[Nasional-a] [Nasional] KWIK KIAN GIE:PEMBERANTASAN KORUPSI - "Budhisatwati J.KUSNI" 2/2

nasional-a@polarhome.com nasional-a@polarhome.com
Tue Jan 7 17:25:31 2003


-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
-------- Original Message --------
Betreff: KWIK KIAN GIE:PEMBERANTASAN KORUPSI
Datum: Mon, 6 Jan 2003 04:34:50 +0100
Von: "Budhisatwati J.KUSNI" <katingan@club-internet.fr>
Rückantwort: "Budhisatwati J.KUSNI" <katingan@club-internet.fr>
An: <national-admin@mail2.factsoft.de>, <national@mail2.factsoft.de>
-----------------------------------------------------------------

Bagian 2/2 (habis)

PEMBERANTASAN KORUPSI UNTUK MERAIH KEMANDIRIAN, KEMAKMURAN, KESEJAHTERAAN
DAN KEADILAN.
Oleh: Kwik Kian Gie



3.1     Kehilangan Kemandirian

         Kita mengetahui bahwa paket bantuan dari IMF disertai dengan
conditionalities yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia. Namun tidak
kita perkirakan semula bahwa isinya demikian tidak masuk akal dan demikian
menekan serta merugikannya. Juga tidak kita perkirakan pada awalnya bahwa
kehadiran IMF di Indonesia menjadikan semua lembaga internasional seperti
CGI, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia bersatu padu dalam sikap dan
persyaratan di bawah komando IMF. IMF mensyaratkan bahwa pemerintah
melaksanakan kebijakan dan program yang ditentukan olehnya, yang dituangkan
dalam Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP) atau lebih
memasyarakat dengan nama Letter of Intent atau LoI.

Bank Dunia setiap tahunnya juga menyusun apa yang dinamakan Country
Strategy Report tentang Indonesia yang harus dilaksanakan kalau tidak mau
diisolasi oleh negara-negara CGI yang sampai sekarang setiap tahun
memberikan pinjaman kepada Indonesia. Justru karena jumlah utang
keseluruhannya sudah melampaui batas-batas kepantasan dan prinsip
kesinambungan, untuk sementara dan entah sampai kapan kita tidak dapat
hidup tanpa berutang terus setiap tahunnya kalau kita tidak mau bahwa
puluhan juta anak miskin kekurangan gizi dan putus sekolah. Demikianlah
yang ditakut-takutkan kepada kita oleh lembaga-lembaga internasional
beserta kroni-kroni Indonesianya.

Kalau kita baca setiap LoI dan setiap Country Strategy Report serta setiap
keikutsertaan lembaga-lembaga internasional dalam perumusan kebijakan
pemerintah, kita tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa yang
memerintah Indonesia sudah bukan pemerintah Indonesia sendiri. Jelas sekali
bahwa kita sudah lama merdeka secara politik, tetapi sudah kehilangan
kedaulatan dan kemandirian dalam mengatur diri sendiri.


3.2     Ketidakwarasan yang Tercermin dari Angka-angka

Tadi telah dikemukakan kebijakan utang luar negeri kita yang dipacu terus
sampai tidak sustainable. Mula-mula cicilan utang pokok jatuh tempo yang
sudah tidak mampu dibayar, pembayarannya dilakukan dengan mencari utangan
baru atau dengan cara gali lubang tutup lubang. Setelah cara ini tidak
mempan lagi, dimintakan penundaan pembayaran utang atau rescheduling sampai
tiga kali di Paris Club. Toh dikatakan bahwa utang luar negeri manageable
dan sustainable. Maka setiap tahunnya tetap saja berutang terus dari CGI.

Di jaman pemerintahan Soeharto dikatakan bahwa ukuran apakah utang luar
negeri sustainable atau tidak diukur dengan Debt Service Ratio (DSR). Juga
disebutkan patokannya yang sudah merupakan lampu merah, yaitu kalau sudah
menyentuh angka 20 persen. Ketika angka ini sudah jauh dilampau, ukurannya
diubah menjadi berapa persen dari GDP. Jelas angkanya menurun drastis dan
lalu dikatakan bahwa utang luar negeri masih sustainable. Pikiran kita
sudah corrupted, sehingga kita sudah mengacaukan antara likuiditas dan
soliditas. Jumlah utang dalam persen dari GDP adalah indikator untuk
soliditas, sedangkan DSR adalah indikator untuk likuiditas. Corrupted mind
memakainya secara opportunistis tanpa mempedulikan dampaknya pada kondisi
keuangan negara.

Sambil melakukan ini semuanya, kita terpaksa harus berutang baru setiap
tahunnya di forum CGI. CGI yang dipandu oleh dan bersama-sama dengan Bank
Dunia dan Bank Pembangunan Asia terus menerus memberikan utangan baru
asalkan pemerintah Indonesia nurut mutlak 100 persen pada apa saja yang
dikatakan oleh IMF sebagai pemimpin seluruh masyarakat internasional yang
tergabung dalam kartel CGI, Paris Club, London Club, Bank Dunia dan Bank
Pembangunan Asia.

