[Marinir] [Kompas] Program Pelatihan Militer RI-AS Akan Direvitalisasi

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Fri May 27 06:21:16 CEST 2005


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/27/utama/1776322.htm

Berita Utama
Jumat, 27 Mei 2005
Program Pelatihan Militer RI-AS Akan Direvitalisasi

Washington, Kompas - Setelah melakukan pembicaraan selama 45 menit di Ruang 
Oval Gedung Putih di Washington DC, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan 
Presiden Amerika Serikat George Walker Bush akhirnya sepakat bahwa kerja 
sama militer Indonesia-AS yang bisa dilakukan saat ini adalah peningkatan 
program tukar-menukar pendidikan dan pelatihan, yang sifatnya militer ke 
militer. Program pelatihan militer akan direvitalisasi meski AS belum 
mencabut embargo pembelian persenjataan yang diterapkan terhadap Indonesia.

"Adalah hal yang masuk akal jika kedua negara memiliki program kerja sama 
mil to mil (militer ke militer-Red). Semakin baik (kualitas-Red) prajurit 
Indonesia, maka akan semakin kuat juga saling pengertian di antara militer 
kedua negara. Saya senang dan ingin prajurit-prajurit Indonesia belajar dan 
mendapat pelatihan di Amerika," ujar Bush yang bersama Presiden Yudhoyono 
memberikan keterangan kepada pers seusai pertemuan Rabu (25/5) sore waktu 
setempat (Kamis dini hari WIB).

Menurut laporan wartawan Kompas Nugroho F Yudho dari Washington semalam, 
dalam pertemuan itu Presiden Yudhoyono didampingi Menteri Luar Negeri Hassan 
Wirajuda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aburizal Bakrie, Menteri 
Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Sri 
Mulyani Indrawati, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Ketua Badan Pelaksana 
Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Sumut Kuntoro Mangkusubroto, serta 
Juru Bicara Presiden Dino Pati Djalal.

Pencabutan embargo senjata memang bukan satu-satunya topik dalam pembicaraan 
di antara kedua kepala negara. Menurut Presiden Yudhoyono, dalam pertemuan 
tersebut memang dibahas upaya untuk melakukan normalisasi hubungan militer 
kedua negara, termasuk pencabutan embargo peralatan persenjataan yang 
diterapkan AS.
"Tapi, kami juga membicarakan hubungan militer kedua negara. Saya juga 
menjelaskan reformasi di tubuh militer yang sudah dilakukan di Indonesia 
agar perannya makin kondusif dalam kehidupan bangsa yang demokratis. Kami 
berharap, sebagai sesama negara demokratis, kedua negara bisa meningkatkan 
kerja sama, termasuk normalisasi hubungan militer," ujar Yudhoyono.

"Presiden Yudhoyono tadi menjelaskan kepada saya proses reformasi militer di 
Indonesia dan suasana di Indonesia yang sudah kondusif untuk kehidupan 
demokrasi. Saya percaya hal itu dan menyampaikan dukungan serta pujian atas 
apa yang dilakukannya," ujar Bush mengomentari pernyataan Yudhoyono.
Presiden Yudhoyono juga menjelaskan langkah dan kebijakannya di bidang 
ekonomi, termasuk upaya meningkatkan pembangunan infrastruktur di Indonesia 
serta upaya pemerintahannya melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi Nanggroe 
Aceh Darussalam dan Sumatera Utara pascabencana tsunami.

Secara substansial memang tidak ada perubahan signifikan terhadap usaha 
Pemerintah Indonesia mencabut embargo. Embargo senjata memang masuk dalam 
legislasi di AS sejak Senat AS mengesahkan peraturan apropriasi bulan 
November 2004, yang mengatur juga bantuan luar negeri untuk tahun fiskal 
2005. Dalam legislasi itu ada lima kondisionalitas yang berkaitan dengan 
Foreign Military Financing Program atas bantuan yang bisa diberikan kepada 
Indonesia dan lisensi untuk ekspor peralatan pertahanan (lethal defense 
articles) untuk TNI.

Dalam legislasi tersebut pihak AS secara tegas, misalnya, meminta Menteri 
Pertahanan melakukan tindakan terhadap anggota TNI pelaku pelanggaran HAM 
berat atau membantu milisi, ada proses peradilan terhadap anggota TNI pelaku 
pelanggaran HAM berat, serta TNI bekerja sama dengan kejaksaan dan peradilan 
serta United Nations East Timor Serious Crime Unit. Menteri Pertahanan juga 
diminta melakukan transparansi publik atas audit penerimaan dan pembelanjaan 
TNI.

Sejauh ini Presiden Bush telah mengeluarkan satu sertifikasi atas 
kondisionalitas itu, yaitu bahwa Pemerintah Indonesia dinilai telah 
kooperatif terhadap investigasi kasus penembakan dua warga AS yang semula 
diduga dilakukan oknum TNI, tetapi ternyata dari penyidikan TNI dan lembaga 
penyelidik FBI, hal itu dilakukan oleh anggota Organisasi Papua Merdeka 
bernama Antonius Wamang.

