[Nasional-e] Another World is Possible

Ambon nasional-e@polarhome.com
Wed Feb 5 00:36:10 2003


http://www.berpolitik.com/comments.php?id=76_0_1_0_C

Another World is Possible

Itulah slogan WSF (World Social Forum) yang pada 23-28 Januari 2003 ini
berlangsung di Porto Alegre Brazil, untuk yang ketiga kalinya dalam tiga
tahun terakhir ini,sebagai perlawanan menghadapi WEF (World Economic Forum).


WEF dirancang sebagai bagian untuk memuluskan jalan bagi ekspansi
globalisasi melalui model ekonomi neo liberal,ideologi kapitalisme yang
didukung oleh pilar-pilar badan dunia seperti WB (World Bank),IMF
(International Monetary Funds),WTO (World Trade Organization),G7,TNCs
(Transnational Corporations),MNCs (Multi National Corporations) dan
pendukung lainnya.
WEF digelar tiap tahun sejak 1971 di Davos Swiss (kecuali 2002 di New
York),sekaligus merenungkan kembali ‘solidaritas global’ setelah peristiwa
911 pada 2001,dan mendiskusikan agar hegemoni bisa lestari.

Sedang WSF mendiskusikan pilihan-pilihan diluar sistem ekonomi neo liberal
dan merancang strategi-strategi alternatif menghadapi globalisasi dengan
slogan seperti tersebut diatas,suatu forum gerakan liberal anti globalisasi
dan gerakan radikal antikapitalisme.
Usul pembentukan forum ini ini datang dari komunitas warga Brazil dalam
berbagai organisasi dibawah Partai Buruh (dimana Presiden terpilih Brazil
Luiz Inacio Lula da Silva sebagai pendiri Partai Buruh atau IP) yang
menguasai Porto Alegre dan Rio Raya bagian Selatan.

Bisakah WSF ini menjadi bagian ide dari Partai di Indonesia ?
Sebab yang kita lihat dari 200-an partai di Indonesia ini tak jelas apa yang
menjadi basis pemikiran ekonomi (sebutlah ideologi) partainya.
PDI Perjuangan sendiri setelah memerintah,jelas melanjutkan pemikiran Orde
Baru yang pro IMF sebagai strategi sementara akibat warisan Orba atau memang
demikianlah konsep ekonomi mereka ?
Saya katakan demikian karena IMF memang kita undang ketika terjadi krisis
1997,dan sejak itu 16 LoI telah kita tanda tangani dan pemerintahan Megawati
baru menandatangani 1 buah LoI saja (Frans Seda).Sedang yang 15 lainnya
ditanda tangani oleh pemerintahan Soeharto,Habibie dan Gus Dur.

Sementara partai yang lain pun tak jelas mau kemana arah basis ekonomi
mereka.Yang ada hanyalah simpang siur pembicaraan yang selalu berseberangan
(tampil beda) dengan pemerintah sebagai peluang untuk “menjatuhkan”
pemerintah.
PAN sebagai contoh,dimana Amien Rais sendiri selalu mengatakan menganut
ekonomi kerakyatan,namun dipihak lain Bambang Sudibyo yang menjadi “jagoan”
ekonom PAN adalah seorang neo liberal.
Demikian pula dengan PKB,PPP,PBB tak jelas warna konsep ekonominya.
Saya khawatir,apabila nanti diantara mereka berkuasa setelah pemilu
2004,mereka akan menjalankan konsep yang sama seperti pemerintahan sekarang

Yang akan ditonjolkan dalam persaingan pemilu 2004 nanti adalah kepintaran
berbicara yang seakan membela kepentingan rakyat,namun miskin gagasan dalam
membaca peta perekonomian yang dilanda globalisasi.Paling tidak harus ada
warna spesifik dari masing-masing partai,sehingga bisa menjadi pilihan
rakyat.

