[Marinir] Fw: Komentar tentang RM-70 Grad
Yap Hong Gie
ouwehoer at centrin.net.id
Thu Jun 16 22:06:46 CEST 2005
----- Original Message -----
From: Doddy Samperuru
To: commando at gramedia-majalah.com
Cc: TeknologiStrategiMiliter at yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 16, 2005 5:28 PM
Subject: Komentar tentang RM-70 Grad
Redaksi Commando Yth.,
terima kasih telah menurunkan artikel tentang sistem roket berpeluncur multi
RM-70 Grad (No. 5, Maret-April 2005, tulisan Sdr.Santoso Purwoadi) kepunyaan
Kormar. Sekarang masyarakat pasti sudah banyak yang lebih mengenal tentang
artileri terbaru milik Marinir tersebut.
Walau demikian, perkenankanlah saya menyampaikan komentar tentang RM-70 ini.
1. Walau sistem RM-70 mempunyai rak roket cadangan ("magasen") yang
dilengkapi dengan tuas pendorong bertenaga listrik untuk mempermudah dan
menyingkat waktu loading roket ke dalam tabung peluncur, saya berasumsi
untuk mengisi roket ke dalam rak roket cadangan mestilah dilakukan secara
manual. Kalau rak roket cadangan kosong, maka untuk mengisi tabung peluncur
roket juga mestilah dilakukan secara manual; roket diangkat dan dimasukan
memakai tangan dan tenaga manusia satu per satu sebanyak empat puluh biji ke
dalam tabung peluncurnya (sebiji roket Grad beratnya 66kg & panjangnya
hampir 3 meter). Proses ini tentulah akan memakan waktu yang cukup lama,
mungkin antara setengah sampai satu jam. Kita tahu bersama, dalam keadaan
perang waktu sering menjadi faktor penentu menang atau kalah. Belum lagi
para personel Marinir yang bertugas mengisi roket di luar akan terekspos
pada tembakan balasan lawan atau juga serbuan personel lawan.
Usul saya, pasang sebuah crane hidrolik di tiap truk pengangkut amunisi.
Crane ini dapat didesain untuk mengangkat 40 biji roket sekaligus dari bak
truk pengangkut amunisi langsung ditaruh di tempat rak roket cadangan. Saya
merasa iba melihat foto-foto personel sedang bergotong-royong memanggul
sebiji roket dan berusaha memasukannya ke dalam tabung peluncur.
2. Maaf kalau saya salah mengerti, dari artikel tersebut RM-70 masih
menggunakan sistem pembidikan manual memakai teropong panorama PG-1M untuk
menentukan sudut kemiringan tabung peluncur roket. Pertanyaannya, apakah
susah untuk memakai sistem otomatis yang dikontrol oleh komputer yang lebih
canggih ? Ketik sekian derajat, tekan tombol enter dan tabung peluncur roket
akan memposisikan dirinya secara otomatis. Semuanya dilakukan lewat komputer
yang terletak di dalam kabin. Personel tak perlu keluar untuk membidik
teropong yang akan membuatnya terekspos bahaya di luar. Lagipula sehabis
menembakan 40 biji roket, diperkirakan kawasan sekitar unit akan penuh
diselimuti asap propelan roket yang dapat mengurangi keakuratan teropong.
Sistem otomatis dengan komputer ini sudah dipakai di M270 MLRS kepunyaan US
Army.
3. Truk Tatra 813 Kolos mempunyai desain wind-shield yang kurang ergonomis;
sangat kecil dan pelit kaca (hanya dua pertiganya kaca, sisanya pelat baja).
Ini jelas-jelas mengurangi visibility dari pengemudi terutama sangat
mengemudikan di jalan raya. Usul saya untuk memodifikasi daerah sini,
tambahlah kaca di tengah-tengah.
4. Redaksi lupa menyebut negara-negara tetangga mana saja yang sudah punya
sistem MLRS ini. Kalau Indonesia diwakili Kormar sudah memiliki beberapa
biji saja RM-70, jiran kita kerajaan Malaysia sudah punya 18 biji Astross II
(dipanggilnya Keris) dan 18 biji lagi sedang diproses. Saya kurang jelas
dengan tetangga lainnya.
5. Usul, untuk artikel sejenis yang menerangkan alutsista TNI, akan sangat
baik kalau Redaksi dapat menerangkan alasan-alasannya kenapa sistem
alutsista tersebut yang dipilih. Ini untuk tujuan mencerdaskan masyarakat.
Terima kasih.
Salam,
Doddy Samperuru
http://groups.yahoo.com/group/TeknologiStrategiMiliter/
More information about the Marinir
mailing list