Masyarakat internasional yang sama ini selama pemerintahan Soeharto yang 32
tahun itu melarang pemerintah Indonesia berutang kepada rakyatnya sendiri
di dalam negeri dalam rupiah. Tetapi kelompok yang sama bersama-sama dengan
partner Tim Ekonomi Indonesia dalam pemerintah yang berasal dari kelompok
ekonom Indonesia yang sama juga mendadak merasa tidak apa-apa berutang
kepada rakyatnya sendiri yang besarnya melebihi utang luar negeri. Dalam
dua tahun jumlah utang dalam negeri dari nol menjadi sekitar hampir Rp. 700
trilyun. Karena bunganya tinggi, kewajiban pembayaran bunga juga tinggi,
sehingga kalau ditambahkan pada jumlah utang pokok dalam negeri akan
mencapai ribuan trilyun rupiah. Para ekonom yang sama-sama berasal dari
kelompok yang terkenal dengan nama Berkeley Mafia juga merasa tidak apa-apa
berutang dalam negeri yang demikian besarnya. Perlu dicatat bahwa selama 32
tahun mereka berkuasa melayani Presiden Soeharto, mereka sangat-sangat
mentabukan pinjam kepada rakyatnya sendiri di dalam negeri. Anak buahnya
dan jaringannya yang sekarang masih ada di mana-mana mendadak merasa tidak
apa-apa berutang sampai ribuan trilyun rupiah di dalam negeri. Ada apa?
Sekonyong-konyong dibela dengan argumentasi dan parameter yang tidak pernah
dikemukakan sebelumnya, yaitu tidak apa karena jumlahnya dalam persen dari
GDP akan turun terus. Persis sama dengan yang saya dengar dari para majikan
IMF dan negara-negara kreditur. Tadinya utang masih kepada bank-bank yang
dimiliki oleh pemerintah. Tetapi surat pernyataan utang itu semuanya akan
dijual kepada swasta. On top dari itu, pemerintah juga merintis pasar
obligasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Maksudnya jelas agar
setiap saat pemerintah dapat menerbitkan surat utang yang dibeli oleh
masyarakat luas. Sekonyong-konyong tidak apa-apa kalau terjadi crowding out
atau rebutan antara sektor pemerintah dan sektor swasta yang merupakan
tekanan pada tingkat suku bunga yang jelas tidak mau turun-turun menyamai
negara-negara tetangga.

Sementara gambaran utang seperti tersebut di atas, kita membiarkan ikan
kita dicuri senilai USD 3,5 milyar. Pasir yang dicuri sebesar USD 3 milyar.
Hutan yang sudah gundul masih ditebang secara liar dan hasilnya laku dijual
senilai USD 2,5 milyar. Kalau ini dijumlah sudah mencapai USD 9 milyar
setahun. Tetapi kita mengemis utangan sebesar USD 3 milyar setahun on top
dari penundaan pembayaran cicilan utang pokok dan bunga di Paris Club
sambil dimintai pertanggungjawaban bagaimana pemerintah Indonesia mengurus
bangsanya sendiri. Apa hubungan kerusakan ini semuanya dengan KKN yang
sudah membuat kita tidak waras lagi? Karena para pemimpin kita tidak dapat
melihat bahwa apa yang tergambarkan itu sudah sangat merusak keuangan
negara dan akan merusak terus yang semakin hari semakin hebat.
Pernyataan-pernyataan pendapat dari elit penguasa menganggap kesemuanya itu
normal-normal saja.

Pemerintah harus menjalankan kebijakan IMF. Sedikit kebijakannya yang baik,
tetapi banyak yang merusak keuangan negara secara fatal. Selama program
berjalan, pinjamannya diberikan sedikit demi sedikit setelah dinilai
sebagai good boy menjalankan semua perintah IMF. Elit bangsa kita memuji
perolehan kucuran dana IMF ini, padahal tidak boleh dipakai dan kita harus
membayar bunga. Yang lebih gila lagi, sejak kuartal pertama tahun 2001
setiap kali kita menerima beberapa ratus juta dollar, yang dibayar kembali
lebih banyak. Sejak tahun 1997 total penerimaan sebesar USD 12 milyar, dan
yang sudah dibayarkan USD 3 milyar. Tersisa USD 9 milyar yang sangat
mungkin akan habis terbayar ketika IMF meninggalkan Indonesia nanti pada
akhir tahun 2003. Jadi ditinjau dari sudut keuangan tidak ada gunanya
karena hanya boleh dipakai untuk mendukung neraca pembayaran dan hanya
boleh dipakai kalau cadangan devisa habis. Kenyataannya cadangan devisa
kita meningkat terus karena sejak tahun 1997 transaksi berjalan selalu
positif.

Apa hubungan antara patuh kepada IMF dengan korupsi? Mental dan mindset-nya
sudah korup, sehingga tidak bisa lagi melihat persoalan dengan jernih,
apakah IMF masih ada gunanya ataukah sudah banyak merusak dan akan merusak
terus. Mari kita telaah dengan cermat panduan atau bahkan "paksaan" oleh
IMF dalam kebijakan pemerintah tentang perbankan. Serentetan kebijakannya
mengakibatkan bahwa setiap tahunnya minimal sekitar Rp. 80 trilyun anggaran
dipakai untuk membiayai perbankan yang tidak pernah menjadi lebih sehat
setelah lebih dari 3,5 tahun diberi subsidi sebesar itu. Secara
konsepsional bank tidak akan pernah dapat berfungsi sebagai intermediasi
yang menjadi hak hidupnya selama perbankan Indonesia nurut dengan cara
menghitung kecukupan modal atau CAR yang ditetapkan oleh BIS dan dipaksakan
oleh IMF untuk diikuti oleh Indonesia. Kesemuanya ini diterima dan
dijalankan sampai saat ini tanpa dapat melihat apa dampaknya buat kita
dalam jangka menengahnya.