Pembentukan WSF dipicu oleh berbagai peristiwa kekerasan dalam aksi
antiglobalisasi yang meluas dan menguat diberbagai tempat didunia.
Ketika NAFTA ditandatangani 1992 antara Mexico,Kanada dan AS,maka pada 1994
terjadi pemberontakan di propinsi Chiapas,Mexico bagian Selatan oleh
sekelompok petani Indian yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional
Zapatista (EZLN).Namun gerakan tersebut tak melakukan kekerasan sebagaimana
yang dilakukan gerakan perlawanan Amerika Latin 1970-an.
Mereka menyerukan agar dibentuk jaringan antar benua untuk melawan
kapitalisme neoliberal.
Sejak itu terjadilah pertemuan-pertemuan yang melibatkan berbagai kelompok
masyarakat untuk kemudian merencanakan aksi menentang WTO yang menjadi
simbol dan alat utama globalisasi kemiskinan dan kesengsaraan.
Dan terbentuklah PGA (People’s Global Action Against “Free” Trade and the
WTO) dan mulai melakukan aksi di Jenewa ketika diadakan konferensi WTO pada
Mei 1998.Di 28 negara ratusan organisasi melancarkan aksi protes.
Pada 18.6.1999 PGA melancarkan aksi global menentang lembaga keuangan
dunia,yang diikuti di 100 kota di 40 negara.
Aksi protes yang menghebohkan terjadi Seattle pada Nopember 1999 dimana
sekitar 30 ribu aktivis berdemonstrasi.

Di Indonesia sendiri terjadi protes oleh sekitar 1000 aktivis yang tergabung
dalam KAU (Koalisi Anti Utang) pada Bulan Januari 2000,ketika terjadi
pertemuan CGI.
Demikian pula protes terjadi di Equador,Bangkok,Bolivia,Brazil,Afrika
Selatan,Nairobi,di Havana terjadi pertemuan negara-negara Selatan,di Chiang
Mai,demonstrasi mogok buruh di India,Buenos Aires Argentina
,Turki,Haiti,Paraguay,Genoa,di Johanesburgh Afrika Selatan
Agustus –September 2002,bahkan di Washington DC para aktivis mengepung
markas IMF dan Bank Dunia.

Joseph Stiglitz penerima hadiah Nobel 2001 mengatakan,bahwa banyak penguasa
(khususnya negara-negara yang pernah dijajah) masih terperangkap dalam
colonialized mind.Mereka menganggap bahwa resep-resep
kesejahteraan,perbaikan ekonomi dan pembangunan dari negara-negara para tuan
besar yang mendominasi lembaga-lembaga ekonomi internasional sebagai yang
paling manjur.
Sementara lembaga-lembaga kreditor terperangkap dalam mentalitas penjajah
(white man burden) dan mengira mereka yang paling tahu apa yang paling baik
bagi negera berkembang.

Adakah partai politik kita mempunyai konsep seperti ini ?
Kalau ada mengapa tidak “dijual” kepada masyarakat sebagai pemikiran
alternatif ?

Apakah persaingan partai pada pemilu 2004 hanya terbatas kepada figur
seseorang belaka?

Pemerintahan sekarang sebenarnya telah menunjukkan prestasi lumayan seperti
stabilitas kurs rupiah dan menguat rata-rata 10,1 % sepanjang tahun
2002,sehingga disebut sebagai ‘mata uang terbaik Asia tahun 2002’.
Laju inflasi menurun dari 12,55% menjadi 10,03 % pada tahun 2002,suku bunga
SBI menurun dari 17,62% pada 2001 menjadi 12,93% apada akhir tahun
2002.Ekonomi terus menggeliat,bila dilihat dari jumlah kredit yang
dikucurkan perbankan tumbuh 27 %.

Target pajak yang Rp 180 trilyun memberi arti bahwa ekonomi bisa berputar 10
kali lipat dari angka tersebut.Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 3,8%
berarti perekonomian kita melewati sebelum krisis yang terperosok sampai
minus 14 %,meskipun struktur pertumbuhan masih bertumpu kepada belanja
masyarakat,sehingga masih belum bisa menampung banyak tenaga kerja.
Hanya sayang hal tersebut kurang dikomunikasikan kepada masyarakat
,sesuatu yang mestinya harus “dijual” dan mengeliminir kesalahan kebijakan
yang telah dikeluarkan.

Pasca gerakan Mei 1998,posisi kelas menengah dan kelompok strategis kian
kehilangan arah dan sedikit yang yang mencoba tampil didunia politik,saat
politik kini menjadi panglima.Padahal kini Indonesia menjadi salah satu
gerbong utama negara baru yang ikut arus demokrasi mondial (Indra J
Piliang).
Garis demarkasi antara politisi lama yang apologetik dengan politisi baru
yang visioner tak terbentuk.
Reformasi membunuh anak-anaknya sendiri ?
Brankas kepemimpinan nasional hanya diisi oleh kakek nenek yang penuh
nostalgia dan lebih banyak mengurus cucunya seperti dirisaukan oleh
Pramoedya Ananta Toer.

Para kawula muda bangkitlah meneruskan generasi yang sudah tua ini
dengan gagasan-gagasan yang brilian dan anti KKN.

Penulis : Soetiono Soeharno
Tanggal : 23 Januari 2003