[Marinir] [SP] Soekarno, "Mastermind" G30S?

Yap Hong Gie ouwehoer at centrin.net.id
Sat Nov 19 05:25:03 CET 2005


http://www.suarapembaruan.com/News/2005/11/18/Utama/ut07.htm

SUARA PEMBARUAN DAILY
Last modified: 18/11/05
Soekarno, "Mastermind" G30S?

"SOEKARNO mastermind kudeta 1 Oktober 1965." Kalimat itu meluncur dari mulut
Antonie CA Dake ketika menjawab pertanyaan Julius Pour dari harian Kompas,
tentang siapa mastermind (dalang) kudeta yang disebut sebagai G30S.
Dan, jawaban itu langsung mengundang reaksi dari putri Soekarno, Sukmawati
Soekarnoputri yang hadir pada acara peluncuran buku Dake, hari Kamis (17/11)
di Jakarta.

Dake seorang akademisi dari Belanda menulis buku Sukarno File, yang
terjemahan dalam bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Aksara Karunia. Buku
itu diberi subjudul: Berkas-berkas Soekarno 1965 - 1967, Kronologi Suatu
Keruntuhan. Nama presiden pertama Indonesia itu ditulis beragam, Sukarno dan
Soekarno.

Begitu Dake menjawab pertanyaan pertama itu secara singkat, Sukmawati
langsung meminta kesempatan untuk berbicara. "Sangat tidak logis Soekarno
disebut sebagai mastermind kudeta. Dia korban dari kudeta itu," kata Sukma.
Ia terlihat agak kurang suka dengan jawaban itu. Pengeras suara yang
dipakainya ketika berbicara, diletakkan di meja dengan menimbulkan bunyi
keras.
Tidak puas dengan jawaban Dake, Sukma bahkan meminta kesempatan kedua untuk
berbicara.

"Saya putri Bung Karno, Ketua Partai Nasional Indonesia Marhaen. Red
Banteng," ia memperkenalkan diri.
Dake sendiri pernah menulis buku In the Spirit of the Red Banteng: Indonesia
Communism between Moscow and Peking, yang merupakan disertasi untuk
memperoleh gelar doktor, tetapi buku itu dilarang beredar di Indonesia.
Sukma kemudian mempertanyakan tentang pengetahuan Dake terhadap sejumlah
tokoh berkaitan peristiwa September dan Oktober 1965 seperti Kolonel Abdul
Latief, Sjam Kamaruzaman. "Latief dan Sjam adalah teman baik Soeharto," dia
menjelaskan.

Meskipun kurang suka dengan kesimpulan Dake atas apa yang ia tulis tentang
Soekarno sebagai mastermind kudeta tahun 1965, Sukma bersedia maju ke depan
untuk menerima buku dari Dake, sebagai tanda peluncuran buku tersebut. Pada
acara yang diselenggarakan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate itu hadir juga
Akbar Tandjung, Rosihan Anwar, dan Harry Tjan Silalahi.

Konflik Kekuasaan
Dake adalah akademisi kelahiran Amsterdam, Belanda 1928. Ia memperoleh gelar
PhD bidang ilmu politik di Universitas Freie, Berlin. Ia pernah menjadi
wartawan dan menjadi chief executive officer pada perusahaan media massa.
Buku yang ditulis itu merupakan penelitiannya sejak 1998 dengan beberapa
kali berkunjung ke Indonesia.

Dake dalam buku itu dan juga pada presentasinya, bukan hanya menyebutkan
Soekarno mengetahui 1 Oktober sebagai hari H kudeta dua hari sebelumnya,
tetapi juga sebagai yang memprakarsai apa yang ia sebut sebagai "kudeta
Untung".
Hal itu berkaitan dengan pertarungan kekuasaan antara Presiden dan Angkatan
Darat. Dake juga menyebutkan bahwa Soekarno meminta Kolonel Untung melakukan
tindakan militer terhadap sejumlah jenderal yang "tidak loyal".

Pada sisi lain, buku itu menyebutkan bahwa agen rahasia Amerika Serikat
(CIA/Central Intelligent Agency) tidak banyak tahu tentang kudeta itu.
Disebutkan juga, tidak cukup alasan untuk menyebutkan Soeharto mengetahui
rencana membunuh sejumlah jenderal. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat tidak
kesulitan mencari tahu siapa Soeharto itu.

Dokumen Tertutup
"Saya sangat kecewa. Buku Profesor Dake ini mengungkapkan hal yang banyak
tidak benarnya," kata Sukma. Ia berpendapat sangat tidak logis Soekarno
memprakarsai kudeta yang membuatnya kehilangan kekuasaan.
Dake tidak melihat sisi di mana Bung Karno adalah korban, bukan mastermind
dari kudeta itu. Sudah biasa bahwa orang yang berkuasa mempertahankan
kekuasaannya, bukan melakukan kudeta yang membuatnya kehilangan kekuasaan.
"Ini tidak logis," kata Sukma. Ia mengungkapkan, dengan terbitnya buku itu,
ia menjadi tertantang untuk suatu kali juga menerbitkan buku yang memberikan
penjelasan lebih logis.

Perdebatan itu memang mencerminkan bagaimana peristiwa itu masih penuh
misteri. "Jenazah" sejarah itu masih saja belum terkubur, menghendaki
penjelasan yang tuntas dan tegas agar roh sejarah dapat diberikan
peristirahatan terakhir, kata Dake.
Dan ia menyebutkan akan sangat terbuka jika ada data dan dokumen baru yang
bisa menjelaskan apa yang terjadi ketika itu.

Aristides Katoppo dari Penerbit Aksara Karunia menyebutkan, dalam proses
mencari kesembuhan, bangsa ini membutuhkan sikap yang sejuk. Ia mengakui
adanya kesulitan untuk membaca buku yang kontroversial. Ada buku yang
menyebutkan peranan CIA dan Soeharto, dan ini buku yang melihat dari sisi
lain.

Ia mengatakan, memang masih banyak hal yang misteri pada peristiwa G30S.
Bahkan di Inggris, dokumen berkaitan dengan peristiwa itu tetap tertutup dan
status itu diperpanjang. "Kita bisa tidak sepakat atas tesisnya (Dake, Red),
tetapi penting untuk sepakat tidak saling dendam," katanya.

Itulah bagian yang sulit dari pergulatan bangsa Indonesia, di mana banyak
sejarah masih diliputi misteri. Banyak sejarah yang terus diperdebatkan,
karena kurangnya penjelasan yang akurat, membuat bangsa ini tidak bisa
mengenali dirinya secara lebih terbuka.
Isi buku Dake ini bisa menimbulkan perdebatan, tetapi bagi Indonesia lebih
dibutuhkan sikap yang terbuka untuk mengenali sejarah bangsa sendiri. Buku
Dake masih bisa diperdebatkan, bahkan disangsikan.

Pembaruan/Sabar Subekti
Last modified: 18/11/05




More information about the Marinir mailing list