[Nasional-m] Tiga Desa Diserang, Poso Kembali Rusuh

Ambon nasional-m@polarhome.com
Tue Aug 13 23:12:01 2002


Media Indonesia, Rabu, 14 Agustus 2002

Tiga Desa Diserang, Poso Kembali Rusuh
 Lima Orang Tewas dan Ratusan Rumah Dibakar


POSO (Media): Lima orang tewas, ratusan rumah dibakar, dan ribuan orang
mengungsi ketika tiga desa di Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah diserang sekelompok massa bersenjata.
Kerusuhan antarwarga sipil itu terjadi Senin (12/8) pukul 19.30 hingga 22.00
Wita, hanya beberapa jam setelah pertemuan Malino Putaran II ditutup. Tiga
desa yang diserang adalah Desa Sepe, Silanca, dan Batugincu.

Informasi yang dihimpun Media, kemarin, menyebutkan, selain lima korban
tewas, sejumlah warga lainnya menderita luka ringan dan parah. Lima korban
tewas adalah Efrat Lagani, 24, Fata Yordan, 55, Semu Kangea, 30, dan J
Sulelino, 30, warga Desa Silanca, serta Pius, 22, warga Desa Matako yang
saat itu berada di Silanca.
Akibat serangan itu, sedikitnya 5.000 warga Desa Silanca, Sepe, Batugincu,
dan desa sekitarnya seperti Lembo Mawo, Tangkura, dan Maliwuko, mengungsi ke
Desa Watuawu sambil menunggu kendaraan yang akan mengangkut mereka ke
Tentena, Kecamatan Pamona Utara.
Pada saat bersamaan, di Kota Poso terjadi aksi pembakaran terhadap sebuah
rumah ibadah (Gereja Eklesia) di Kelurahan Gebang Redjo dan satu gedung
sekolah dasar di Kelurahan Kasintuwu. Selain itu, sejumlah ledakan bom
muncul di Kelurahan Sayo dan Kawua, tapi tidak ada korban.
Berdasarkan pantauan Media, situasi Kota Poso hingga kemarin masih mencekam.
Arus lalu lintas kendaraan umum di poros trans Sulawesi yakni
Makassar-Tentena-Poso-Palu, lumpuh total. Begitu pula aktivitas perdagangan,
perekonomian, perkantoran, dan pendidikan. Hanya aparat keamanan yang
terlihat di jalan-jalan. Poso mirip kota mati.
Namun, konsentrasi massa dari dua kelompok bertikai masih terlihat di
Kecamatan Tojo, Lage, dan Poso Pesisir. Di kawasan ini warga memasang
blokade-blokade di jalan raya sehingga tidak ada orang/kendaraan umum yang
dapat lewat. Warga juga melakukan sweeping KTP.
Kondisi memburuk itu terjadi hanya beberapa jam setelah para deklarator
Kesepakatan Malino yang dimediasi Menko Kesra Jusuf Kalla, Gubernur Sulteng
Aminuddin Ponulele, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Amirul Isnaeni, dan Kapolda
Sulteng Brigjen Zainal Abidin Ishak mengadakan pertemuan di Palu Golden
Hotel, Palu, untuk mengevaluasi keamanan Poso pasca-Kesepakatan Malino I.
Dipicu pembakaran bus
Berdasarkan informasi di lapangan, para penyerang datang dari berbagai arah
yakni Desa Labuan, Buyungkatedo, Toyado, dan Lawanga dengan dibekali
berbagai jenis senjata. Warga Desa Sepe, Silanca, dan Batugincu melakukan
perlawanan. Kerusuhan antarwarga itu baru mereda setelah sejumlah pasukan
TNI-Polri diterjunkan dari Poso.
Sebelum penyerangan terjadi pada Senin sekitar pukul 12.00 Wita, sekelompok
massa mengamuk di Tentena, Kecamatan Pamona Utara. Mereka membakar bus PO
Alugoro Nopol DN 7568 E trayek Bungku-Poso, saat berhenti di Terminal
Tentena. Akibat aksi pembakaran bus Alugoro itulah maka pada malam harinya
Desa Sepe, Silanca, Batugincu diserang massa bersenjata.
Di Kelurahan Ranononcu, Kecamatan Poso Kota, massa juga membakar sebuah
masjid hingga rata dengan tanah. "Kami bisa menyaksikan nyala api membara di
udara akibat pembakaran di Ranononcu," kata Muhammad Yusri, warga Poso.
Kapolda Sulteng, Brigjen Zainal Abidin Ishak yang berada di Poso mengatakan
aksi penyerangan di tiga desa itu dilakukan oleh gerombolan bersenjata. Ia
mengatakan aparat kepolisian sudah menguasai keadaan. "Situasi sudah
dikuasai dan kondisi sudah aman," katanya.
Menurut Kapolda, saat ini pihaknya sudah menempatkan 3.380 personel gabungan
TNI/Polri di 104 pos yang ada. Ia juga meminta bantuan tambahan minimal satu
batalyon pasukan TNI dan dua satuan setingkat kompi (SSK) Polri untuk
menjaga wilayah Poso.
Sementara itu Sekretaris Crisis Center Gereja Kristen Sulteng (GKST) Noldy
Panco dalam siaran pers yang diterima Media semalam menyebutkan penyerangan
di Batugincu dilakukan oleh 17 aparat Brimob. Namun, Kapolda membantah
tuduhan itu. Kapolda membenarkan aparatnya pergi ke Batugincu untuk mencari
rekan mereka Bripda Andi Amir yang diculik dan disandera dua hari lalu oleh
warga Silanca, bukan untuk menyerang. Menurut perkiraan, Bripda Andi Amir
dibawa ke Batugincu.
Dalam kaitan ini, Forum Peduli Masyarakat Poso (FPMP) DKI Jakarta dan
Sekitarnya, kemarin mengecam terjadinya tindak brutal dan aksi teror di Poso
yang memakan banyak korban.
Dalam siaran persnya, Ketua FPMP Syamsiar Lasahido mendesak pemerintah dan
aparat untuk bertindak lebih serius dan tegas dalam menghentikan aksi teror
di wilayah itu. (SP/CR-7/CR-18/X-5)