Namun, seperti diungkapkan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, meskipun 
Bush mendukung upaya normalisasi hubungan militer, sebagian ganjalan masih 
ada di Kongres AS yang punya penilaian berbeda tentang Indonesia. Itu 
sebabnya, pemerintahan Bush dan Yudhoyono sepakat membentuk Indonesian-US 
Security Dialogue serta Bilateral Defense Dialogue sebagai sarana 
menormalisasi hubungan militer kedua negara.

Selain itu, untuk memberikan pemahaman tentang iklim politik dan keamanan 
Indonesia yang sudah kondusif dan demokratis, secara informal di AS sejak 9 
Februari 2004 telah terbentuk Congressional Indonesia Caucus yang 
keanggotaannya juga melibatkan dua congressman Dan Burton dari Indiana dan 
Rober Wexler dari Florida serta seorang senator Kay Bailey Hutchison dari 
Texas. Para politisi itulah yang sebagai kelompok bipartisan melobi anggota 
kongres untuk mengubah persepsi mereka tentang Indonesia yang kini sudah 
menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.
Upaya normalisasi hubungan militer itu juga dibicarakan kembali oleh 
Presiden Yudhoyono saat bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Donald 
Rumsfeld, secara terpisah, seusai menghadiri acara bersama Bush.

Pujian Bush
Secara khusus Presiden Bush menyampaikan pujian atas kepemimpinan Presiden 
Yudhoyono yang dinilainya berhasil mengatasi krisis sangat berat di dalam 
negeri secara demokratis. Pembicaraan yang berlangsung hangat dan penuh 
canda antara Yudhoyono dan Bush di Ruang Oval Gedung Putih itu berlanjut 
dalam acara Asian Pasific American Heritage Event yang dilakukan di East 
Wing Gedung Putih, segera setelah pertemuan kedua pemimpin negara itu.

Acara tersebut merupakan salah satu bentuk acara Presiden AS bagi warga AS 
keturunan Asia Pasifik, yang untuk tahun ini ditandai dengan pemberian 
Presidential Service Award. Beberapa warga AS keturunan Asia menerima 
penghargaan atas dedikasi mereka dalam membantu korban bencana tsunami di 
Aceh. "Saya masih merasakan kebanggaan saya bahwa Anda, Pak Presiden 
Yudhoyono, telah berhasil dalam menyelamatkan bangsa Indonesia keluar dari 
krisis yang menimpa. Terima kasih atas kepemimpinan Anda," kata Bush.

Dengan sikap penuh kekeluargaan Presiden Bush bukan hanya memperkenalkan 
Presiden Yudhoyono kepada warga AS yang hadir dalam acara itu, tetapi juga 
ia memperkenalkan dua putra Presiden Yudhoyono, yakni Agus Harimurti 
Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. "Dalam waktu dekat putra Pak Presiden 
ini, Agus Harimurti, akan menikah," ujar Bush disambut tepuk tangan para 
undangan yang kontan berusaha melihat putra Yudhoyono yang duduk di barisan 
depan.
Presiden Bush kemudian mengatakan, AS dan Indonesia memang dipisahkan oleh 
jarak yang sangat jauh, tetapi keduanya mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama 
negara demokrasi terbesar di dunia dan sama-sama percaya keanekaragaman 
sebagai sebuah kekuatan. Presiden Yudhoyono telah menunjukkan betapa 
pemerintah dan masyarakat bisa bersama-sama melakukan upaya mengatasi krisis 
dan bencana, seperti yang ditunjukkan dalam penanganan bencana tsunami di 
Aceh.

Menurut Bush, salah satu alasan pujiannya kepada kepemimpinan Yudhoyono 
adalah Yudhoyono segera bergerak cepat mengantisipasi bencana dengan 
menghilangkan hambatan birokratis sehingga relawan luar negeri bisa langsung 
ke Aceh untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Selanjutnya Bush menegaskan, rakyat Indonesia juga harus mengetahui bahwa 
rakyat AS selalu memberikan bantuan bagi rakyat Aceh yang terkena tsunami. 
AS telah mengumpulkan bantuan rakyat serta para pengusahanya yang seluruhnya 
berjumlah 850 juta dollar AS. "Pak Presiden (Yudhoyono) tolong bawa pesan 
rakyat Amerika ini kepada rakyat Anda," kata Bush yang kemudian disambut 
gemuruh tepuk tangan sekitar 200 orang yang hadir.

Seusai berpidato Bush kemudian mendaulat Yudhoyono untuk menyampaikan 
sambutan. Yudhoyono menjelaskan bagaimana badai tsunami telah merenggut 
sekitar 200.000 nyawa dan sekitar 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. 
Presiden Yudhoyono kemudian menyampaikan rasa terima kasih pemerintah dan 
segenap rakyat Indonesia kepada Pemerintah AS yang secara spontan mengirim 
bantuan melalui kapal induk USS Abraham Lincoln, yang mengangkut helikopter 
dan USS Mercy untuk memberi bantuan medis. * 



More information about the Marinir mailing list