Keseluruhan anggaran pembangunan untuk tahun anggaran 2003 sebesar Rp. 65
trilyun, tetapi pengeluaran untuk subsidi kepada bank-bank sebesar Rp. 91
trilyun. Semua subsidi dari bahan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat harus
dipangkas, tetapi subsidi besar-besaran untuk bank-bank yang tidak pernah
akan sehat dibela. Jumlah uang sebesar minimal Rp. 90 trilyunan per tahun
untuk membela bank tidak apa-apa, tetapi para menteri berkelahi untuk
program-program kemanusiaan yang hanya puluhan sampai ratusan milyar
rupiah. Bukankah ini manifestasi dari pikiran-pikiran yang sudah tidak
waras lagi, yang sudah tumpul sama sekali terhadap sense of priority?

Dalam bidang perpajakan, pendapatan pajak kita untuk tahun anggaran 2003
diperkirakan sebesar Rp. 240 trilyun. Jumlah ini dinilai terlalu kecil
karena tax ratio kita yang masih rendah. Maka ekstensifikasi dan
intensifikasi akan ditingkatkan. Tidak ada yang berbicara tentang kebocoran
pajak. Dalam praktek jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
ditentukan bersama antara wajib pajak dan pejabat pajak. Kalau jumlah sudah
disetujui sebesar Rp. 400 juta misalnya, sering sekali yang masuk ke kas
negara hanya Rp. 100 juta. Pembayar pajak diberi tanda terima dari kas
negara dan dijamin tidak diganggu lagi. Katakanlah bahwa tidak ¾ yang tidak
masuk ke kas negara. Kita aman mengasumsikan bahwa yang masuk ke kas negara
hanya 50 persen. Sisanya dikorup oleh pejabat pajak. Biaya korupsi
perolehan pajak ini Rp. 240 trilyun setiap tahunnya, atau USD 24 milyar.

Ditambah dengan ikan, pasir dan kayu yang dicuri senilai USD 9 milyar
jumlahnya sudah mencapai USD 33 milyar. Kalau obligasi rekapitalisasi
perbankan dapat ditarik kembali dengan cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan, paling sedikit dapat dihemat USD 4 milyar lagi.
Kesemuanya ini sudah mencapai angka USD 37 milyar hanya dalam satu tahun,
sedangkan utang luar negeri kita seluruhnya sekitar USD 76 milyar. Kalau
kebocoran anggaran rutin dan anggaran pembangunan diperkirakan 20 persen
saja, yang bocor sudah sebesar Rp. 74 trilyun lagi. Seluruhnya menjadi USD
44,4 milyar atau Rp. 444 trilyun. Yang terbuang sia-sia sudah lebih besar
dari seluruh APBN tahun 2003! Dari angka-angka ini sangat jelas bahwa KKN
memang sudah merusak daya pikir kita yang berdampak kerugian material yang
luar biasa dahsyatnya.

Pemimpin yang waras akan dapat melihat angka-angka seperti ini dengan
jernih bahwa potensi menjadi negara bangsa yang kaya, terhormat, mandiri
ada di depan mata. Pikiran yang sudah menjadi tidak waras tidak dapat lagi
melihat potensi ini. Bandingkan jumlah uang tersebut dengan yang dibutuhkan
untuk memperbaiki kualitas manusia pengabdi bangsa melalui pemberian gaji
yang tinggi (carrot) dalam rangka memberlakukan stick. Tetapi tidak
terpikirkan. Bahkan dikatakan bahwa buktinya semua bisa hidup dengan cukup
mewah. Bukankah dalam ucapan ini sudah tersirat nilai bahwa tidak mengapa
berkorupsi untuk bisa hidup sangat nyaman dengan gaji yang rendah? Bukankah
logika seperti ini pencerminan dari jiwa yang sudah sakit, mengingat akan
pendidikannya yang begitu tinggi?


3.3     Elit bangsa sudah menjadi embisil

Kita lihat bahwa daya rusak KKN ditinjau dari sudut kebendaan sudah sangat
dahsyat, karena pikirannya yang sudah tidak waras. Pikiran yang sudah
menjadi tidak waras kecuali dipakai untuk merusak diri sendiri, lambat laun
menjadikan manusianya itu sendiri menjadi embisil.

