saling menghargai.

Soal kerja sama, kita bisa melihat contoh dari negara Belanda. Letak
tanahnya yang sebagian besar berada di bawah permukaan laut, membuat mereka
(sesama warga) mau tidak mau harus bekerja sama untuk bisa hidup sejahtera.
Mereka diharuskan oleh keadaan untuk bekerja sama membangun kincir air,
pintu air dan kanal-kanal, serta membangun keseimbangan antara lingkungan
hidup dan moral manusianya. Mereka sadar kerusakan lingkungan hidup akan
menimbulkan malapetaka bagi masing-masing individu.

Di tanah air, kita melihat kerja sama warga yang patut diteladani adalah
lewat sistem pengairan sawah di Bali, yang terkenal dengan sebutan Subak. Di
sana, warga bergantian mengaliri sawah-sawah mereka dengan bijaksana dan
adil. Dalam sistem Subak, warga tidak mengenal musim kering dan musim hujan,
yang ada adalah jaminan sawah mereka selalu subur karena kerja sama yang
terbina dengan baik dan adil dalam pembagian air. Sayangnya sistem ini tidak
diadaptasi oleh semua wilayah persawahan di Indonesia.

Pada hakikatnya, yang seharusnya terjadi adalah yang namanya 'baik' untuk
seseorang, juga harus 'baik' untuk lingkungannya. Begitu juga sebaliknya.
Nah, dalam hal memperjuangkan yang 'baik' ini, pasti terjadi benturan
kepentingan masing-masing pihak. Dan masing-masing pihak akan berseteru
menggelar visi dan misinya dengan segala cara.

Dan yang paling berbahaya jika dalam tahap ini ada provokator. Mereka
memanasi keadaan kedua pihak. Banyak kericuhan akan terjadi dan apa yang
diperjuangkan dengan istilah 'baik' untuk kedua pihak, menjadi buyar.
Sengketa dan skandal yang akan muncul dengan cepat. Jika hal ini terjadi,
yang paling menderita tentu saja semua pihak.

Motivator
Sejak Soeharto lengser, provokator menjadi kata popular di lingkungan
masyarakat. Saat ada gejolak, pasti media cetak dan elektronik
menyebut-nyebut si A atau si B sebagai provokatornya. Untuk lebih jelas,
provokator adalah pihak yang memanas-manasi keadaan, ibarat menyiram
minyak pada api.
Keadaan yang biasa pun bisa berubah menjadi kerusuhan hebat karena ada
provokator. Sebab mereka bertindak untuk kepentingan dirinya atau
golongannya saja, tanpa memikirkan kepentingan pihak lain atau masyarakat
pada umumnya.

Dalam perusahaan pun, jika ada provokator, keadaan menjadi lebih kisruh.
Sering kali seorang provokator muncul dari diri seseorang yang mempunyai
'rencana lain' dari apa yang digelar. Contohnya, dengan memperjuangkan
hak-hak karyawan lewat aksi unjuk rasa, padahal yang sebenarnya semua itu
berlatar belakang dendam pribadi pada pemimpin atau perusahaan itu sendiri.

Provokator bisa muncul pada seseorang yang mempunyai jiwa labil, yang
mempunyai visi dan misi 'idealis' sebagai cetusan dari depresi yang sedang
terjadi pada jiwanya yang sedang bergejolak. Dengan kata lain, dia sendiri
tidak tahu arah seharusnya dalam menjalani hidup ini. Jenis provokator
seperti ini, mudah dilihat dari sikap dan tampilan fisik yang sangat kacau.
Jika seseorang punya kemampuan menjadi provokator, alangkah baiknya jika
dia murni berjuang untuk kepentingan orang banyak.

Dia bisa berubah menjadi motivator yang andal. Dia mampu mengendalikan
IQ, EQ, dan SQ-nya.
Peran kecerdasan nalar, emosi, spiritual (di sini bisa dijabarkan sebagai
kecerdasan batin) bisa berjalan seimbang. Di sinilah letak kemuliaan hati
seseorang yang tercermin dalam tindakannya.
Sebagai motivator, seseorang bisa bertindak mempengaruhi orang lain, dalam
artian yang positif, seperti memberi semangat kerja dan meluruskan
pikiran-pikiran yang menyesatkan atau salah kaprah dari isu-isiu yang
dilontarkan secara tidak bertanggung jawab.

Selain itu, dia juga bisa meredam kegelisahan yang muncul dari banyak sebab.
Sehingga, sangat penting bagi seorang motivator untuk memiliki rangkuman
dari pengendalian emosi, nalar, dan spiritualnya. Spiritualitas merupakan
refleksi dari keterbukaan, mudah menerima, punya kesabaran, sikap
keingintahuan yang luas, dan sadar bahwa yang ada dalam kehidupan ini lebih
besar dari apa yang dilihat atau dipikirkan.

Seorang motivator mampu menjabarkan dengan cepat keadaan yang sedang
berlangsung dan jeli melihat kesempatan atau peluang untuk melancarkan
'suntikan-suntikan' pada orang lain.

Seorang motivator, mampu menyederhanakan masalah (bukan menyepelekan
masalah), dengan tidak melakukan 'perbuatan konyol', seperti bercerita ke
sana-sini mengenai masalah yang dihadapi. Terlalu banyak bicara, cenderung
memperbesar masalah, tanpa hasil yang jelas, serta memancarkan sinyal-sinyal
perseteruan yang bisa merugikan perjuangan untuk mewujudkan keharmonisan.

Lianny Hendranata
ray_and_mel at hotmail.com




More information about the Marinir mailing list