[Marinir] Mayjen (Mar) Safzen Noerdin Dekat dengan Prajurit
Yap Hong Gie
ouwehoer at centrin.net.id
Tue May 8 09:10:08 CEST 2007
Selamat Jalan Jenderal!
Selamat atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan negara dalam
menempati jabatan Irjen TNI AL.
Semoga tali silaturahmi dengan keluarga besar Korps Marinir akan selalu
terpelihara dan tetap terjalin dengan baik.
Wassalam, yhg.
---------------
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/safzen-noerdin/index.shtml
Safzen Noerdin
Dekat dengan Prajurit
Mayor Jenderal (Marinir) Safzen Noerdin kelahiran Kruengsabe, Aceh tahun
1952 butuh waktu 29 tahun saja untuk menduduki jabatan sebagai Komandan
Korps Marinir TNI-AL. Ia, sejak tanggal 9 November 2004 menggantikan Mayjen
(Mar) Ahmad Rivai. Sebelum diangkat menjadi Komandan Korps Marinir, dia
menjabat Komandan Pendidikan TNI Angkatan Laut. Sedangkan jabatan Kepala
Staf Korps Marinir sudah dipegangnya dua tahun sebelumnya.
Suami dari Diah Winarsini yang memiliki lima anak terdiri empat perempuan
dan satu laki-laki, ini lulus dari Akademi Angkatan Laut tahun 1975. Ia
sekaligus terpilih sebagai satu dari tujuh teman seangkatan yang memasuki
kecabangan marinir. Safzen Noerdin yang dikenal sangat dekat dengan para
prajurit memiliki perjalanan karir yang terbilang mulus. Kedekatan dengan
prajurit berikut kelancaran karir selama berbakti di 'pasukan katak' adalah
buah dari sikap Noerdin yang selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
setiap tugas yang dipercayakan pimpinan.
Kesungguhan Noerdin melaksanakan tugas tampak jelas pada setiap penugasan.
Seperti saat bertugas sebagai Wakil Komandan Kontingen Garuda XII-B Pasukan
Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang bertugas di
Kamboja. Noerdin yang masih berpangkat mayor marinir ketika itu bertugas
mendampingi Komandan Kontingen Garuda XII-B Letkol Ryamizard Ryacudu (kini
Kepala Staf TNI Angkatan Darat). Semasa bertugas di Kamboja Noerdin aktif
membina hubungan dekat dengan wartawan Indonesia yang meliput konflik di
negeri pagoda itu.
Kamboja bukanlah medan penugasan pertama yang dijalani Noerdin di luar Korps
Marinir. Sebelumnya tahun 1988 Noerdin dipercaya bergabung dalam Kontingen
Garuda-IX yang dikirim ke Irak. Noerdin juga pernah dilibatkan dalam
penyelesaian masalah Aceh duduk sebagai Ketua Joint Security Committee (JSC)
dari unsur Pemerintah RI. Noerdin kemudian menjabat sebagai Wakil Panglima
Komando Operasi TNI untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kedekatan dengan prajurit membuat Noerdin tak merasa rikuh tatkala
pangkatnya telah dinaikkan dari kononel marinir menjadi brigadir jenderal
marinir namun masih memegang jabatan Komandan Brigade Infanteri 2 Korps
Marinir, jabatan yang diperuntukkan bagi seorang kolonel marinir. Ketika
menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri 2 Korps Marinir itu Safzen
Noerdin berkesempatan menunjukkan kedekatan dan kepeduliannya terhadap
prajurit marinir.
Kedekatan Safzen Noerdin dengan prajurit tumbuh di tengah-tengah tempaan
prajurit Korps Marinir yang didesain menjadi prajurit profesional dan
dicintai rakyat. Hasil tempaan bisa dibuktikan pada saat terjadi kerusuhan
massal pada Mei 1998, demikian pula setelahnya yang memperlihatkan betapa
setiap prajurit Korps Marinir sangat begitu dicintai rakyat.
Walau berhasil merebut hati dan kepercayaan rakyat Noerdin tak mau takabur.
Ia mengakui ada saja satu atau dua orang prajurit Korps Marinir yang
menunjukkan perilaku tidak terpuji. Tetapi Noerdin memastikan bahwa perilaku
demikian adalah ulah orang per orang. Karenanya Noerdin meminta agar
perilaku satu dua orang prajurit Korps Marinir yang demikian jangan dianggap
masyarakat sebagai perilaku seluruh prajurit Korps Marinir.
Kecintaan rakyat kepada Korps Marinir sesungguhnya tidak tumbuh dengan
mudah. Korps Marinir telah terlebih dahulu membuktikan darma bhakti kepada
rakyat. Pada peristiwa kerusuhan massal Mei 1998, misalnya, Safzen Noerdin
yang kala itu menjabat sebagai Asisten Staf Operasipnal Komandan Korps
Marinir, sama seperti para prajurit Korps Marinir lainnya hampir tak
sedikitpun memicingkan mata mengawal rakyat sampai-sampai rela menginap di
sebuah ruangan khusus di samping kamar kerjanya. Noerdin harus mempersiapkan
sebuah pelbed tempat tidur lapangan yang bisa dilipat yang siap digunakan
untuk tidur kapan saja.