Lambat laun akan membuat daya pikir dan cita rasa sangat aneh. Kecerdasan
otak, perasaan, cita rasa dan emosi positif yang membedakan manusia dari
binatang lambat laun juga pudar. Tentu tidak menjadi musnah sama sekali
sehingga mereka hanya hidup dari instink seperti halnya dengan binatang.
Mereka tetap pandai dan tetap mempunyai emosi, tetapi dipakai untuk hal-hal
yang merusak lingkungannya dan merusak martabatnya sendiri sebagai manusia.
Logikanya terbalik-balik, tetapi masih cerdas yang sekarang kecerdasannya
dipakai untuk pembenaran terhadap pikirannya yang terbalik-balik. Emosi dan
citarasanya juga mulai kacau balau. Instink kebinatangannya lebih menonjol
karena mereka sudah tidak lagi mempunyai perasaan iba dan tidak lagi
mempunyai rasa belas kasihan terhadap sesama manusia. Lebih hebat lagi,
mereka tidak lagi takut terhadap Tuhan. Dalam kondisi dan timing yang
dianggapnya cocok, mereka menggunakan agama sebagai tameng. Mereka mendadak

dibaptis dan menjadi pengunjung gereja yang setia. Mereka bahkan berkhotbah
dan memberikan kesaksian. Demikian meyakinkannya, sehingga sulit
dibayangkan bahwa mereka sedang berbohong kepada Tuhan. Pada tahapan yang
sudah seperti ini, dia memang tidak berbohong. Virus KKN sudah merasuk ke
dalam otak dan emosinya, sehingga dia sudah menderita penyakit jiwa yang
dinamakan make believe. Mereka berfantasi, dan lambat laun percaya bahwa
fantasinya adalah fakta. Mereka berfantasi bahwa mereka dibolehkan oleh
Tuhan untuk ber-KKN asalkan tetap ke gereja dan semakin fanatik, semakin
boleh melakukan apa saja.

Kita menyaksikan demikian banyaknya konglomerat jahat yang mendadak menjadi
pemeluk agama yang demikian fanatiknya. Maka kita juga mendengar komentar
dari banyak sekali orang yang masih lebih normal dan sama-sama pemeluk
agama yang sama. Mereka mengatakan bahwa para konglomerat jahat yang begitu
religius dan setiap hari Minggu memberikan kesaksian berbohong tujuh kali
seminggu. Hari Senin sampai dengan hari Sabtu berbohong kepada sesama
manusia dalam melakukan KKN-nya. Pada hari Minggu di gereja, ketika
memberikan kesaksian mereka juga berbohong, tetapi kali ini kepada Tuhan
dan dilakukan di rumah Tuhan.

Pada tahapan yang paling akhir dan sangat mengkhawatirkan, ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari bangku sekolah yang sekian lamanya dan hanya dapat
diperoleh dengan otak yang cerdas dipakai untuk hal-hal yang sudah tidak
dapat dimengerti dan tidak dapat dipahami oleh logika yang paling elementer
sekalipun. Pada tahapan ini mental yang korup sudah tidak ada hubungannya
lagi dengan kepentingan kebendaan. Contohnya adalah demikian banyaknya
ucapan dari elit bangsa yang begitu bertentangan dengan nalar yang paling
mendasar. Saya dapat menyebutnya banyak fakta secara eksplisit, baik yang
diucapkan di mana-mana sampai sekarang maupun yang mengucapkannya. Tetapi
itu tidak akan saya lakukan, karena hanya akan menyakitkan hati orang lain
dan menanam benih kebencian.

Sebagai ilustrasi supaya tidak ada orang Indonesia yang sakit hati, saya
ingin mengambil contoh Nazi Jerman di bawah Hitler. Bayangkan, bagaimana
mungkin orang-orang yang demikian tinggi pendidikannya menggunakan ilmu
pengetahuan yang dikuasainya untuk menemukan cara-cara membunuh jutaan
orang Yahudi secara efisien. Setelah itu bagaimana caranya menggunakan
mayat-mayatnya sebagai bahan baku untuk membuat barang-barang konsumsi.
Rambutnya dijadikan selimut. Tulangnya dijadikan kancing dan kulitnya
dijadikan kap lampu. Manusia yang masih hidup dijadikan kelinci percobaan
di dunia kedokteran. Tulang sengaja dipatah untuk kemudian dioperasi
sebagai latihan. Dan masih banyak lagi.

Contoh ini saya ambil karena paling kontemporer dan paling dahsyat. Tetapi
kalau kita pelajari sejarah umat manusia, banyak sekali raja-raja dan
kaisar-kaisar yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dibayangkan, apalagi
dicerna oleh manusia yang masih normal. Toh ditopang oleh orang-orang yang
paling pandai di negerinya. Contohnya adalah Cina. Ribuan tahun yang lalu,
selama berabad-abad, walaupun sangat feodal, banyak raja-raja dan
kaisar-kaisar Cina yang merekrut para pejabat tingginya melalui ujian yang
sangat demokratik. Siapapun boleh ikut ujian menjadi pejabat sangat tinggi
bahkan tertinggi kecuali sang raja atau sang kaisar. Dapat dibayangkan
betapa pandainya mereka. Toh mereka mati-matian merebut kedudukan untuk
menjadi bawahannya raja dan kaisar yang perasaan dan perilakunya sudah
tidak ada bedanya dengan hewan. Ada kaisar wanita yang setiap pagi minta
disediakan ratusan macam hidangan oleh para pembantu rumah tangga dalam
antrean panjang untuk sarapan. Setiap macam hidangan diperlihatkan sang
kaisar agar dia bisa memilih mana yang mau dimakan dan mana yang diberikan
kepada para pembantunya, tetapi yang membawa piringnya tidak boleh melihat
sang kaisar. Cukup sering terjadi bahwa mereka tidak dapat menahan
keinginannya untuk melihat wajah sang kaisar, sehingga bagaikan refleks
menengoknya. Dia langsung dihukum mati dengan memancung kepalanya. Tempat
pemancungan disediakan secara khusus dalam kompleks istana. Bahwa sang
kaisar begitu biadab sudah sangat parah. Tetapi yang lebih parah lagi
adalah bahwa orang-orang terpandai mendukungnya dengan tetap mempertahankan
kedudukannya sebagai birokrat tingkat tinggi dan tertinggi.

