[Marinir] [kompas] Saat Desing Peluru Berlalu...
Yap Hong Gie
ouwehoer at centrin.net.id
Fri Nov 18 18:42:59 CET 2005
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/18/Politikhukum/2221276.htm
Politik & Hukum
Jumat, 18 November 2005
Saat Desing Peluru Berlalu...
Sersan Kepala (Mar) Johanes Suwahyo (33) berjalan terpincang-pincang saat
menuju ruangan Komandan Batalyon Infanteri Marinir 7 dari Lapangan Apel
Marinir di Bumi Kesatrian Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.
Jo, begitu panggilan anggota Detasemen Jaya Mengkara TNI AL itu,
tertatih-tatih karena dipanggil Komandan Batalyon Infanteri 7 Letkol Mar
Bambang Sus, yang awal tahun lalu membawanya bertugas ke Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD).
Jo sudah bertugas 13 tahun sebagai anggota TNI Angkatan Laut Tanggal 8 Mei
lalu, tepatnya pukul 09.00, betis kiri Jo ditembak anggota GAM yang
bersembunyi di langit-langit rumah yang dikepung anggota Marinir di Kampung
Ulee Titi di Seuneudon.
Dua peluru yang dilepaskan dari AK 56 mereka menembus di bagian betis.
Sedangkan yang satunya rekoset di bagian tulang sendi. Makanya, selama ini
saya harus menggunakan tongkat penyangga untuk berjalan. Satu minggu lalu
tongkat saya lepas. Pen-nya kata dokter baru enam bulan lagi dilepas tutur
ayah seorang anak itu.
Karena masih ada pen-nya, maka ketika rekan-rekannya Rabu (16/11) lalu
melakukan terjun payung atau atraksi lainnya di depan para undangan dan
sesepuh Marinir/KKO, termasuk Ali Sadikin yang selama Orde Baru dikucilkan,
Jo hanya bisa menonton saja. Dokter melarang saya melakukan kegiatan apa
pun, termasuk lari, sebab dikhawatirkan bisa bengkok kaki saya, katanya.
Saat kejadian menimpa dirinya, Jo sama sekali tidak mengabari istrinya.
Hanya memang karena ada perasaan tersendiri jadi istri dapat merasakan kalau
ada sesuatu yang tidak beres. Apalagi ketika akan berangkat, saya juga sudah
mengingatkan agar ia tak menelepon saya sedikitnya sepuluh hari, katanya.
Makanya, tambah Jo, Ketika dia menelepon lebih awal dan saya terima, ia
sudah langsung curiga.
Cacat yang juga diperoleh dari medan laga dialami Agus Santoso (30), anggota
Batalyon Infanteri Marinir 6 asal Malang. Hanya Agus sedikit lebih
menyedihkan karena mata kanannya sudah divonis dokter tidak bisa terpakai
lagi setelah terkena pecahan ranjau saat melakukan penyergapan di daerah
Pidie sekitar pukul 05.30 pada 11 Juni lalu.
Sedangkan mata kirinya diharapkan masih bisa diselamatkan, dengan catatan
operasi dan perawatan harus dilakukan di luar negeri. Tadi Kepala Staf TNI
Angkatan Laut saat memberikan penghargaan juga berjanji akan mengirim saya
ke Australia agar mata saya masih bisa tertolong, kata Agus yang rencananya
baru akan menikah dengan tambatan hatinya setelah matanya dapat tertolong.
Prada (Mar) Heri Kris, yang hingga kini masih tercatat sebagai anggota
Batalyon Infrantri Marinir 6, juga harus mendapatkan cacat akibat ikut serta
dalam tugas di medan laga. Sebab, setelah tulang kaki kirinya hancur serta
kaki kanannya tertembak, Mei lalu, praktis sejak lukanya sembuh Heri harus
menggunakan kursi roda ke mana pun ia suka.
Saya ke Aceh memang sudah beberapa kali. Mulai tahun 1996 lalu hingga Mei
tahun ini, ketika kakinya tertembak tiga peluru. Tetapi, sekalipun demikian
saya masih berharap dapat terus bertugas sebagai Marinir karena saya bangga
menjadi Marinir, tutur Heri yang juga memperoleh penghargaan atas
keberaniannya melaksanakan tugas di NAD.
Tentu masih banyak lagi prajurit yang pulang dengan cacat seumur hidup.
Bahkan, ada yang hanya berkawal nama, seperti Mayor (Mar) Edi yang pencarian
jenazahnya pun membutuhkan waktu lama.
Tentu setelah memasuki era baru, di mana semua persoalan harus diselesaikan
melalui pembicaraan di atas meja, cacat itu pun akan menjadi kenangan
tersendiri. Karena, setiap prajurit, Marinir sekalipun, tidak ingin
mendapatkan
cacat seumur hidup, apalagi hanya karena berperang dengan darah daging dan
bangsanya sendiri.
Kebesaran hati para prajurit menerima nasib tentu akan memberikan pesan
tersendiri kepada mereka yang sedang memegang kekuasaan agar tidak lagi
memilih kekerasan atau menciptakan konflik untuk menyelesaikan masalah
sosial. Tetapi, hendaknya mencari cara yang lebih bermartabat dan manusiawi.
Selamat Ulang Tahun Marinir....
(Korano Nicolash LMS)
More information about the Marinir
mailing list