Karena ukiran bangku
Safzen Noerdin hingga memasuki pendidikan SMA sesungguhnya belum terpikirkan
mempunyai cita-cita menjadi marinir. Semenjak kecil ia tak sekalipun pernah
bermimpi menjadi marinir. Apalagi ia lahir dan dibesarkan di Aceh Safzen tak
banyak mengetahui berita tentang Korps Marinir yang saat itu masih bernama
KKO kependekan dari Korps Komando TNI AL.
Semangat dan orientasi hidup baru Noerdin baru terbentuk ketika duduk di
bangku SMA. Di situ ia membaca sebuah ukiran nama murid terdahulu yang duduk
di bangku yang sama dengan yang ia duduki.
"Saat di SMA, di bangku saya ada ukiran nama murid terdahulu. Ketika saya
tanyakan kepada kawan saya, siapakah yang mengukir nama itu, kawan saya
menjawab bahwa orang yang mengukir nama itu kini telah menjadi seorang
letnan KKO, pasukan komando Angkatan Laut. Dalam benak saya seketika muncul
pemikiran, 'pasukan komando Angkatan Laut, hebat benar'. Sejak saat itu
keinginan untuk menjadi KKO menjadi cita-cita saya," jelas Safzen, yang lupa
mengingat-ingat siapa nama letnan KKO yang berhasil mengubahkan peta
perjalanan hidupnya itu.
Setiap perwira yang bergabung dalam Korps Marinir pastilah mempunyai mimpi
sama suatu hari kelak akan dapat mencapai karier tertinggi sebagai Komandan
Korps Marinir. Sebagai mimpi tentu setiap perwira sekaligus menyadari pula
hanya sedikit di antara mereka yang dapat meraih kedudukan tersebut.
Karenanya setiap perwira Korps Marinir yang berhasil mencapai kedudukan
puncak sebagai Komandan Korps Marinir, termasuk Safzen Noerdin pasti sangat
merasakan syukur dan bangga.
"Selain tercatat dalam sejarah, menjadi Komandan Korps Marinir juga sangat
bergengsi. Apalagi hubungan antara personel dalam keluarga besar Korps
Marinir sangat spesial. Hubungan antara yang masih aktif dan yang sudah
pensiun sangat solid," ungkap Safzen.
Sebagai pejabat baru Komandan Korps Marinir pengganti Mayor Jenderal Marinir
Ahmad Rivai Safzen Noerdin menyebutkan akan melanjutkan kebijakan yang
dilakukan oleh pejabat lama agar kesinambungan kebijakan tetap terjaga.
"Kesinambungan kebijakan itu diperlukan mengingat perkembangan yang dialami
Korps Marinir ini sudah digariskan Kepala Staf TNI AL lewat rencana jangka
panjang atau blue print 2013," ujar Safzen.
Tentang pendahulunya, "Harus diakui bahwa Mayor Jenderal (Marinir) Ahmad
Rivai telah berbuat banyak bagi pemekaran Korps Marinir, saya tinggal
melanjutkannya. Di bawah kepemimpinannya, batalyon Korps Marinir yang
tadinya berjumlah enam dikembangkan menjadi sembilan."
Sebagai komandan baru Korps Marinir yang sudah dimekarkan tantangan yag
dihadapi Safzen Noerdin menjadi tidak terbilang ringan. Terdapat sebanyak
17.000 personel Korps Marinir di bawah kendali kepemimpinannya. Jumlah itu
masih akan terus meningkat hingga mencapai 28.000 personel pada tahun 2013.
Safzen Noerdin harus menempa seluruh prajurit Korps Marinir agar tetap
profesional dan dicintai rakyat. Noerdin sekaligus pula harus memikirkan,
ini yang paling hakiki menurut pengakuannya, bagaimana kesejahteraan
prajurit.
"Menjaga standar kehidupan dan menempa prajurit yang profesional itu sama
pentingnya. Dan, untuk dicintai rakyat, prajurit tidak boleh melakukan
tindakan yang merugikan rakyat," jelas Noerdin. Diingatkannya peningkatan
kesejahteraan prajurit akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan dana
yang tersedia. "Kalau dananya tidak ada, saya juga tidak berbuat apa-apa."
Apa yang ada di benak Safzen Noerdin sama benar dengan para pendahulu semua
pemimpin Korps Marinir, bahwa pemimpin Korps Marinir memimpin manusia yang
dipersenjatai, bukan sebaliknya memimpin senjata yang dilengkapi manusia.
"Itu sebabnya, tugas yang diemban oleh setiap Komandan Korps Marinir,
termasuk saya tentunya, adalah menempa prajurit Korps Marinir agar menjadi
prajurit yang profesional dan dicintai rakyat," katanya. ?ht
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
More information about the Marinir
mailing list