Bagaimana dengan di Indonesia? Tidak separah itu, tetapi sudah sangat
mengkhawatirkan. Perasaan dan perilaku orang-orang terpandainya juga sudah
mirip-mirip dengan elit bangsa yang sakit kalau kita mengacu pada sejarah
bangsa-bangsa lain, yaitu dianggap biasa saja bahwa mereka mendukung dan
membantu siapa saja yang sedang berkuasa tanpa peduli kekuasaannya dipakai
untuk apa. Itulah sebabnya mengapa KKN menjadi demikian hebat dan
dahsyatnya seperti yang kita alami sekarang ini. Mereka mendukung kebijakan
KKN selama berpuluh-puluh tahun. Tetapi ketika pimpinan berganti orang,
merekapun mendekatkan dan melekatkan diri pada yang baru berkuasa dan
berkuasanya karena justru berseberangan dengan segala kebengisan dan KKN
yang hebat dari majikannya terdahulu, sehingga akhirnya tergusur oleh
rakyat. Ketika pimpinan tertinggi mulai goyah, elit terpandai yang sudah
sakit KKN jiwa raganya itu bagaikan kutu loncat melompat pada kekuasaan
baru. Kekuasaan baru dimaksud untuk membuat koreksi terhadap segala sesuatu
yang dianggap salah di masa lampau. Tetapi demikian pandai, canggih dan
tanpa malu para kutu loncat itu. Dengan corrupted mindset-nya, pikiran dan
praktek yang serba sesat dilanggengkan. Maka reformasi mati suri.

Logika juga sudah dibolak balik dengan pembelaan yang gigih dengan gaya
menggebrak dengan dalil-dalil tanpa argumentasi. Banyak istilah-istilah
terang-terangan diartikan lain. Utang yang terang-terangan utang disebut
pendapatan untuk pembangunan. Pemberi utang yang mengenakan rente disebut
donor. Anggaran yang terang-terangan defisit disebut berimbang. KKN
dibenarkan, yang dibela dengan dalih bahwa karena hanya melalui KKN
menjebol uang bank, maka industri-industri besar dapat tumbuh dan PDB
meningkat terus. Maka semuanya justru yang sangat besar merugikannya
dibebaskan dengan pemberian R&D. Pembelaan terhadap pemberian R&D tidak
dapat dimengerti, karena lagi-lagi menggebrak tanpa argumentasi. Pejabat
sangat tinggi dalam bidang penegakan hukum terang-terangan menawarkan trade
off mau menghukum orang yang bersalah atau memperoleh kembali uang
curiannya. Ketika ukuran besarnya utang luar negeri yang biasanya Debt
Service Ratio (DSR) sudah melampaui batas, ukurannya diubah menjadi persen
dalam PDB. Tidak peduli apakah dengan ukuran yang mengakibatkan angka lebih
rendah itu juga mengakibatkan penjadwalan utang tiga kali, dan harus utang
terus. Menangkap orang tanpa bukti kuat dikatakan mengamankan. Menganiaya
dikatakan mendidik, mendevaluasi mata uang dikatakan menyesuaikan nilainya;
tidak peduli bahwa kalau diukur dengan purchasing power parity dengan
devaluasi itu nilai rupiah menjadi sangat-sangat undervalued. IMF yang
jelas sudah memporak-porandakan perekonomian kita dikatakan membuat ekonomi
kita sekarang stabil. Ekonomi dengan sendirinya menjadi stabil setelah
mengalami gejolak yang siklis. Yang menentukan adalah stabilnya pada
tingkat yang normal ataukah pada tingkat yang rusak? Tingkat suku bunga
deposito yang memang menurun menjadi 12 persen dikatakan bagus, sedangkan
di negara-negara sekitar kita yang pada awal pembangunannya sama kondisi
ekonominya, tingkat suku bunganya sekarang sekitar 4 persen sampai 6
persen. Bunga deposito dalam dollar AS sekitar 1,5 persen. Inflasi sedikit
di bawah 10 persen dianggap bagus, sedangkan di negara-negara yang dianggap
setara dengan kita antara 1 persen sampai 3 persen. Nilai tukar rupiah
dianggap stabil, sedangkan dalam periode yang sama dengan Thailand rupiah
turun dari Rp. 387 per dollar menjadi Rp. 9.000 dan Bath Thailand turun
dari Baht 20 menjadi sedikit lebih dari Baht 40. Konglomerat jahat yang
sudah terang-terangan membenani APBN ribuan trilyun dikatakan harus diberi
kepastian untuk berusaha lagi supaya ekonomi tumbuh lebih cepat. Bank-bank
yang jelas disubsidi sangat besar sampai saat ini sudah mengucurkan kredit
sangat besar kepada konglomerat jahat yang sama tetapi memakai nama orang
lain. Perusahaan diterima sebagai pembayaran lunas utang konglomerat jahat,
tetapi sampai saat ini masih dikelola oleh mereka sepenuhnya, dan nilainya
merosot tajam. Terus dikatakan itu adalah biaya krisis yang harus
ditanggung oleh rakyat pembayar pajak. Kalau ada yang memprotes dan berani
membela kepentingan rakyat tak berdosa yang membayar pajak dimaki bahwa
rakyat pembayar pajaknya tidak mengeluh. Yang mengatakan hal yang benar itu
dimaki sebagai orang yang kalau ditelusuri tidak membayar pajak, hanya
ingin mencari popularitas. BUMN harus diprivatisasi karena mesti rusaknya
dan mesti ruginya. Tetapi Telkom sejak tahun 1996 disehatkan. Setelah
sangat sehat diprivatisasi. Ketika ditanya mengapa dijual kepada kepada
swasta dijawab bahwa kalau tidak sehat tidak laku dijual. Jadi dikatakan
rusak, merugi dan obatnya adalah penjualan kepada swasta. Tetapi ketika
yang dijual jelas-jelas sangat sehat dikatakan kalau tidak sehat tidak laku
dijual.

Kalau kita perhatikan semuanya ini, bukankah bangsa kita bukan saja sudah
terjangkit KKN luar biasa, tetapi juga sudah sakit jiwa dan pikirannya? Apa
simtom dari bangsa yang sakit? Ya itu tadi, yang ucapan, perbuatan,
perilaku dan alur pikir dari banyak elit terpandai sudah tidak bisa lagi
dimengerti oleh nalar dan tata nilai tentang baik dan buruk yang paling
elementer sekalipun.

Kesemuanya ini menunjukkan betapa bangsa kita sudah sakit walaupun belum
separah Nazi Jerman, Cina kuno dan beberapa dinasti kerajaan Eropa
menjelang revolusi Perancis. Penyakit bangsa seperti ini bisa berlangsung
sangat lama. Di Cina berdinasti-dinasti. Demikian pula dengan banyak
raja-raja Eropa sebelum revolusi Perancis.


IV.     KESIMPULAN

Pemberantasan KKN harus diwujudkan secepatnya. Tidak melalui slogan-slogan,
tetapi melalui konsep dan rencana tindak (action plan) yang konkret. Konsep
yang kami kemukakan dalam tulisan ini dimaksud sebagai salah satu
alternatif pikiran untuk mulai memberantas KKN secara konkret dan yang
secara teknis memang dapat dilaksanakan.

Kerugian kebendaan yang diakibatkan oleh KKN buat bangsa kita luar biasa
besarnya. Yang lebih menyedihkan, KKN terus berjalan yang semakin lama
semakin hebat, dan sudah merambat ke dalam otak, budaya, gaya hidup, tata
nilai yang membuat kita tidak mempunyai kepercayaan dan tidak mempunyai
harga diri lagi. Secara terbuka, elit kita bersama-sama dengan tokoh-tokoh
asing memberi pernyataan di mana-mana bahwa Indonesia masih harus berpikir
keras apakah bisa hidup terus tanpa bantuan dari lembaga-lembaga
internasional yang dipimpin oleh IMF.

Kalau kita perhatikan dan baca semua publikasi dari IMF, Bank Dunia, ADB,
PBB dan masyarakat internasional lainnya, isi keseluruhannya memberi arahan
dan ajaran kepada pemerintah Indonesia bagaimana pemerintah harus mengurus
bangsanya sendiri. Tidak sedikit yang arahan-arahannya bersifat imperatif,
merupakan conditionalities atau persyaratan untuk mendapatkan utangan dari
masyarakat internasional.

Dari pihak pemerintah sendiri, oleh para pejabat tingginya boleh dikatakan
tidak ada hal lain yang dipikirkan kecuali bagaimana mendapatkan utangan
yang sebesar-besarnya dari negara mana saja. Buat saya yang sangat baru
dalam pemerintahan sangat mengejutkan dan menyedihkan betapa utang
sebanyak-banyaknya dianggap hal yang rutin dan mesti. Para pejabat itu
bahkan menakut-nakuti siapa saja yang menyuarakan kemandirian sedikit saja,
bahwa kalau mandiri pasti akan menderita luar biasa karena kemiskinan.

Di mana-mana di dunia bangsa Indonesia sudah dijadikan bahan hinaan dan
tertawaan dalam percakapan-percakapan sosial. Namun semakin lama semakin
sering publikasi internasional menggambarkan Indonesia yang sudah mirip
dengan banana republic.

Tetapi bukannya malu dan mati-matian mengkoreksinya, melainkan minta-minta,
mengemis kepada bangsa-bangsa lain. Bukannya menciptakan kekayaan, tetapi
menjual apa saja yang dimilikinya dengan harga murah. Bukannya membangun
industri-industri sendiri dengan semua kekayaan alam yang ada, tetapi
berkeliling dunia mengemis supaya perusahaan-perusahaan asing datang
berinvestasi di Indonesia. Mereka tidak dapat membayangkan bahwa tanggung
jawab investor adalah mencari laba untuk para pemegang sahamnya, tidak
membantu bangsa Indonesia secara altruistis. Semakin kita minta-minta
mereka datang, semakin mereka mentertawakan dan menghina, selama mereka
tidak dapat membuat laba di Indonesia.

KKN sudah membuat beberapa elit bangsa kita tidak lagi dapat berpikir
secara waras. Nalarnya jungkir balik dan tanpa sadar menyatakannya di
mana-mana hal-hal yang sama sekali tidak masuk akal.

Sejarah telah membuktikan bahwa kalau kita sedang lemah dan terpuruk,
apapun yang kita katakan dan apapun yang kita lakukan dirasakan sebagai
demonstrasi kelemahan. Tetapi kalau pada suatu hari nanti kita kuat, semua
gerak-gerik kita dianggap sebagai hebat.

Contoh selaku pribadi adalah Mahatma Gandhi, yang selama menjadi mahasiswa
di London selalu bersikap sangat correct dan santun, berpakaian sangat
sopan. Tetapi seringkali mahasiswa Inggris meludah dipingggir kakinya
sebagai penghinaan. Namun ketika dia berhasil menumbangkan the British
Empire melalui gerakan tanpa kekerasan, dan India sudah merdeka, dan dia
diundang ke London oleh Ratu Elizabeth, Gandhi hanya mengenakan cawet dan
membawa tongkat. Koran-koran di London menyebutnya the holy man!

Contoh sebagai negara adalah Cina yang terpuruk selama berpuluh-puluh
tahun. Mereka justru menutup diri sehingga terkenal dengan nama negara
tirai bambu. Dengan pengorbanan yang luar biasa mereka bekerja keras
sendirian dalam ketertutupan. Entah berapa besar korban benda maupun jiwa.
Tetapi tidak pernah mengeluh, tidak pernah mengemis dan tidak pernah
minta-minta supaya investor datang. Dalam keterpurukan dan ketertutupannya
itu, mereka bahkan menolak investor asing seandainya mereka mau datang.
Namun setelah dirinya kuat dan mulai membuka diri, tanpa berbicara sama
sekali beberapa orang sudah mulai mengenali bahwa Cina sudah mulai bangkit
memasuki aufklärung dan renaisance. Namun masih sangat-sangat banyak orang
menganggapnya masih sangat ketinggalan. Hanya beberapa tahun yang lalu
pejabat sangat tinggi Indonesia menyatakan terbuka bahwa dalam penguasaan
teknologi RRC masih ketinggalan 30 tahun dibandingkan dengan Indonesia.
Sebuah lembaga pengkajian terkemuka dan ternama ketika itu juga masih
mengatakan bahwa RRC masih sangat miskin dan tertinggal. Tetapi ketika
majalah-majalah dan pers internasional menggambarkan bahwa RRC sedang
bangkit menjadi salah satu super power, RRC sendiri tidak berbicara apa-apa.

Alangkah kontrasnya dengan kita yang berteriak bahwa dunia internasional
mempercayai kita karena mendapat kucuran utang dari IMF sebesar USD 365
juta. Ini dianggap sebagai vote of confidence. Sudah berkali-kali IMF
memberikan kucuran utangnya setiap kali RI menyelesaikan pelaksanaan LoI.
Tetapi tetap saja tidak ada investor asing yang masuk. Bagaimana disebut
vote of confidence? IMF sendiri di mana-mana mendapatkan demonstrasi
besar-besaran sebagai vote of no confidence. Semakin lama semakin banyak
ahli-ahli Barat yang menelanjangi kebodohan IMF. Kucuran ini disebut
liquidity support, sedangkan sebenarnya adalah balance of payment support
yang tidak boleh dipakai sebelum cadangan devisa yang kita miliki habis.
Nyatanya cadangan devisa kita meningkat terus. Tingkat bunga yang sekitar 4
persen dikatakan sebagai incredibly low, sedangkan kalau kita menempatkan
uang dalam dollar AS sebagai deposito berjangka hanya mendapatkan 1,3
persen setahun. Dikatakan bahwa utangan dari IMF masih dibutuhkan sedangkan
sejak kuartal pertama tahun 2001 kita sudah mulai membayar kembali. Jumlah
utang dari IMF sejak tahun 1997 tidak pernah melampui sekitar USD 10
milyar, karena sejak kuartal pertama tahun 2001, sambil memberi pencairan
utang sedikit demi sedikit, yang dibayarkan setiap kalinya lebih besar. Toh
dikatakan liquidity support. Lagi-lagi, bukankah kita sudah sakit karena
KKN? Bukan karena uang, tetapi KKN yang sudah menjangkiti mindset sehingga
tidak lagi dapat melihat dan membaca dengan jernih.

Dikatakan terang-terangan di mana-mana oleh para pembentuk opini publik
bahwa kecuali uangnya, IMF beserta seluruh gerbongnya yang Bank Dunia, Bank
Pembangunan Asia dan CGI sangat diperlukan untuk mendisplinkan para
pemimpin Indonesia. Beberapa menteri tertentu dari kelompok tertentu pula
sejak era Presiden Soeharto sampai sekarang sengaja melakukan
penekanan-penekanan dan menakut-nakuti Presidennya sendiri lewat para
pejabat IMF dan lembaga internasional lainnya bahwa kalau tidak nurut
lembaga-lembaga internasional yang mereka pertuankan, bangsa Indonesia akan
celaka, akan hidup sangat sengsara, akan timbul revolusi sosial dan
sebagainya.

Kalau kita hanya dapat mengurus diri sendiri atas tekanan, arahan dan
rangsangan utangan yang diberikan bagaikan pawang memberikan makanan kepada
ikan Flipper untuk berkinerja, buat apa kita dahulu merdeka? Bukankah
Belanda mengajukan tawaran kepada Bung Karno dan rekan-rekannya supaya
menunda kemerdekaan barang 10 sampai 15 tahun. Maksudnya supaya Belanda
dapat mengajari para pemimpin Indonesia bagaimana mengurus negara sambil
memberikan bantuan keuangan yang diperlukan dalam proses belajar ini?

Bung Karno menolak keras yang tercermin dengan tajam dalam pidatonya pada
tanggal 1 Juni 1945, yang sekarang terkenal dengan judul "Lahirnya
Pancasila". Ketika itu Bung Karno mengatakan bahwa Indonesia harus merdeka
sekarang juga, menit ini juga walaupun dalam kemiskinan dan kesengsaraan
yang seperti apapun juga. Dalam alam kemerdekaan itulah kita membangun
menurut pola dan yang sesuai dengan kehendak kita sendiri. Itulah hakikat
dari kemerdekaan yang diperjuangkan sekian lama dengan pengorbanan yang
tidak terhingga.

Sebagai penutup dari bab Kesimpulan ini, marilah kita kemukakan sekali lagi
berapa jumlah uang yang kita sia-siakan setiap tahunnya.

Ikan, pasir dan kayu yang dicuri
senilai (USD 9 milyar)                                  Rp.  90 trilyun.

Pajak yang dibayar oleh pembayar pajak
tetapi tidak masuk ke kas negara sebesar                Rp.  240 trilyun.

Subsidi kepada perbankan yang tidak
pernah akan sehat minimal                               Rp.  40 trilyun.

Kebocoran dalam APBN sebesar 20 persen
dari Rp. 370 trilyun atau                               Rp.  74 trilyun

Jumlah                                                  Rp.  444
trilyun
=============

Jumlah ini lebih besar dari keseluruhan APBN tahun 2003.



V.      GERAKAN NASIONAL KEMERDEKAAN KEDUA

Saya mengakhiri tulisan ini dengan paragraf yang berjudul "Gerakan Nasional
Kemerdekaan Kedua." Mengapa? Karena seperti baru saja kita baca, KKN telah
membuat kita tidak lagi mandiri dalam keuangan, pikiran dan dalam jiwa
kita. Seluruh perjuangan kita untuk merdeka sudah menjadi mubazir kalau
kita ukur dengan sampai di mana kita mempunyai kebebasan menentukan nasib
bangsa kita sendiri.

Itulah sebabnya kita harus melengkapi kerja keras memberantas KKN dengan
gerakan kemerdekaan kedua, karena kemerdekaan yang telah kita rebut dalam
gerakan kemerdekaan pertama boleh dikatakn sudah sirna kalaupun tidak boleh
dikatakan sudah hilang sama sekali.

Gerakan kemerdekaan kedua ini mengandung tekad dan kesiapan untuk mundur
dalam tingkat hidup kita, tetapi juga mengurangi jumlah utang kita. Gerakan
ini, seperti halnya gerakan kemerdekaan yang pertama membawa konsekuensi
pengorbanan. Tetapi pengorbanannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
pengorbanan dan penderitaan yang dialami oleh para pendiri bangsa kita
beserta generasinya.

Kita sekarang memang jauh lebih makmur, tetapi semuanya dengan utang dan
dengan pengurasan potensi apa saja untuk generasi sekarang. Dan lebih
makmurnya itu hanya buat lapisan teratas dari bangsa kita. Bagian terbesar
dari rakyat kita yang masih miskin tidak mengalami perbaikan nasib sejak
jaman penjajahan. Alangkah dosanya dan tidak bertanggungjawabnya kita
terhadap generasi mendatang!

Para tokoh dan pemimpin masyarakat yang masih terus menerus mempunyai
hubungan dengan massanya hendaknya berkumpul bermusyawarah bersama.
Namakanlah itu Kongres (atau Musyawarah) Nasional untuk Keselamatan Bangsa.
Ini bukan organisasi, sehingga tidak mengganggu dan tidak menyaingi
lembaga-lembaga formal yang ada seperti DPR, MPR, Pemerintah, DPA dan
sebagainya. Bedanya dengan lembaga-lembaga formal yang ada, para tokoh yang
bermusyawarah itu masih mempunyai kontak erat dengan massanya, sedangkan
yang dibawa pada kekuasaan oleh rakyatnya sudah banyak yang tidak lagi
membela kepentingan rakyat yang membawanya pada kekuasaan tersebut.

Gerakan Kemerdekaan Kedua tidak berarti anti asing. Kita akan tetap bergaul
dengan masyarakat internasional, bersahabat dengan bangsa manapun juga.
Tetapi pada derajat yang sama, tidak dengan tangan yang menadah!

-----------Selesai----
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e:  http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------